Investasi US$ 12 Miliar, Mitsubishi Akan Gempur Pasar dengan Mobil Hybrid dan BEV
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, lanjut Kato, Mitsubishi Motors menyiapkan strategi 3 tahun hingga tahun fiskal 2025. Target strategi itu adalah penjualan sebesar 1,1 juta mobil dan pendapatan usaha 220 miliar yen per tahun di tahun terakhir dengan rasio margin usaha 7 persen.
Mitsubishi Motors Corporation (MMC) akan berinvestasi sebesar 2,5 triliun yen untuk kegiatan riset dan pengembangan (R&D) serta belanja modal pada 2030.
Sekitar 70 persen, setara 1,7 triliun yen atau sekitar US$ 12 miliar dialokasikan untuk pengembangan "kendaraan hijau" seperti kendaraan teknologi hybrid dan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
-
Bagaimana logo ikonik Mitsubishi terinspirasi? Logo ikonik Mitsubishi juga terinspirasi dari lambang keluarga Tosa dan Iwasaki, yang melambangkan persatuan dan kekuatan.
-
Apa teknologi yang digunakan pada Mitsubishi Xpander Hybrid? Mitsubishi Xpander dan Mitsubishi Xpander Cross Hybrid dipersenjatai dengan mesin bensin MiVEC 1,6 liter yang dikembangkan dengan teknologi hibrida yang disebut e:Motion tersebut.
-
Bagaimana Mitsubishi Motors mendukung petualangan hidup para konsumen? Tema tersebut untuk menegaskan komitmen selalu memanjakan konsumen melalui beragam produk dan layanan.
-
Apa yang menjadi awal dari sejarah Mitsubishi Motors? Awal dari sejarah Mitsubishi Motors terjadi pada tahun 1870 ketika Yataro Iwasaki mendirikan perusahaan pelayaran bernama Kujuku Shokai.
-
Kapan Mitsubishi Xpander Hybrid bisa dijual di Indonesia? Saya tidak bisa katakan sekarang kapan bisa dibawa, setidaknya saya bisa katakan secara teknis kami menunggu arahan dari prinsipal dan permintaan dari masyarakat Indonesia.
-
Bagaimana mobil listrik jenis PHEV bekerja? Prinsipnya sama dengan HEV, tapi lebih canggih dari sisi baterai. Sebab daya baterainya dapat diisi ulang di charging station, selain memanfaatkan energi kinetis dari hasil pengereman.
Presiden dan Chief Executive MMC Takao Kato mengatakan, investasi ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan usaha dari pasar Asia Tenggara (ASEAN) seiring momentum mobil ramah lingkungan di negara maju mulai menjangkau pasar otomotif ASEAN.
“Kami tidak menargetkan pangsa pasar, tapi ingin menggandakan pendapatan usaha dari kawasan tersebut (ASEAN),” ujar Kato dalam dikutip dari asia.nikkei.com, baru-baru ini.
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, lanjut Kato, Mitsubishi Motors menyiapkan strategi 3 tahun hingga tahun fiskal 2025.
Target strategi itu adalah penjualan sebesar 1,1 juta mobil dan pendapatan usaha 220 miliar yen per tahun di tahun terakhir dengan rasio margin usaha 7 persen.
Sementara itu, pada tahun fiskal 2022 yang berakhir 31 Maret 2023, diprediksi volume penjualannya mencapai 866 ribu unit dan pendapatan usaha 170 miliar yen.
16 Mobil Baru Akan Diluncurkan
©2023 Merdeka.com
Untuk mendukung target tersebut, MMC berencana meluncurkan 16 model baru selama 5 tahun ke depan. Salah satu model yang sudah dipasti itu adalah Mitsubishi XFC Concept.
Sebanyak 12 model akan diluncurkan di pasar ASEAN, yang mana 7 model tersebut merupakan kendaraan elektrifikasi: 4 mobil hybrid dan 3 mobil listrik baterai (BEV).
Kompetisi di ASEAN semakin tinggi sejak merek otomotif asal China dan Korea masuk ke pasar dengan model BEV. Contohnya Thailand dan Indonesia, yang mendorong investasi di sektor EV dan sedang memperkenalkan subsidi untuk mempercepat cakupan mobil ini di pasar domestiknya.
Problemnya, Mitsubishi Motors hingga saat ini belum menjual BEV di ASEAN. Meski pada Februari lalu mengumukan akan memproduksi dan menjual model EV yakni Minicab MiEV, mobil niaga kompak di pabrik Indonesia pada 2024.
“Mungkin sulit untuk meluncurkan kendaraan listrik berikutnya
pada tahun fiskal 2025, tetapi kami berharap bisa memperkenalkannya di tahun-tahun setelah itu,” pungkas Kato.
Ketika ditanya alasannya, Kato menjelaskan, pihaknya masih menimbang penyebaran kendaraan listrik di ASEAN, yang diawali dengan rumah tangga kaya yang tinggal di dekat area urban. Namun, wilayah ini juga punya populasi rumah tangga kelas menengah ke bawah yang cukup besar.
"Kami perlu hati-hati untuk menilainya, apakah layak untuk menjual produk yang hanya menyasar konsumen kaya," pungkas Kato-san.
Reporter magang: Vallerie Dominic