ESDM Sentil Pengusaha Batu Bara: Segera Sadar untuK Turunkan Emisi
Berdasarkan kajian Asian and Pacific Economic Review (APER) di kawasan ASEAN, Eniya menyebut angka investasi hijau saat ini lebih tinggi 70 persen.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi terus mendorong pengusaha batu bara agar mau meninggalkan bisnis lama seperti PLTU batu bara. Pasalnya, investor kini lebih suka menanamkan investasinya ke sektor energi hijau.
Berdasarkan kajian Asian and Pacific Economic Review (APER) di kawasan ASEAN, Eniya menyebut angka investasi hijau saat ini lebih tinggi 70 persen dari pada untuk energi fosil.
"Sekarang, ini angka akurat, investasi yang ke fosil seluruh Asia Pasifik itu sudah lebih kecil dari pada investasi ke renewable. Kalau investasi ke yang kotor-kotor itu ibaratnya 1, ini yang ke renewable sudah 1,7. Berarti naik 70 persen. Itu Asia Pasifik," paparnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (22/8).
Oleh karenanya, Eniya meminta para pengusaha pertambangan batu bara mau berinovasi untuk memproduksi gas, semisal melalui program gasifikasi batu bara (DME).
"Saya harap batu bara mulai sadar ya untuk menurunkan emisi. Sekarang diinformasikan coba, semua pengusaha batu bara bergerak ke gasifikasi batu bara," ungkap dia.
"Kalau bisa menghasilkan gas dari batu bara, mau ke DME, hydrogen, apapun, melakukan carbon capture dan sebagainya, perusahaan dia kan menjadi green. Ya to?" tegas Eniya.
RUKN Konsumsi Batu Bara
Eniya lantas mengingatkan, secara Rencana Umum Kelistrikan Negara (RUKN) konsumsi batu bara bakal terus menipis hingga PLTU batu bara ditutup pada 2050.
"Terus nanti 2040 carbon capture sudah mulai rada murah, mulai pakai carbon capture. 2050 ke 2060 batu bara mungkin masih ada, tapi sudah full pakai carbon capture," bebernya.
"Kita sudah enggak bisa lagi terus menerus mengeluarkan emisi. Nanti image internasional terhadap investasi juga kurang kan, akhirnya investasi enggak lari ke kita," dia menambahkan.
Menurut dia, beralih ke gasifikasi batu bara secara bisnis tidak akan merugikan. Sebab, lambat laun seluruh dunia nantinya bakal beralih terhadap pemakaian energi hijau.
"Gasifikasi itu pemakaiannya di gas kan. Kita kan ke arah low carbon. Kalau saya melihatnya gas pasti diserap. Karena masa transisi kita itu pakai gas dulu, baru lambat laun ke baterai. Kita pun akan begitu, gas itu pasti," tutur Eniya.