Modifikasi Cuaca, Jejak yang Tertinggal dari Mandalika
Di antara gegap gempita ajang Moto GP di Sirkuit Mandalika, Lombok Nusa Tenggara Barat 19 Maret lalu beserta sosok pawang hujan Rara Istiati Wulandari, ada yang luput dari perhatian banyak orang.
Di antara gegap gempita ajang Moto GP di Sirkuit Mandalika, Lombok Nusa Tenggara Barat 19 Maret lalu beserta sosok pawang hujan Rara Istiati Wulandari, ada yang luput dari perhatian banyak orang, yaitu peran Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang ikut menyukseskan gelaran internasional tersebut dari balik layar.
Apa yang dilakukan oleh BRIN? Apa dan bagaimana sebetulnya modifikasi cuaca itu?
-
Apa yang sedang dipastikan kesiapannya oleh BPH Migas untuk MotoGP? Lembaga ini memastikan kesiapan pasokan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mendukung terselenggaranya ajang internasional MotoGP yang digelar akhir September 2024 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
-
Bagaimana BPH Migas memastikan pasokan BBM untuk MotoGP? "Kami melakukan pemantauan kesiapan beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Lombok, khususnya yang lokasinya dekat dengan lokasi pelaksanaan event internasional MotoGP Indonesia 2024 akhir September 2024.
-
Apa yang diubah pada modifikasi motor yang unik ini? Pada dasarnya berboncengan dengan sepeda motor seharusnya hanya untuk satu penumpang. Namun, apa jadinya bila sepeda motor jatuh pada pecinta otomotif yang memiliki hobi modifikasi kendaraan. Mereka pun mengubah ukuran tempat duduk penumpang standar pabrikan menjadi lebih banyak sehingga dapat membonceng banyak penumpang.
-
Apa yang membuat beberapa modifikasi motor terlihat menyeramkan? Meskipun beberapa modifikasi terlihat menyeramkan, namun ada juga yang terlihat lucu dan menggemaskan.
-
Di mana modifikasi motor unik ini dijumpai? Motor gede bermesin gahar ini punya tempat duduk yang panjang.
-
Kenapa modifikasi motor unik ini dilakukan? Mereka pun mengubah ukuran tempat duduk penumpang standar pabrikan menjadi lebih banyak sehingga dapat membonceng banyak penumpang.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan, pada dasarnya, konsep teknologi modifikasi cuaca ini hanya sebuah upaya untuk mempercepat terbentuknya hujan.
Teknologi Modifikasi Cuaca, kata Guswanto, dilakukan dengan penyemaian garam-garam yang merupakan bibit awan hujan, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan inti kondensasi, pada awan target pembenihan.
"Syarat utama untuk berhasilnya TMC adalah adanya awan-awan konvektif yang berpotensi sebagai awan hujan," ujar Guswanto kepada merdeka.com, pekan lalu.
Awan konvektif adalah awan yang terbentuk akibat proses naiknya udara hangat membawa uap air.
TMC sebagian besar menggunakan garam (NaCL) sebagai bahan semai hujan karena sifatnya yang akan menyerap uap air yang berada di sekitarnya dan menjadi inti kondensasi. Pada saat inti kondensasi yang satu bergabung dengan yang lain, inti-inti kondensasi yang terjadi akan terus menyerap uap air. Pada akhirnya awan akan tumbuh semakin besar, berbanding lurus dengan jumlah uap air yang diserap dan jumlah inti kondensasi yang membentuk awan tersebut.
Suatu inti kondensasi memiliki kapasitas dalam menyerap uap air, ketika akan mencapai titik jenuhnya, inti kondensasi dengan uap air yang menempel pada permukaan dapat membentuk sebuah tetes awan. Namun pada saat inti kondensasi mencapai titik jenuhnya, kita akan melihat awan yang berwarna kelabu dan cenderung kehitam-hitaman. Inti-inti kondensasi tersebut terus menyerap uap air dan menyebabkan suatu kondisi lewat titik jenuh, sehingga tiba pada kondisi terbentuknya endapan yang turun ke permukaan bumi karena gaya gravitasi. Proses ini biasanya dikenal dengan istilah presipitasi, yang mana presipitasi dapat berupa hujan air dan hujan es.
