Tinggal aku dan Aura
Rahma Wati menyaksikan suaminya tewas tertimpa reruntuhan bangunan. Dua anaknya juga tak selamat.
"Tolong, tolong, tolong." Suara itu adalah Rahma Wati (35) yang berteriak dari balik reruntuhan bangunan menghimpit tubuhnya. Dia sama sekali tak bisa menggerakkan badan.
Jerit histeris dan tangisan anak-anak memecah kesunyian pada Rabu (7/12) subuh. Semua warga sibuk menyelamatkan diri sendiri dan keluarga masing-masing. Mereka amat panik.
Hari itu, Rahma mengenakan jilbab hitam, baju terusan merah dengan motif bunga. Matanya berkaca-kaca ketika dia mengingat lagi detik-detik antara hidup dan mati. Dia sempat beberapa lama bertahan di bawah reruntuhan rumahnya di Gampung Kuta Pangwa, Kecamatan Treinggadeng, Kabupaten Pidie Jaya.
Guncangan lindu membikin rumahnya terbilang megah seketika rata dengan tanah. Dia juga harus merelakan suami tercinta, Nazaruddin (45), dan dua anaknya, Hami (8) dan Hayan Faham (4,5), meregang nyawa lantaran tertimbun.
Sedangkan anak pertamanya, Aura (10), lolos dari maut karena sedang tak berada di rumah. Aura saat kejadian nahas itu sedang berada di kediaman neneknya, yang bersebelahan dengan tempat tinggalnya.
Suara Rahma terdengar lirih. Sesekali bulir air mata menetes di wajahnya. Secepatnya dia hapus dengan telapak tangannya. Terkadang dia terdiam. Pikirannya seperti melayang, mengenang saat dia amat dekat dengan maut.
Usai tertimpa material bangunan, Rahma mengaku setengah badannya terjepit dan berangsur mati rasa. Dia juga kesulitan bernapas. Selain udara pengap, karena terkurung reruntuhan, abu beterbangan dari beton yang rubuh membuat dadanya sesak.
"Sepuluh menit lagi saja terlambat, saya bisa tidak selamat," kata Rahma kepada merdeka.com.
Di saat kritis, Rahma mengerahkan sisa-sisa tenaganya dengan berteriak sekuatnya meminta tolong. Baru sekitar pukul 07.00 WIB datang pertolongan dari warga.
Rahma berhasil lolos dari timbunan bangunan sekitar tiga jam kemudian. Setelah warga bahu membahu memindahkan reruntuhan dengan peralatan seadanya, Rahma langsung dilarikan ke rumah sakit. Rahma tidak mengalami cedera fisik, hanya gangguan kejiwaan karena trauma setelah gempa.
Jasad mendiang suami dan dua anaknya baru ditemukan setelah alat berat dikerahkan mengangkat reruntuhan. Itu sekitar tengah hari. Jenazah ketiganya langsung dikubur dalam satu liang lahat.
Rahma masih mengingat saat itu. Sesaat setelah gempa, sang suami beranjak dari tempat tidur dan hendak membuka pintu kamar. Sedangkan dia belum sempat bangun dari ranjang.
Di depan matanya, Rahma melihat suaminya tertimpa tembok dan langsung raib di balik reruntuhan. Sedangkan dia hanya terjepit. Sebab tembok menghimpitnya sedikit tertahan benda lain di kamar itu.
Rahma mengatakan, anak sulungnya trauma. Dia sengaja memindahkan Aura sementara ke rumah neneknya di Kabupaten Bireuen.
Kini Rahma menatap kenyataan. Dia hanya sendirian buat membesarkan anak pertamanya masih duduk di kelas lima sekolah dasar. Dia tak mau larut dalam kesedihan.
"Semangat saya sekarang demi membesarkan Aura. Dia harus bangkit. Hanya dia tinggal satu-satunya yang paling berharga," ujar Aura.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Apa yang terjadi di Batang akibat gempa? Gempa itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan. Hal itu terlihat dari sebuah video amatir warga. Tak hanya rusak, sejumlah warga tampak panik.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Di mana letak Agrowisata Bhumi Merapi? Ini merupakan tempat wisata edukasi yang terletak di lereng Gunung Merapi.
-
Kapan gempa di Gianyar terjadi? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
Baca juga:
Celah ajaib di Kuta Pangwa
Didekap bunda di ambang maut
Hilangkan trauma, anak korban gempa diajak menggambar
Perasaan senasib, pengungsi Sinabung beri bantuan korban gempa Aceh
Bank Jateng gelar salawat bersama 20 ribu Syekher Mania