Brexit dan resep bubarnya Uni Eropa
Berbagai kalangan di Inggris menilai bahwa Uni Eropa makin menguasai semua aspek kehidupan.
Sekembali dari pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa di Brussels dan membahasnya dalam kabinet, Perdana Menteri Inggris David Cameron (21/2) mengumumkan bahwa Inggris akan menyelenggarakan referendum pada 23 Juni mendatang tentang keanggotaan Inggris di blok 28 negara Uni Eropa. Rakyat Inggris akan diminta memberi jawaban ya atau tidak atas pertanyaan “haruskah Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa?“
Referendum itu adalah hasil desakan publik terhadap pemerintahan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit (British Exit). Berbagai kalangan di Inggris menilai bahwa Uni Eropa makin menguasai semua aspek kehidupan. Banyak dan ketatnya aturan Uni Eropa dirasakan membelenggu bisnis Inggris serta pembayaran keanggotaan di Uni Eropa dianggap sebagai penghamburan duit rakyat.
David Cameron yang selama ini bersusah payah menegosiasikan reformasi di tubuh Uni Eropa untuk mengakomodasi tuntutan dalam negeri membawa kabar bahwa ia berhasil memperoleh Uni European Deal yang memberi konsesi atau status khusus bagi Inggris dalam isu-isu tertentu seperti penggunaan mata uang Pound dalam Eurozone, pembatasan kebebasan bergerak antara negara Uni Eropa, tunjangan bagi imigran dan lainnya. Tapi kabar ini tak terlalu menggairahkan bagi penentang Uni Eropa.
Brexit atau pemisahan satu negara anggota adalah salah satu resep bagi bubarnya Uni Eropa di tengah makin tidak populernya Uni Eropa. Ingat, pada pemilu anggata Parlemen Uni Eropa bulan Mei 2014 lalu, kelompok anti Uni Eropa yang dikenal sebagai Euroskeptics dan kelompok anti kemapanan (baik kanan maupun kiri) merebut 228 dari 751 kursi (30 persen lebih). Kehebohan yang diberi bobot lebih lanjut sebagai telah terjadinya "gempa politik" dan tanda-tanda berakhir dan bakal bubarnya UE. Brexit akan memicu negara-negara anggota lain yang masih malu-malu kucing untuk melakukan hal serupa.
Denmark adalah salah satunya. Denmark termasuk negara Euroskeptics di mana pada 3 Desember tahun lalu telah melakukan referendum dengan hasil bahwa rakyat Denmark tak mau mengikatkan diri dalam sistem peradilan Uni Eropa dan dalam urusan dalam negerinya. Saat ini tekanan untuk keluar di Denmark memang belum terlalu kuat, tapi jika referendum Inggris menghasilkan Brexit, diperkirakan publik Denmark dan anggota lain akan terprovokasi untuk melakukan hal serupa.
Resep kedua adalah dengan membiarkan masing-masing negara mengambil kebijakannya sendiri atas suatu krisis sehingga kesatuan bisa direnggangkan. Masih ingat dengan membanjirnya pengungsi ke Eropa sehingga membuat Pemerintah Hongaria mendirikan pagar kawat berduri di perbatasan dengan Serbia, Inggris membisu, Spanyol hanya menerima 2000 pengungsi dan Jerman menjadi pahlawan. Isu migran telah membuat Uni Eropa diolok-olok dunia soal kekokohan kesatuan kebijakannya.
Resep ketiga adalah membiarkan kemerosotan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran sehingga memberi jalan bagi peningkatan popularitas partai-partai anti Uni Eropa. Dengan pertumbuhan rata-rata hanya 0,3 persen, tingkat pengangguran di Spanyol 23 persen dan Yunani 25 persen wajar kekecewaan pada Uni Eropa meningkat dan bukan dianggap sebagai solusi tapi sebaliknya sebagai masalah. Selain itu mata uang tunggal Euro ternyata tak pernah dianggap sebagai inisiatif ekonomi tetapi instrumen politik untuk memajukan agenda federalisme.
Tak heran, kondisi ini meningkatkan popularitas partai kiri. Portugal saat ini diperintah oleh partai sosialis yang menentang program austerity (pengetatan ikat pinggang) Uni Eropa. Demikian juga dengan Spanyol yang menuju ke arah sama dengan hasil pemilu Desember tahun lalu, kemungkinan akan dipimpin oleh partai sosialis pula. Isu penanganan pengungsi juga makin memberi angin pada partai-partai xenofobia dan Islamofobia seperti Fron Nasional Perancis, Partai Kebebasan Belanda, Partai Demokrat Swedia, Partai Alternatif Jerman yang dinilai telah mengancam jalinan sosial Eropa.
Uni Eropa saat ini tengah memasuki masa pancaroba yang bila tak dinahkodai dengan bijaksana akan mengantarnya menuju masa senjakala dan pada akhirnya bubar belaka.