Antrean Kursi Kapolri
Sudah ada beberapa nama calon Kapolri menggantikan pria asal Sulawesi Selatan itu. Bukan hanya bintang tiga. Para polisi bintang dua pun turut meramaikan.
Bursa calon Kapolri memunculkan sejumlah nama pati Polri. Mereka antre menunggu kesempatan menduduki posisi tertinggi pada Januari 2021. Jejak rekam para jenderal polisi ini menjadi sorotan.
Waktu pensiun Kapolri Jenderal Idham Azis semakin dekat. Januari 2021 akan menjadi masa peralihan. Sudah ada beberapa nama calon Kapolri menggantikan pria asal Sulawesi Selatan itu. Bukan hanya bintang tiga. Para polisi bintang dua pun turit meramaikan.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Kapan Kali Talang ramai dikunjungi? Berdasarkan informasi yang diperoleh RRI, setiap liburan akhir pekan terutama hari Sabtu dan Minggu, jumlah pengunjung obyek wisata Kali Talang bisa di atas 600 orang, sementara pada hari-hari biasa, jumlah pengunjungnya berada di kisaran angka 150 orang
-
Gimana ciri khas komedi Cak Lontong? Cak Lontong sangat khas dengan komedinya yang menghibur dan sering mengucapkan kata-kata yang lucu sekaligus membuat orang lain menjadi mikir keras.
-
Kapan ruam cacar monyet muncul? Gejala Cacar MonyetRuam: Ruam cacar monyet muncul setelah demam, dalam waktu 1-3 hari. Jenis ruamnya lebih bervariasi, termasuk makula, papula, vesikel, pustula, dan krusta. Ruam ini dapat muncul di area yang berbeda, termasuk wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya, dan dapat berlangsung lebih lama, hingga 2-4 minggu.
Indonesia Police Watch (IPW) melihat bursa calon Kapolri bakal semakin memanas memasuki Desember 2020. Hasil pemantauan, awalnya ada delapan pati Polri berpeluang besar menggantikan Kapolri Idham Azis nanti. Mereka adalah Komjen Rycko Amelza Dahniel (Kabaintelkam), Komjen Agus Andrianto (Kabaharkam), Komjen Boy Rafly (Kepala BNPT), Komjen Listyo Sigit Prabowo (Kabareskrim), dan Komjen Gatot Eddy Pramono (Wakapolri). Kemudian untuk bintang dua ada Irjen Nana Sudjana (Eks Kapolda Metro Jaya), Irjen Ahmad Lufti (Kapolda Jateng), dan Irjen Fadhil Imran (Kapolda Metro Jaya). Belakangan bertambah lagi satu nama, yakni Irjen Dofiri (Kapolda Jabar).
Presidium IPW Neta S Pane, menyebut sederet nama pati Polri itu memiliki peluang sama. Termasuk bagi pati bintang dua yang berpeluang naik menjadi bintang tiga pada Desember 2020 nanti. Ini dikarenakan ada dua bintang tiga Polri memasuki masa pensiun, yakni Sestama Lemhanas Komjen Pol Didid Widjanardi dan Kepala BNN Komjen Heru.
"Artinya, siapa bintang dua yang naik menjadi bintang tiga diperkirakan punya potensi kuat menjadi Kapolri pengganti Idham Azis," ujar Neta kepada merdeka.com, Jumat pekan lalu.
Nama paling santer bakal diberi kesempatan naik menjadi bintang tiga adalah Irjen Nana Sudjana. Kabar kedekatan Irjen Nana dengan Presiden Joko Widodo menjadi salah satu pertimbangan. Namun, baru-baru ini dia baru kena rotasi dari jabatan Kapolda Metro Jaya akibat kerumunan massa Habib Rizieq Shihab di Petamburan. Surat pencopotan langsung dari Kapolri Idham Azis.
Kemudian ada juga nama Irjen Fadil Imran yang kini menggantikan posisi Irjen Nana di Kapolda Metro Jaya. Waktu pensiun yang terhitung hingga 2024, membuat namanya cukup santer menjadi Kapolri di masa depan.
Dari sederet bursa calon Kapolri, kata Neta, nama Gatot cukup besar berpeluang. Sebelum terpilih Idham Azis sebagai Kapolri, Gatot sempat digadang-gadang menduduki posisi tertinggi di kepolisian itu. Sayang kesempatan belum didapat. Presiden Jokowi dan atas kesepakatan DPR, kemudian menunjuknya sebagai Wakil Kapolri.
"Potensi Gatot untuk jadi Kapolri cukup besar dibanding jenderal-jenderal lain, mengingat dia menjabat sebagai Wakapolri yang tinggal selangkah lagi menjadi Kapolri," ujar Neta.
Sejauh ini Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sudah memberikan masukan kepada Presiden Jokowi terkait rekam jejak para calon Kapolri. Sebagai lembaga yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab pada presiden, para anggota Kompolnas bertugas memberikan pertimbangan kepada kepala negara terkait pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002.
Dalam UU itu, calon Kapolri adalah perwira tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan karier. Dalam memberikan nama-nama calon Kapolri, Kompolnas wajib mencantumkan jenjang kepangkatan ialah prinsip senioritas dalam arti penyandang pangkat tertinggi di bawah Kapolri.
Tak hanya itu, jenjang karier pun ikut diperhatikan. Sehingga pengalaman penugasan dari perwira tinggi calon Kapolri pada berbagai bidang profesi Kepolisian atau berbagai macam jabatan di Kepolisian. "Kompolnas akan melihat data track record dan prestasi calon-calon Kapolri, dan akan memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk calon-calon yang track record dan prestasinya terbaik," kata anggota Kompolnas Poengky kepada merdeka.com, Kamis pekan lalu.
