Transformasi Anies Baswedan dari Akademisi hingga Politisi Jadi Objek Penelitian Doktor Unpad
Penelitian tersebut berfokus pada transformasi Anies yang berlatar sebagai akademisi bisa bergelut sebagai politisi.
Penelitian tersebut berfokus pada transformasi Anies yang berlatar sebagai akademisi bisa bergelut sebagai politisi.
Transformasi Anies Baswedan dari Akademisi hingga Politisi Jadi Objek Penelitian Doktor Unpad
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan menjadi objek penelitian dalam disertasi program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran disusun Ramadhan Pohan. Penelitian tersebut berfokus pada transformasi Anies yang berlatar sebagai akademisi bisa bergelut sebagai politisi.
Anies Baswedan sendiri hadir langsung dalam proses sidang promosi doktor tersebut di gedung Pascasarjana Fikom UNPAD Jatinangor, Senin (19/2). Tampak pula di lokasi, Fery Farhat Ganis, Refli Harun, Ahmad Heryawan dan Netty Prasetyani hingga ketua DPW NasDem Jabar, Saan Mustopa.
Sidang promosi tersebut diketuai Prof. Dr. Atwar Bajari dan Sekretaris Sidang Dr. Dadang Sugiana. Ketua Promotor yakni, Dr. Dadang Rahmat Hidayat,; Anggota Promotor, Prof. Deddy Mulyana dan Dr. Edwin Rizal.
Sedangkan Open Ahli/Penguji, yakni Prof Dr Suwandi Sumartias; Prof. Dr. Lely Arianne dan Dr. Hanny Hafiar.
Penelitian Ramadhan Pohan berjudul ‘Transformasi Identitas Anies Baswedan dari Akademisi ke Politisi’ pun dinyatakan lulus dengan yudisium sangat memuaskan.
Mantan kader Partai Demokrat itu memulai Pendidikan S3 di Unpad pada tahun 2016 lalu.
Usai Ramadhan Pohan dinyatakan lulus, Anies Baswedan diberi waktu untuk menyampaikan tanggapannya. Menurut dia, semua yang dikerjakan oleh kita adalah sebuah pembelajaran. Dalam konteks indentitas, kepada para mahasiswa, Anies selalu menekankan agar terbiasa dengan identitas yang banyak dan bisa menjalankannya peran dengan baik.
"Saya sering menyampaikan kepada mahasiswa, biasakanlah dengan identitas yang banyak. Di rumah, identitas saya sebagai anak dari ibu, saya suami, saya ayah, saya paman, kakak. Saat di luar rumah saya jadi warga. Kalau dideret ada 12 identitas yang dikerjakan bersamaan," kata Anies.
"Saya melihat peran di politik, sebagai warga negara ada panggilan, saya bersedia. Benang merahnya. Yang kita kerjakan adalah proses pembelajaran. Mendidik adalah memimpin, meminpin adalah mendidik. Setiap pendidik adalah pemimpin begitupula sebaliknya. Saat Gubernur saya mendidik, dalam rapat ruang diskusi, bukan (sekadar) instruksi," kata Anies.
"Terima kasih mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat, terima kasih sudah diizinkan menjadi bahan. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi semua," ucap Anies.
Kawan Lama
Anies mengaku mengenal Ramadhan Pohan sudah sejak lama. Anies mengaku terhormat apa yang sudah dikerjakannya menjadi objek penelitian dan berharap ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil oleh masyarakat luas.
"Saya diundang saat pengujian, saya tanya, apakah perlu datang? Saya khawatir mengganggu irama diskusi," seloroh Anies.
"Saya mengenal Ramhadhan Pohan ini sudah 25 tahun lalu, sejak 98. Ketika itu beliau bertugas jadi Jurnalis di Washington, saat saya menimba ilmu di sana," kata Anies.
Berikan Ide Penelitian Pola Komunikasi Soekarno
Dalam kesempatan itu, Anies Baswedan menyebut bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para pendiri bangsa sangat tinggi kepada masyarakat. Para pemimpin terdahulu adalah cendekiawan yang memilih berada di dalam sistem politik.
"Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, para pendiri bangsa Itu mereka cendekiawan, ilmuwan yang memilih di politik. Kami merasa itu yang hilang (saat ini). Kami ingin mengembalikan pengambilan keputusan diambil oleh cendekiawan," ujar Anies.
"Fikom Unpad saya harap suatu saat melakukan kajian komunikasi Bung Karno. Barangkali bahasa bung Karno bukan bahasa sederhana, tinggi di jamannya. Beliau tidak menurunkan Bahasa (komunikasi), dalam bahasa Inggris, Belanda. Karena memang kita seharusnya mengangkat vocab rakyat, kekayaan bahasa. Kekayaan diksi dalam proses politik. Itu akan menjadi baik. Ini upaya kami yang kami dorong berhadapan dengan kokunikasi maisntream yang sederhana," papar Anies.
Idenya yang diajukan untuk Unpad meneliti pola komunikasi para pemimpin di era tahun 1945-1965 yang Anies nilai banyak kaum intelektual. Mereka menguasai banyak Bahasa, dan memiliki kekayaan kosakata di dalam berkomunikasi.
"Karena itu saya usulan untuk menjadi subjek penelitian, supaya bisa menjadi bahan bagaimana mereka berkomunikasi padahal di masa itu masyarakat kita masih belum terdidik seperti sekarang,” jelas Anies.
Anies Terbuka
Ramadhan Pohan mengaku berterimakasih kepada Anies dan semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian yang dilakukannya. Kebaruan yang ditawarkan dalam disertasinya adalah subjeknya bukan komunal, namun individu.
Latar belakang Anies sebagai akademisi sangat berpengaruh saat terjun di dunia politik. Budaya diskusi dijalankan dengan baik, kritisi pun tidak dianggap sebagai serangan. Anies pun menjadi satu contoh bahwa tanpa partai politik bisa turut bersaing dalam Pilpres.
"Banyak terobosan politik, tidak tabu menerima kritisi. Anies sudah biasa dikritisi saat jadi Senat. Membawa komunikasi dengan forum debat terbuka, bisa menanyakan semua. Apa yang membawanya sampai ke tahap ini dimulai dengan gebrakan bernama Indonesia Mengajar,” jelas Ramadhan Pohan.
"Disertasi ini tidak akan selesai tanpa campur tangan tuhan dan orang-orang baik. Anies tingkat kesibukannya tinggi. Anies membebaskan saya wawancara dengan siapapun,” pungkas Ramadhan Pohan.