Infrastruktur di Indonesia belum siap sambut kehadiran mobil listrik
Untuk merealisasi mobil listrik di tanah air, harus ada komitmen serius dari pemerintah.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia khawatir belum adanya pemerataan infrastruktur semakin menghambat penjualan mobil listrik di Tanah Air.
"Kami dengan 40 perusahaan yang tergabung di Gaikindo memang mudah saja memproduksi mobil listrik untuk konsumen di dalam negeri. Tapi, sekarang permasalahannya adalah infrastruktur terutama ada tidaknya charging station," kata Sekretaris Umum Gaikindo Noegardjito, saat jumpa pers Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015, di Surabaya (30/7).
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
-
Bagaimana motor listrik bekerja? Cara kerja motor listrik terbilang sederhana, di mana ia mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik, memungkinkan motor untuk bergerak seperti motor berbahan bakar konvensional.
-
Apa yang memengaruhi jarak tempuh mobil listrik? Menurut informasi resmi dari Hyundai Gowa, ada beberapa faktor yang memengaruhi jarak tempuh kendaraan listrik. Faktor-faktor tersebut mencakup kebiasaan berkendara, penggunaan daya tambahan, kondisi saat berkendara, serta status energi pada baterai.
-
Apa yang memengaruhi penggunaan energi mobil listrik? Namun, ada beberapa faktor yang memengaruhi konsumsi energi mobil listrik yang perlu dipahami agar jangkauan dan kinerjanya dapat dioptimalkan.
-
Dimana Wuling merakit mobil listrik di Indonesia? Indonesia sudah memasuki era mobil listrik sejak merek otomotif Wuling dan Hyundai memutuskan merakit model BEV di pabrik mereka di Cikarang, Jawa Barat, pada 2021/2022.
Untuk merealisasi mobil listrik, ungkap dia, saat ini harus ada komitmen dari pemerintah. Salah satunya dalam meningkatkan jumlah dan perluasan infrastruktur penunjang mobil listrik.
"Oleh sebab itu, kondisi yang ada di Tanah Air perlu diupgrade. Apalagi, untuk mewujudkan charging station dibutuhkan data listrik yang besar," ujarnya.
Selain itu, jelas dia, juga diperlukan dana tidak sedikit guna membangun satu charging station. Contohnya, di Jepang dengan dukungan infrastruktur sangat bagus justru untuk satu alat charge mobil listrik membutuhkan investasi senilai Rp 60 juta.
"Kalau di Eropa, nilai investasinya bisa dipastikan lebih tinggi lagi. Kami harap pemerintah bisa mengantisipasi hal tersebut sehingga pengadaan mobil listrik secara massal di Indonesia bukan hal mustahil," katanya.
Bahkan, optimistis dia, dengan dukungan infrastruktur yang memadai maka pengoperasian mobil berbahan bakar gas (BBG) bisa diwujudkan dengan baik. Walau begitu, sekarang mobil berbahan bakar gas memang sudah ada beberapa unit.
"Akan tetapi, lagi-lagi pengguna mobil masih merasa kesulitan saat tiba-tiba gasnya habis di tengah jalan," katanya.
Di samping itu, sebut dia, produsen mobil tetap memberikan dukungan penuh terhadap realisasi mobil listrik dan gas. Komitmen tersebut juga akan diwujudkan dengan kesiapannya memproduksi komoditas itu.
"Kami siap kapanpun pemerintah meminta untuk memproduksi mobil listrik maupun gas. Tapi, tolong beri waktu kami minimal satu tahun karena kegiatan produksi mobil tidak bisa mendadak," katanya.
Mengenai perhelatan GIIAS 2015, Presiden Direktur Seven Events selaku penyelenggara yang dipilih Gaikindo, Andy Wirmansyah, mengemukakan, pada tahun ini agenda itu diadakan di tiga kota besar.
Untuk di Jakarta dilaksanakan di Indonesia Convention Exhibition BSD City (20-30 Agustus 2015), Makassar di Celebes Convention Center (25-29 November 2015), dan Surabaya di Grand City (9-13 Desember 2015).
"Melalui pameran itu, kami bersama Gaikindo akan membawa berbagai inovasi industri otomotif. Bahkan, dari 34 agen pemegang merek yang telah konfirmasi hingga akhir Juli ini sebagai peserta pameran ada beberapa yang siap mengenalkan produk terbaru seperti Honda dengan mobil barunya, BR-V," katanya.
(mdk/dzm)