Bisnis musiman saat momentum pilpres
Di balik musim-musim tersebut, selalu menghasilkan proses perilaku yang berbeda.
Setiap zaman akan menghasilkan anak jaman, begitu kata pepatah. Waktu terus berlalu, berjalan dari waktu ke waktu. Namun, tidak semua waktu sama, pasti ada yang beda. Yang membedakan waktu satu dengan yang lain, adalah peristiwa yang terjadi antarwaktu tersebut.
Dalam setahun, kalau di Indonesia, dibedakan dalam dua macam musim, panas dan hujan. Di Eropa ada empat, panas, semi, rontok, dan dingin (salju). Di balik musim-musim tersebut, selalu menghasilkan proses perilaku yang berbeda. Tentu saja, kebutuhan masyarakat pun berbeda.
Di dalam kebutuhan (demand) maka perlu pemenuhan (supply). Kalau sudah ada kebutuhan dan pemenuhan, maka akan terjadi hubungan transaksional. Maka, akan lahirlah bisnis. Baik barter maupun normal bayar membayar. Di musim semi, kebutuhan masyarakat tentu berbeda dengan di musim panas, begitu pula di musim salju.
Atau di tanah air, musim hujan dan panas pasti beda. Di musim hujan misalnya, banyak peristiwa yang terjadi, hujan, banjir, mampat, kotor, bikin malas keluar, baju tidak kering, rumah bocor, dan lain-lain. Maka, seorang pedagang jeli akan memanfaatkan momentum musim hujan itu sebagai peluang bisnis. Maka, lahirlah bisnis misalnya, mulai dari ojek payung, jual minuman hangat, cuci kendaraan, antar makanan, laundry delivery, ponco anti hujan, dan sebagainya.
Peristiwa hujan bagi seorang yang pandai melihat peluang bisnis, itu adalah momentum. Hari-hari ini, apa yang paling hangat di kita? Musim pilpres. Nah, bisnis apa yang cocok untuk musim capres-capresan ini? Kalau diinventarisir akan banyak. Bisa disebut, antara lain bsinis pembuatan spanduk, pembuatan kaos, stiker, iklan, promosi, dan yang sedang marak adalah bisnis buzzer di media sosial, bisnis tim sukses, dan lain-lain.
Karena namanya bisnis musiman, maka pilpres terjadi 5 tahun sekali, dan waktunya paling maksimal cuma 2 bulan, maka dalam waktu tersebut harus habis-habisan memberikan layanan maksimal, atau menjual barang secara besar-besaran. Harus benar-benar dioptimalkan. Siapa yang terbaik memanfaatkan momentum maka akan menjadi ngetop. Bisa jadi di musim berikutnya, akan dicari orang.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisnis musiman bisa langgeng. Yang dimaksud di sini adalah, bagaimana agar ketika musim atau momentum itu sudah selesai, agar tetap diburu konsumen, itulah tantangannya. Tidak banyak contoh memang bahwa bisnis musiman itu langgeng. Yang bisa dicatat, konon Bika Ambon (makanan bika di Jl. Ambon Medan), itu ngetop tatkala Ramadan di Medan silam. Karena saking banyaknya penjual bika, dan beberapa diantaranya enak, maka kemudian membuat masyarakat ketagihan bika dan sejak itu nama bika (dari jalan) Ambon melegenda hingga menembus batas-batas propinsi.
Yang sangat sederhana, ketika Gunung Kelud meletus beberapa waktu lalu. Rekan saya yang kebetulan dia kerja di penyelenggara umrah/haji, kebetulan saat itu sedang punya stok banyak masker, akhirnya laris manis dijual. Maskernya dua almari hari itu ludes dibeli orang dengan margin 5 kali lipat. Musim debu hanya berlangsung semingguan. Musim yang sangat pendek bisa menghasilkan margin keuntungan yang besar sekali. Tapi musim (momentum) itu tidak datang lagi.
