Menteri Bahlil: Sampai Sekarang Uni Eropa Masih Bergantung Pada Batu Bara Indonesia
Bahlil tak menyangkal dunia saat ini condong mengajak untuk beralih menuju energi yang lebih bersih.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia meminta pengusaha tambang batu bara tidak terganggu dengan maraknya kampanye dari negara maju soal transisi energi.
Ia lantas membandingkan Uni Eropa yang masih bergantung kepada komoditas batu bara asal Indonesia. Lantaran secara harga murah dan mampu menghasilkan energi dengan biaya yang kompetitif.
"Sampai sekarang saja Eropa masih minta batu bara dari Republik Indonesia kok. Ya, kita jujur-jujur saja, aku tahu kok," ujar Bahlil dalam kegiatan Indonesia Mining Summit 2024 di Jakarta, Rabu (4/12).
Bahlil tak menyangkal dunia saat ini condong mengajak untuk beralih menuju energi yang lebih bersih. Bahkan, beberapa lembaga keuangan global menawarkan dana yang kompetitif untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang berasal dari energi fosil.
Di sisi lain, Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Namun, ia menyebut komitmen itu perlu disesuaikan dengan kondisi ekonomi Indonesia. Terlebih pemakaian energi hijau butuh ongkos lebih mahal.
"Selama teknologinya masih mahal dan ekonomi kita belum kuat, kita harus menyesuaikan diri dengan kondisi kita. Kita setuju dengan pikiran global, tapi ukur diri kita juga, baseline kita, dan baseline negara-negara yang sudah maju," tegas dia.
Jaminan ke Pengusaha Batu Bara
Oleh karenanya, ia memberikan jaminan kepada pengusaha batu bara bahwa komoditas itu tetap akan dipakai. Lantaran pemerintah juga tak ingin didikte begitu saja oleh negara-negara maju.
"Jangan ibarat kata orang sudah S2 memaksakan pikirannya untuk mendikte orang yang baru tamat SMA atau baru semester 7 untuk sama dengan dia S2, tidak bisa," seru dia.
Sehingga, ia meminta para pengusaha batu bara tak perlu khawatir berlebih soal kampanye transisi energi yang kini marak disuarakan.
"Lanjut terus, tidak ada masalah. Apalagi kalau produksi bagus, PNBP bagus, pertumbuhan ekonomi daerah bagus, tidak ada masalah," pungkasnya.