'Selundupkan' klakson telolet lewat jemaah umrah
Mereka terpaksa melakukan itu lantaran barang tidak bisa dikirim ke Indonesia.
Tiga bus berjejer di sebuah pol di Jalan Cempaka, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Kamis (29/12). Sejumlah mekanik tengah sibuk melakukan sejumlah perbaikan dengan bus PO Scorpion Holiday.
"Persiapan buat ke Surabaya," kata owner bus PO Scorpion Holiday, Firman Fathul Rochman saat ditemui merdeka.com, Kamis (29/12).
Berbicara bus, belakangan dunia dibuat heboh melalui jagat maya, yaitu fenomena 'Om Telolet Om'. Tiga kata itu menjadi viral. Rupanya, kata itu muncul berawal dari sebuah unggahan video tentang bocah-bocah kecil yang tengah menunggu kedatangan bus agar membunyikan klakson telolet.
Sementara, bus Scorpion menjadi pelopor penggunaan klakson telolet berbagai macam variasi suara. "Kami yang pertama meramaikan klakson telolet," katanya.
Sebetulnya, klakson telolet sudah ada sejak 1970-an. Penggunanya bus di daerah Sumatera, khususnya Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Di sana klakson tersebut digunakan untuk mayoritas jalurnya merupakan hutan.
"Kalau pakai klakson biasa, suaranya kecil, paling hanya 80 desibel, tapi kalau pakai itu bisa 90 desibel," ujarnya.
Klakson macam itu mulai dipakai di Jawa era 2000-an. PO Efisiensi di Jawa Tengah memulainya pada 2007. Hanya saja klakson dipakai cuma mempunyai sedikit variasi suara, bahkan corong dipakai hanya tiga.
"Kemudian saya masuk tahun 2009 pertama hanya punya satu bus. Karena kenal dengan pemilik Efisiensi, saya tanya klakson yang dipakai. Rupanya klakson itu dari Saudi Arabia," katanya.
Kebetulan, orang tuanya merupakan pengusaha biro perjalanan umrah biasa mengantarkan jemaah asal Indonesia. Di sana, dia segera memesan klakson tersebut.
"Ternyata klakson itu enggak bisa dibawa ke Indonesia," katanya.
Sebagai strategi, Firman mengakali dengan cara menitipkan klakson tersebut ke para jemaahnya. Setiap jemaah membawa satu terompet, kemudian dirakit di Indonesia.
"Saya beli dua set, satu set isinya enam terompet. Dari situlah kami yang pertama meramaikan klakson telolet dengan enam corong, dan mempunyai banyak variasi suara. Kini tujuh bus saya semua pakai klakson itu," katanya.
Ia mengatakan, penggunaan klakson tersebut semata-mata hanya untuk menarik minat konsumen. Sebab, dia menginginkan bus yang dikelolanya memiliki ciri khusus sebagai bus pariwisata dibanding bus lain.
Taktik itu ampuh. Sejak 2011, para pengguna sudah akrab dengan bus Scorpoin yang mempunyai klakson telolet. Bahkan, sejak saat itu pula klakson busnya disebut klakson telolet.
"Sekarang sudah banyak yang memakai, hanya saja sebagai besar klakson yang dipakai buatan China," katanya.
Bedanya pada kualitas. Klakson telolet buatan Arab Saudi, India, dan Italia lebih kuat, ketimbang buatan China. Harganya pun juga berbeda jauh. Ia mengaku membeli satu set klakson sebesar Rp 4 juta, tapi kalau klakson telolet buatan China hanya sekitar Rp 1,2 juta.
"Kalau klakson buatan Arab bisa diperbaiki, tapi kalau buatan China enggak bisa," ujarnya.
Ia menuturkan, karena sudah mempunyai ciri khas, biasanya bus selalu diserbu oleh pemburu klakson telolet. Banyak penggemar bus menanyakan kepada kru waktu melintas di jalur yang dilintasi.
Ia mencontohkan, sebelum berangkat kru membuat status di media sosial. Dari sana, anggota komunitas Bismania maupun pemburu telolet saling menginformasikan kepada anggotanya.
"Jadi mereka sudah siap untuk menyambut bus, banyak orang di pinggir jalan. Dan itu sudah biasa buat kami," katanya.
Identitas bus itu membawa berkah baginya. Misalnya di Bali, bus Scorpion dengan klakson telolet sudah tak asing. Bahkan, pelanggannya merupakan turis asal China. Makanya, kata dia, bus ada tulisan China-nya.
"Seperti pelanggan asal Banjarmasin, mereka enggak mau pakai bus lain, makanya lusa tiga bus akan berangkat ke Surabaya menjemput pelanggan," ujarnya.
Fenomena 'Om Telolet Om' rupanya menarik perhatian Asep (25). Ia harus datang jauh-jauh dari Tangerang hanya untuk memesan bus telolet seharga Rp 3,5 juta untuk dipakai pada bulan Maret 2017 mendatang.
"Rencana mau dipakai untuk jalan-jalan ke Anyer," kata Asep usai memesan bus.
Sebetulnya, kata dia, banyak perusahaan penyewaan bus di Tangerang. Hanya saja, komunitasnya yang ingin jalan-jalan menginginkan menggunakan bus tersebut. Salah satu pertimbangannya ialah karena ada klakson telolet.
"Kalau mendadak, takutnya enggak dapat. Ini saya mendapatkan informasi melalui media sosial," katanya.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Apa yang terjadi di gudang peluru di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
Baca juga:
Fenomena 'Om Telolet Om', disenangi Jokowi dilarang polisi
Kapolda Jabar: Dari pada pikirin politik mending telolet-telolet
Bertandang ke markas pawang klakson telolet
Mulanya kepincut klakson Italia
Klakson telolet, hiburan sederhana yang membahagiakan