Contoh lain, ketika tahun 1980-an proses penerimaan mahasiswa baru memakai model tes masuk SKALU lalu Sipenmaru, maka di kota-kota yang memiliki perguruan tinggi negeri lahir lembaga kursus untuk menembus perguruan tinggi negeri, seperti Ganesha Operation (Bandung), Primagama (Jogja), Ipiems (Surabaya), dan lain-lain. Karena musimnya selalu datang berulang setiap tahun, maka lembaga pendidikan singkat untuk menembus PTN itu pun untuk memperpanjang nafas bisnisnya dikembangkan menjadi lembaga kursus. Dan, hidup sampai saat ini bahkan sudah menyebar di berbagai daerah dan tak cuma di musim penerimaan mahasiswa baru.
Gambaran di atas adalah yang sukses bisa mempertahankan kesuksesannya setelah musim habis. Banyak yang musim habis sekaligus bisnis habis. Lalu, bagaimana agar bisnis Anda bisa bertahan. Ada beberapa hal atau langkah sederhana. Pertama, pikirkan apa yang akan terjadi (musim) mendatang. Minimal 2 bulan persiapkan bisnis yang akan dilakukan di musim mendatang. Kedua, pilih bisnis yang memang kesukaan Anda, agar nanti tidak merasa terbebani dan ketika musimnya habis masih ingin mengembangkannya. Ketiga, ketahuilah calon pembeli Anda agar bisa menghitung target dan optimalisasi stok yang dilakukan. Keempat, meski musiman produk Anda harus beda dengan yang lain atau punya keunggulan kompetitif karena biasanya akan banyak pemainnya di saat yang bersamaan dengan tawaran yang sejenis.
Berkaitan dengan nomor tiga di atas, yakni perlunya mengetahui calon pembeli, dalam konteks musim pilpres, maka kudu ada pilihan tegas posisi Anda, sebagai pengusaha atau sebagai pendukung. Misalnya saat ini sedang ramai antara Prabowo vs Jokowi atau antara No-1 vs No-2, kalaupun mendukung salah satu capres mesti mempertimbangkan di daerah tertentu mana yang paling laku bila jualan kaos misalnya.
Musim capres ini kalaupun disebut sebagai peluang bisnis, memang juga menguji keyakinan diri apakah sebagai pedagang murni atau sebagai relawan? Ini tantangannya. Kalau Anda sebagai pebisnis murni, maka pertimbangan utama adalah margin mana yang tinggi, itulah yang dikejar. Syukur keinginan hati sama dengan jumlah konsumen yang memberikan keuntungan.
Lepas dari masalah di atas, memang paling utama adalah dalam bisnis musiman itu menyangkut keberlanjutan (sustainability). Bagaimana mengubah musiman atau momentum tidak menjadi pendek, tapi panjang dan berkelanjutan dan memberikan keuntungan. Menurut JC Larreche, seorang profesor pemasaran di INSEAD, menjawab pertanyaan dalam bukunya, The Effect Momentum: Cara Ignite Pertumbuhan luar biasa untuk bisnis musiman (momentum), menulis cukup bagus.
"Para pemimpin yang mengandalkan momentum sebenarnya bukan yang beruntung, tapi mereka sukses karena cerdik,” katanya. "Mereka mampu menemukan sumber momentum dan, dengan itu, awal dari sebuah cara cerdas untuk pertumbuhan yang luar biasa,” katanya. Menurut dia, pemimpin bisnis sering berbicara tentang 'naik gelombang’. Mereka itu aktif memantau, dan pada saatnya menggenjot optimalisasi. Motto pebisnis musiman yang sukses memanfaatkan momentum, menurut Larrache, mereka memikirkan kemungkinan akan terjadi gelombang, mereka ikuti, sampai gelombang itu naik, hingga naik melebihi tingginya gelombang itu sendiri. Kecerdikan dan nyali yang membuat mereka bisa optimal.
Adakah Anda juga sedang menunggu dan akan memanfaatkan momentum bisnis tertentu?