Terancam Rugi, Industri Otomotif RI Menatap Volume Produksi 70 Persen di 2021
Berdasarkan data Gaikindo, raja otomotif RI, Toyota, mengalami penurunan produksi 46 persen menjadi 255.796 unit per November tahun lalu. Artinya, volume produksi Toyota hanya 54 persen! Di pabrik Sunter-Jakarta dan Karawang-Jawa Barat, Toyota memproduksi model Vios, Yaris, Sienta, Avanza, Rush, Innova, dan Fortuner.
Anjlok, begitulah gambaran volume produksi industri otomotif RI yang terpuruk akibat pandemi sejak kuartal II 2020.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), jumlah produksi mobil ‘made in' Indonesia anjlok 48 persen menjadi 621.873 unit per November lalu.
-
Apa yang membuat Toyota menjadi merek otomotif No. 1 di Indonesia? Setiap tahun, Toyota jadi merek otomotif No 1 di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 31 persen, setara penjulana sekitar 300 ribu unit per tahun.
-
Kenapa Toyota Kijang dibuat sebagai mobil niaga? Lahir akibat kebijakan Presiden Soeharto bernama Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) pada era 1970-an.
-
Kenapa Toyota memutuskan untuk menjual Vios di Indonesia? Meskipun ragu karena popularitas Toyota Soluna yang tinggi, Toyota akhirnya memutuskan untuk menghadirkan Vios ke Indonesia pada tahun 2003.
-
Kapan Toyota dan Astra mendirikan perusahaan patungan? Akhirnya Astra berjodoh dengan Toyota, yang dirayakan mendirikan perusahaan patungan: PT Toyota Astra Motor pada 12 April 1971 dengan kepemilikan saham Astra 51%.
-
Mengapa Toyota memilih Astra sebagai mitra di Indonesia? Toyota tidak pernah benar-benar memintai Astra, tetapi mereka menghendaki mitra dagang yang aman secara politis. Mereka memandang Astra, namun sesungguhnya mereka lihat adalah pemerintah (RI).
-
Kapan Toyota mulai memasukkan teknologi elektrifikasi ke mobil-mobil nya di Indonesia? Sebagai bagian dari Multi Pathway Strategy untuk berkontribusi menekan emisi karbon, Toyota telah menjadi pionir kendaraan elektrifikasi di Indonesia, dengan memasukkan teknologi elektrifikasi sejak tahun 2009.
Pabrikan terpaksa menghentikan produksi beberapa kali dengan beberapa pertimbangan. Seperti menyesuaikan dengan volume permintaan (demand) yang cenderung menurun dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi mencegah penularan Covid-19 di kalangan pekerja.
Berdasarkan data Gaikindo, raja otomotif RI, Toyota, mengalami penurunan produksi 46 persen menjadi 255.796 unit per November tahun lalu. Artinya, volume produksi Toyota hanya 54 persen!
Bob Azzam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, mengakui masalah penurunan volume produksinya. Dibandingkan negara lain, industri otomotif Indonesia memang lebih lambat pemulihannya. Padahal negara lain pemulihannya di atas 70 persen dari sebelum pandemi.
"Volume produksi 70 persen itu sangat penting karena patokan titik recovery. Artinya, industri otomotif bekerja di atas break even point (BEP) dan meraih profit. Namun, jika volume produksi masih di bawah 70 persen, kami berada dalam tekanan sehingga harus melakukan berbagai efisiensi produksi," ujar Bob saat jumpa pers akhir tahun, baru-baru ini.
Di pabrik Sunter-Jakarta dan Karawang-Jawa Barat, Toyota memproduksi model Vios, Yaris, Sienta, Avanza, Rush, Kijang Innova, Fortuner, Agya, dan Calya. Selain untuk pasar domestik, produksi itu juga untuk pasar ekspor.
Sayangnya, kinerja ekspor Toyota juga terpuruk: turun 42,5 persen menjadi 47.846 unit. Model yang diekspor adalah Fortuner, Kijang Innova, Yaris, Vios, Sienta, Avanza, Rush, dan Wigo.
Karena itu, lanjut Bob, Toyota berharap pada 2021 volume produksinya bisa mencapai 70 persen dari sebelumnya supaya bisa masuk ke fase new normal.
Artinya, pabrikan berharap bisa meraih untung, dengan berada di tahapan BEP atau minimal kondisi yang sama (impas) antara biaya produksi dan jumlah pendapatan hasil penjualan kendaraan.
Usulkan Bebas PPnBM
Gaikindo sebagai Asosiasi industri otomotif RI pun tak tinggal diam melihat belum dicapainya 'posisi aman' rerata volume produksi pabrikan itu.
Jongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo, mengaku Asosiasi mengusulkan kembali insentif pajak untuk mendongkrak volume produksi industri. Kali ini, pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil diusulkan dibebaskan alias 0 persen selama enam bulan di 2021.
"Pembebasan PPnBM ini bersifat sementara, yakni berlaku 6 bulan pertama dan hanya untuk kendaraan produksi di Indonesia dalam kisaran harga di bawah Rp 300 juta. Harapannya harga jual kendaraan itu semakin menarik sehingga penjualan dan produksinya juga meningkat," ujar Jongkie saat diwawancarai oleh stasiun TV CNBC Indonesia, kemarin.
Menurutnya, kendaraan 'made in' Indonesia dengan kisaran harga Rp 300 juta itu mendominasi pasar otomotif selama ini. Pada tahun lalu saat penjualan sekitar satu juta unit, 60 persennya berasal dari model kendaraan tersebut.
Volume Produksi Suzuki di Atas 70 persen
©2020 Merdeka.com
Merdeka.com mencatat Suzuki Indonesia mencatat penurunan produksi terkecil di tahun lalu, yakni 26 persen, menjadi 82.689 unit (kendaraan penumpang). Artinya, volume produksinya di atas 70 persen, yakni 74 persen.
Di pabriknya, Suzuki memproduksi model APV, Ertiga, XL7, Carry (pikap), dan Karimun Wagon R.
Sedangkan pabrikan yang mencatat penurunan terbesar adalah Mitsubishi Motors, yakni sebesar 59 persen, menjadi 75.300 unit. Pabrik Mitsubishi Motors Indonesia
memproduksi modek T120 SS, Xpander, Livina, Pajero Sport, dan L300 (pikap).
Berikut kelompok 10 besar produksi pabrikan otomotif Indonesia:
1. Toyota: 255.796 unit, turun 46 persen
2. Daihatsu: 83.860 unit, turun 49 persen
3. Suzuki: 82.689 unit, turun 26 persen
4. Mitsubishi Motors: 75.300 unit, turun 59 persen
5. Honda: 64.336 unit, turun 46 persen
6. Mitsubishi Fuso: 19.297 unit, turun 52 persen (kendaraan niaga)
7. Isuzu: 16.569 unit, turun 26 persen (kendaraan niaga)
8. Hino: 11.482 unit, turun 61 persen (kendaraan niaga)
9. Wuling: 6.899 unit, turun 68,6 persen
10. BMW: 1.237 unit, turun 42 persen