Dua metode modifikasi cuaca
Teknologi Modifikasi Cuaca biasanya dikaitkan dengan upaya menghentikan hujan di suatu lokasi. Yang lebih tepat sebetulnya adalah modifikasi cuaca bertujuan menambah curah hujan atau mengurangi curah hujan di suatu lokasi.
Menurut Guswanto, istilah menghentikan hujan atau tidak biasanya tergantung lokasi di mana awan hujan itu berada. Misalnya awan itu berada di Mandalika, sedangkan arah dan kecepatan angin Timur Laut mendorong awan tadi bergeser ke Barat Daya, maka hujan tidak akan terjadi di Mandalika. Hujan cenderung terjadi di wilayah Kuta Lombok.
TMC ini juga bisa digunakan saat musim kemarau untuk mencegah atau memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
"Tetap syarat utamanya adalah adanya awan hujan yang berpotensi disemai," kata dia.
Budi Harsoyo, koordinator laboratorium pengelolaan Tim Modifikasi Cuaca-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan dua metode untuk melakukan modifikasi cuaca. Yang pertama adalah metode dinamis dengan menggunakan pesawat.
Dengan metode dinamis menggunakan pesawat ini juga ada dua mode bahan semai. Satu adalah bahan semai garam yang umum dipakai. Garamnya yang sudah sangat halus seperti bedak atau bubuk (powder).
"Kita taburkan di puncak awan. Jadi kalau ada awan kita terbang di punggung-punggung awan atau puncak awan untuk menaburkan bahan semai itu, harus masuk ke dalam awan.
Proses itu, kata Budi, dilakukan pada ketinggian kurang lebih sekitar 9.000 hingga 11.000 kaki.
Metode kedua adalah dengan menggunakan bahan semai flar. Flar ini seperti kembang api atau suar, mirip yang biasa dibawa suporter bola.
"Kami pasang di sayap pesawat, tapi kami menyemainya dari dasar awan. Dengan asap dari suar itu partikel garam akan naik," jelas Budi saat diwawancara merdeka.com pekan lalu.
Ketinggian pesawat untuk metode kedua ini kurang lebih sekitar 3.000 sampai 4.000 kaki di dasar awan.
Metode pertama menyemai di puncak awan. Metode kedua di dasar awan.
"Tujuannya sama menginjeksi bahan semai supaya mempercepat proses fisika awan," kata Budi. Menurut dia, proses TMC ini bisa memakan dana hingga Rp 150-200 juta per hari.
Bukan menggeser awan
Dengan demikian modifikasi cuaca bukan berarti bisa menggeser awan hujan.
"Yang kami lakukan hanya mempercepat proses terjadinya hujan sehingga bisa dikondisikan apakah hujan nya mau ditambahkan di daerah situ atau justru dikurangi," kata dia.
Modifikasi cuaca itu intinya adalah memasukkan partikel bahan semai ke dalam awan supaya proses fisika terjadi di dalam awan itu sehingga membuat proses terjadinya hujan jadi lebih cepat.
"Artinya karena kita semai maka awan itu bisa jatuh menjadi hujan lebih dulu di tempat yang memang sengaja kita arahkan," ujar Budi.
Terkait soal pawang hujan yang jadi pertanyaan banyak orang, Budi menuturkan dia tidak ingin berpolemik dalam masalah itu. Budi mengaku hanya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Kembali kepada keyakinan masing-masing ya. Ibaratnya begini, orang sakit itu ada yang datang ke dokter atau ke rumah sakit. Tapi ada juga orang yang datangnya ke tabib atau tempat-tempat pengobatan alternatif. Kira-kira begitulah."
(mdk/pan)