Aktivasi otak tengah bisa membuat anak baca sambil merem, benarkah?
Beberapa tahun yang lalu program yang Aktivasi Otak Tengah marak di Indonesia. Benar itu bisa bikin baca sambil merem?
Beberapa tahun yang lalu pernah ada fenomena yang cukup menggemparkan di Indonesia, namanya Program Aktivasi Otak Tengah (AOT). Program AOT ini marak tampil di berbagai acara televisi, mengundang beberapa tokoh pendidikan Indonesia hingga memecahkan rekor MURI.
Apa ada di antara kalian yang belum tahu program AOT? Sebuah kemampuan melihat dengan mata tertutup yang didapat hanya dalam beberapa hari dan seolah jadi jenius dalam sekejap. Daya ingat akan meningkat, semakin kreatif, hormon jadi lebih seimbang, emosi jadi lebih stabil. Bahkan sebagai bonusnya, bisa meramal masa depan, melihat, membaca, bahkan naik sepeda dengan mata tertutup.
Berikut ini adalah klaim dari program AOT:
"Otak tengah (mesenchepalon) adalah bagian otak yang dominan pada saat pembentukan janin. Otak tengah merupakan super controller yang dapat mengatur keseimbangan otak kanan dan otak kiri. Sayangnya, otak tengah kebanyakan orang dalam keadaan tertidur (tidak aktif). Pengaktifan otak tengah dapat dilakukan untuk anak-anak berusia 5-15 tahun."
"Ada banyak cara pengaktifan otak tengah. Cara paling mutakhir adalah dengan menggunakan metode ilmiah, dengan bantuan teknologi komputer. Dalam keadaan aktif, otak tengah mampu meningkatkan konsentrasi, kemampuan sosial, kemampuan fisik, meningkatkan kreativitas, dan keseimbangan otak kanan dan kiri. Selain itu, otak tengah juga bertindak sebagai pemancar gelombang sekaligus penerimanya. Hal ini memberikan kemampuan anak untuk dapat melihat dengan mata tertutup."
Program AOT mengklaim bisa memberi bonus kemampuan membaca dengan mata tertutup. Cara kerjanya menggunakan gelombang tadi. Otak tengah memancarkan gelombang, pantulannya diterima balik oleh otak tengah. Mirip kemampuan cara berjalan bagi penyandang tuna netra.
Tapi membaca dengan mata tertutup berbeda dengan berjalan dengan mata tertutup. Ketika berjalan dengan mata tertutup, kita bisa mengetahui jarak dan lokasi benda di sekitar dengan menggunakan tongkat atau meraba-raba. Sedangkan tulisan di kertas? Apalagi kemampuan otak tengah yang seperti antena pemancar itu hanya mitos belaka.
Pertama-tama, proses seseorang bisa membaca karena mata menerima impuls cahaya. Cahaya mendarat di kertas. Pantulan cahaya tersebut diterima oleh organ optik kita, yaitu mata. Impuls cahaya itu jatuh sampai di retina mata dan diteruskan ke otak yang mengartikan simbol-simbol huruf untuk kemudian dibaca. Nggak ada organ lain di tubuh manusia yang mampu mengenali cahaya selain mata.
Seperti yang dulu marak ditayangkan televisi, mata anak-anak ditutup dengan kain tapi terlihat jelas ada celah di bawah hidung untuk mengintip. Itulah yang membuat mereka cenderung mendongakkan kepala ke atas berulang kali.
Banyak lembaga besar dunia yang menawarkan kemampuan membaca, termasuk AOT di dalamnya, dengan mata tertutup justru dibongkar sebagai kepalsuan. Tampaknya memang simpel, tapi lagi-lagi ini adalah fenomena yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan dengan teori yang salah. Sekarang kamu tahu kebenarannya.