Jejak perbudakan dan nama 'Manggarai'
Nama Manggarai diambil dari daerah Manggarai di Nusa Tenggara Timur.
Tak banyak yang mengetahui nama sebuah tempat masuk Kecamatan, Tebet, Jakarta Selatan itu. Di sana masih berdiri kokoh bangunan-bangunan bergaya arsitektur Belanda. Tengok lah stasiun Manggarai, bangunan utamanya masih bernuansa kolonial.
Tidak hanya itu, perumahan mirip komplek tak jauh dari stasiun juga memiliki gaya yang sama. Di Jalan Manggarai Utara contohnya. Di jalan ini masih berdiri kokoh rumah-rumah peninggalan Belanda. Ciri-cirinya bisa dilihat dari bentuk bangunan. Umumnya gaya bangunan rumah arsitektur Belanda masih menggunakan anak tangga.
Soeroso, 87 tahun, sudah menempati salah satu rumah di Jalan Manggarai Utara sejak tahun 1959. Namun dia tak mengetahui dari mana nama Manggarai di ambil. "Saya tidak tahu. Dari zaman Belanda memang sudah ada nama ini (Manggarai)," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa kemarin. Dia pun menunjuk Jalan Manggarai Utara. "Dulu namanya bukan itu, tetapi Jalan Marsekal Klan," katanya memberitahu.
Meski usianya sudah berumur, namun ingatan Soeroso masih tajam. Didampingi putranya, Julianto Soeroso, dia menceritakan jika rumah-rumah bergaya arsitektur Belanda sekarang ia tempati memang sudah ada sebelum dia pindah. Rumah-rumah itu diperuntukkan bagi petinggi Staatsspoorwegen, sebuah perusahaan kereta api zaman Hindia-Belanda.
"Suami saya dulu bekerja di SS (Staatsspoorwegen)," ujar Soeroso.
Staatsspoorwegen merupakan cikal bakal lahirnya perusahaan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia. Perusahaan itu pada zaman Belanda dinasionalisasikan. Kini orang lebih mengenalnya dengan sebutan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Sejarawan nama tempat di Jakarta, Rachmat Ruchiat mengatakan jika nama Manggarai menurut sejarahnya diambil dari orang-orang asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Orang-orang Flores kata Rachmat lebih dulu menempati daerah Manggarai. Kemudian mereka menamai daerah yang sekarang masuk Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan itu sama seperti Manggarai di NTT.
Bukan tanpa sebab nama itu disematkan. Menurut Rachmat, mereka ingin mengenang kampung halaman yang telah ditinggalkan. "Dari orang-orang Flores," ujar Rachmat semalam. Menurut Rachmat orang-orang Flores pertama kali menempati wilayah Manggarai sekitar tahun 1770.
Bukti yang menguatkan jika nama Manggarai diambil dari nama salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur ialah dengan ditemukannya sebuah tarian bernama Lenggo setelah Perang Dunia II oleh seorang ahli etnomusikalogi, Jaap Kunst. Dalam bukunya 'Java Jilid II', Jaap Kunst menyajikan gambar tarian khas tersebut.
Tarian tersebut memiliki nama mirip dengan tarian asal Betawi, Belenggo. Tarian Belenggo dalam salah satu seni budaya Betawi biasanya dimainkan oleh kaum pria. Tarian ini memadukan antara gerakan tarian dan seni pencak silat. Gerakan tariannya lebih banyak menampilkan gerak langkah dan membungkuk.
"Sekitar tahun 1770," kata Rachmat yang juga penulis buku 'Asal-usul Nama Tempat di Jakarta' ini.
Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, atau akrab disapa Abah Alwi pernah juga menulis soal daerah Manggarai. Dalam tulisan pernah di muat Republika pada Mei 2004 berjudul 'Meester Cornelis dan Kapten Yonker', Abah Alwi mengatakan jika dahulunya, Manggarai adalah tempat konsentrasi para budak dari Nusa Tenggara Timur.
Hal itu juga sama seperti cikal bakal nama Kampung Bali. Di sana dulunya banyak etnis bali bermukim. Sayang saat merdeka.com mengajukan wawancara seputar sejarah nama Manggarai Abah Alwi tidak bisa menyanggupi. Kebetulan Abah Alwi dalam kondisi kurang sehat.
"Saya sedang kurang sehat, lain waktu kita ngobrol," ujar Abah Alwi melalui sambungan seluler, sore kemarin.