Menteri Bahlil Klaim industri Kendaraan Listrik Global sangat Bergantung pada Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik di dunia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa Indonesia akan memainkan peran kunci dalam industri kendaraan listrik di tingkat global. Hal ini disebabkan oleh kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, terutama nikel.
"Sekarang ketika dunia berbicara tentang green energy dan green industry, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh banyak negara lain," ungkap Bahlil, seperti yang dikutip dari Antara, dalam acara Repnas National Conference & Awarding Night di Jakarta.
- Menteri ESDM: Indonesia Simpan Harta Karun Cadangan Gas di Wilayah Sumut dan Aceh
- Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di 2033
- Klarifikasi ESDM: Dua Raksasa Eropa Tak Mundur Proyek Baterai Kendaraan Listrik di Maluku Utara, Mereka Hanya Menunda
- Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di 2032, Lokasinya di Bangka Belitung
Bahlil menjelaskan bahwa keunggulan Indonesia terletak pada cadangan nikel yang signifikan. Berdasarkan data Geologi Amerika pada tahun 2023, Indonesia memiliki sekitar 20 persen cadangan nikel global.
"Namun, empat bulan lalu, data Geologi Amerika menyebutkan bahwa cadangan nikel kita mencapai 40 hingga 45 persen," tuturnya.
Menteri ESDM menambahkan bahwa nikel merupakan elemen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, yang kini menjadi perhatian utama dunia seiring dengan pergeseran dari energi fosil menuju energi terbarukan.
Selain itu, dia menekankan bahwa saat ini hampir seluruh dunia sedang membahas tentang mobil listrik, meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil.
Baterai untuk mobil listrik
Dia mengungkapkan bahwa 60 persen dari bahan baku mobil listrik terdiri dari komponen mobil, sedangkan 40 persen sisanya adalah baterai. Dalam hal baterai, terdapat empat jenis komponen utama, yaitu mangan, kobalt, litium, dan nikel.
"Dari empat itu, 80 persen adalah nikel. Nah, kita di Indonesia memiliki cadangan nikel, mangan, dan kobalt, tetapi kita tidak memiliki litium," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa dengan cadangan nikel, mangan, dan kobalt yang melimpah, Indonesia berpotensi menjadi negara penting dalam rantai pasokan global untuk industri kendaraan listrik serta teknologi energi hijau.
"Jadi, penggunaan mobil listrik di seluruh dunia sangat bergantung pada bahan baku nikel, kobalt, dan mangan dari Republik Indonesia," kata Bahlil.
Dengan demikian, posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik semakin strategis, mengingat pentingnya bahan baku tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa negara kita memiliki peluang besar untuk berkontribusi dalam transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.