Adapun beberapa nama calon Kapolri sudah disampaikan kepada presiden masih dirahasiakan. Terkait nama yang beredar pun tidak ditanggapi. "Belum waktunya dibuka," tegas dia.
Rekam Jejak Calon Kapolri
Catatan rekam jejak para Pati Calon Kapolri dirangkum tim merdeka.com, menunjukkan beragam latar belakang yang mereka memiliki. Seperti pada Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel. Rycko merupakan seorang perwira tinggi kelahiran Bogor, Jawa Barat. Dalam usianya 54 tahun, dia pernah memegang sejumlah jabatan penting seperti Wakapolda Jabar, Kepala STIK Lemdikpol, Kapolda Sumut, Gubernur Akpol, dan Kapolda Jateng. Rycko juga merupakan mantan ajudan Presiden ke 6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kedua, Komjen Agus Andrianto (Kabaharkam). Agus adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 6 Desember 2019 menjabat sebagai Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri. Lulusan Akpol 1989 ini berpengalaman dalam bidang reserse. Pria kelahiran Blora Jawa Tengah ini pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Sumatra Utara.
Ketiga, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. Saat ini Boy Rafli masih berusia 55 tahun atau 3 tahun lagi menjelang masa pensiun. Boy Rafli merupakan lulusan Akpol 1988. Dia merupakan salah satu tokoh yang berpengalaman dan pernah menjabat jabatan sentral di Polri. Di antaranya, Kapolda Banten, Kadiv Humas Polri, Waklemdiklat Polri hingga kini menjadi Kepala BNPT.
Keempat ada Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo. Perwira tinggi Polri kelahiran Ambon, Maluku itu masih berusia 51 tahun. Alumni Akpol 1991 melejit setelah sempat menjadi ajudan Presiden Jokowi. Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Banten hingga menjadi Kadiv Propam Polri.
Kelima, Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol Gatot Eddy Pramono. Pria berusia 55 tahun kelahiran Solok, Sumatera Barat ini merupakan alumni akademi polisi tahun 1988. Sebelum menjabat sebagai Wakapolri, Gatot juga pernah menjabat Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri pada 2018. Gatot juga pernah menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya, Kapolda Metro Jaya, hingga Wakapolda Sulawesi Selatan.
Kemudian para Irjen, yakni Irjen Nana Sudjana. Perwira tinggi Polri yang sejak 16 November 2020 menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli Kapolri. Nana, lulusan Akpol 1988 ini berpengalaman dalam bidang intel. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya. Namun ia dicopot dari jabatannya oleh Irjen Idham Azis karena tak menjalankan protokol kesehatan.
Pria kelahiran 26 Maret 1965 di Cirebon, Jawa Barat memiliki segudang prestasi diantaranya Analis Kebijakan Madya bidang Ekonomi Baintelkam Polri, Dirintelkam Polda Jatim, Wakapolda Jambi, Wakapolda Jabar, Dirpolitik Baintekam Polri, Kapolda NTB, Kapolda Metro Jaya, dan kini menjabat Koorsahli Kapolri.
Selanjutnya adalah Irjen Muhammad Fadil Imran, yang kini menggantikan jabatan Nana sebagai Kapolda Metro Jaya. Pria yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan alumni Akpol 1991. Fadli yang kini berusia 52 tahun pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, Direskrimsus Polda Metro Jaya, Wadirtipideksus Bareskrim Polri, Dirtipid Siber Bareskrim Polri, Dirtipdter Bareskrim Polri hingga Kapolda Jawa Timur.
Nama Kapolda Jawa Barat Irjen Ahmad Dofiri juga patut diperhitungkan. Dofri lahir di Indramayu, Jawa Barat. Kini usianya 53 tahun. Dia merupakan lulusan akademi kepolisian angkatan 1989 sekaligus peraih penghargaan Adhi Makayasa atau sebagai lulusan terbaik. Sepanjang kariernya, dia pernah menjabat sebagai Kapolres Bandung serta Wakapolda DIY. Tak hanya itu, ia juga pernah memimpin Polda Banten dan Polda DIY. Dofiri bahkan sempat menjadi asisten logistik Kapolri hingga menjadi Kapolda Jawa Barat.
Terakhir, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lufti. Lutfi lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 22 November1966. Sejak 1 Mei 2020 menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Luthfi, lulusan Sepamilsuk Polri 1989 ini berpengalaman dalam bidang intel. Ia juga pernah menjabat sebagai Analis Kebijakan Madya bidang Sosbud Baintelkam Polri, dan Wakapolda Jawa Tengah.
Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Gerindra Habiburokhman mengakui pembahasan nama calon Kapolri menjadi wacana di Senayan. Ada beberapa nama yang cukup menjadi perhatian. Misalnya, Gatot Eddy Pramono, Listyo Sigit Prabowo, dan Fadli Imran. Ketiga nama itu memiliki prestasi masing-masing.
Salah satu prestasi yang menjadi sorotan, kata Habiburokhman, kiprah Listyo dalam kasus Djoko Tjandra. Dalam kasus itu, sosok Listyo berperan besar dalam membongkar hingga ramai jadi perbincangan publik. Bagaimana Listyo juga turut menjemput buronan kelas kakap Djoko Tjandra hingga menetapkan dua orang petinggi Polri sebagai tersangka. "Jelas ini prestasi yang luar biasa," kata Habiburokhman mengungkapkan.
Meski begitu, Habiburokhman meyakini para calon Kapolri memiliki peluang yang sama. Apalagi tugas di masa depan bakal semakin berat lantaran kondisi politik Indonesia semakin terus panas dan pandemi covid-19 masih berlanjut.
(mdk/ang)