Raffi dan Priyo menjelang Pemilu 2014
Dituduh berlaku buruk: Raffi tak bisa berkelit oleh hasil tes urin, sedang Priyo tak menjalani tes kebohongan.
Raffi Ahmad jadi berita besar setelah digerebek polisi BNN, Minggu (27/1) subuh. Daya tariknya demikian besar, hingga media nyaris melewatkan berita penting lain: keterlibatan Priyo Budi Santoso dalam kasus korupsi Alquran, sebagaimana disebut jaksa penuntut dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin (28/1).
Dalam teori jurnalistik, Raffi Ahmad bernilai berita tinggi, karena dia nama besar atau prominence. Aktivitasnya sebagai presenter dan pemain sinetron, membuat dia tampil di layar televisi setiap hari, pada program dan stasiun yang berbeda. Ini belum termasuk muncul dalam siaran iklan dan infotainmen.
Boleh dibilang tidak ada orang Indonesia yang tidak kenal Raffi Ahmad, sehingga keterkenalan ini merupakan jaminan jadi berita.
Makanya, ketika Minggu pagi terdengar kabar rumahnya digerebek polisi, semua wartawan bergerak memburu kepastian kabar tersebut. Tak hanya kru infotainmen yang memang selalu mengikuti aktivitas dunia hiburan Raffi, tetapi juga juru warta lain yang melihat nilai berita lain di samping keterkenalan Raffi.
Nilai berita lain itu adalah perburuan narkoba. Ini penting, karena narkoba dianggap perusak masyarakat dan perburuan narkoba menjadi perhatian serius banyak kalangan. Namun sampai sejauh ini polisi belum bisa berbuat banyak jika dibandingkan dengan penyebaran narkoba di masyarakat. Karena itu, keberhasilan mengungkap kasus narkoba jadi peristiwa langka, dan yang langka selalu jadi berita.
Penangkapan Raffi dkk juga menimbulkan kontroversi, atau setidaknya pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu logika awam. Pertanyaan pentingnya, bukan apakah Raffi benar terlibat narkoba atau tidak, tetapi mengapa polisi mengincar, memburu dan menangkap Raffi dkk yang “hanya” menenggak zat baru sejenis ekstasi. Tidak adakah kasus besar yang menarik perhatian polisi? Tidak adakah kelompok pengedar atau pengguna sabu, zat yang lebih berbahaya?
Jangan heran kalau di kalangan wartawan berkembang berbagai macam spekulasi di balik aksi polisi BNN ini. Mulai dari, permintaan “86” yang mencapai Rp 2 miliar, rekayasa menaikkan citra (kepala) BNN, sampai konspirasi mencegah artis mengikuti perebutan kursi pada Pemilu 2014.
Demikian banyak nilai berita penangkapan Raffi dkk, sampai-sampai media nyaris melewatkan peristiwa yang terjadi dalam sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin kemarin. Untung saja, masih ada waktu sampai malam hari bagi media online, radio dan televisi; untung juga masih tersedia halaman tersisa buat koran, sehingga berita Priyo Budi Santoso akhirnya termuat jadi berita.
Ini juga menyangkut berita orang terkenal, sebab sebagai politikus kawakan, tentu sebagian besar orang Indonesia mengenal Priyo Budi Santoso. Jika anggota DPR tersangkut korupsi, itu sudah jadi berita biasa; tentu tidak demikian jika yang tersangkut wakil ketua DPR. Apalagi Priyo disebut jaksa menerima fee kasus proyek pengadaan Alquran.
Orang Indonesia mana yang tidak geleng-geleng kepala mendengar proyek pengadaan Alquran dikorupsi pimpinan DPR. Hanya saja, karena kasus menggerogoti dana Alquran ini sudah lama diberitakan, nilai beritanya tidak menghenyakkan lagi. Maka penyebutan jaksa bahwa Priyo Budi Santoso terlibat kasus ini, ya hanya jadi berita biasa saja.
Priyo membantah tuduhan jaksa itu. Ini juga berita biasa, karena sudah demikian jamaknya jawaban para tertuduh, tersangka atau terdakwa kasus korupsi. Dalam hal ini Priyo lebih mudah menepis tuduhan, dibandingkan dengan Raffi yang harus menjalani tes urin. Coba kalau ada tes kebohongan atas tuduhan korupsi, yang proses maupun hasilnya diketahui publik. Pasti media seru memburu.
Pong Hardjatmo: BNN buang-buang duit tangkap Raffi dan Wanda
Gunakan narkoba baru, Raffi dkk tidak bisa dipidana?
BNN masih gantung status Raffi dan Wanda
5 Temuan BNN soal kapsul narkoba di rumah Raffi Ahmad
5 Keganjilan Wanda Hamidah saat digerebek di rumah Raffi
BNN belum bisa pastikan jenis narkoba di rumah Raffi Ahmad
BNN nyatakan Raffi Ahmad positif pakai narkoba
Pesta di rumah Raffi ubah obat flu jadi narkoba
4 Artis yang digerebek BNN di rumah Raffi
AM Fatwa: Wanda tak pantas pesta hingga pagi di rumah Raffi
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.