UGM gelar kompetisi Sociopreneur Muda, untuk industri kreatif
SOPREMA didominasi oleh kategori industri kreatif yang mencapai lebih dari 80 proposal program.
Kompetisi Sociopreneur Muda (SOPREMA) tengah memasuki babak baru. Setelah periode pendaftaran berakhir pada 30 Juni lalu, proses penjurian pun digelar. Melibatkan para juri dari kalangan akademisi, SOPREMA akhirnya mengumumkan deretan proposal terpilih pada 20 Juli lalu.
Proposal yang melaju ke tahap semifinal dipilih berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan. 90 proposal yang lolos tahap kualifikasi ini telah mengalahkan lebih dari 200 lebih karya yang masuk.
Ratusan karya yang masuk ke meja tim SOPREMA didominasi oleh kategori industri kreatif yang mencapai lebih dari 80 proposal program. Daftar selengkapnya para semifinalis ini terdapat di http://soprema.fisipol.ugm.ac.id.
"Euforia pemuda berada di kategori industri kreatif karena ada beragam hal yang bisa dieksplor. Mulai dari fesyen, kuliner, dan teknologi," kata Penanggung Jawab SOPREMA, Yanti Nurhasanah dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/8).
Industri kreatif ini juga dilirik salah satu peserta yang lolos tahap kualifikasi, yakni, tim Viscoose asal Yogyakarta. Mengambil fokus di bidang fashion anak muda, bisnis ini telah berjalan selama 8 bulan lamanya. Dampak sosial yang diusung adalah memberdayakan para penjahit lokal di daerah Wates. Hal ini terbukti dapat meningkatkan penghasilan warga lokal di sana.
"Dari hasil survei, ternyata banyak ibu rumah tangga di sana yang tidak bekerja dan berasal dari keluarga tidak mampu. Tetapi, sebenarnya, mereka memiliki keterampilan menjahit," ujar Alya, salah satu anggota tim Viscoose.
Lain lagi dengan tim Aquaman, tim asal Sulawesi Tenggara ini memilih kategori ekologi. Mengusung program TEA (Tracking Ecowisata Aquaponik) yang menggabungkan elemen lingkungan, wisata, serta pendidikan. "Aquaponik ini bisa menjadi wisata sekaligus mengenalkan cara bertani dan memelihara ikan. TEA adalah inovasi menarik yang mencakup banyak bidang," ujar Rino, anggota tim Aquaman.
Ditanya mengenai persiapan kedua tim menuju tahap semifinal, keduanya mengaku siap. "Kami mempersiapkan presentasi produk kami. Semoga semuanya lancar sampai tahap semifinal," Alya.
Sementara, Rino berharap bisa sukses di SOPREMA. "Semoga akan ada kompetisi-kompetisi serupa yang berkelanjutan. Kami juga berharap dapat mencapai output dan outcome dari program kami sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain."
Berbagai ide brilian yang tertuang melalui proposal para peserta SOPREMA ini juga diamini oleh Dr. Hempri Suyatna, Direktur Pelaksana SOPREMA. "Para pemuda ini memiliki ide-ide unik yang mencengangkan. Kadang kami sendiri juga tidak terpikir sampai ke sana."
Dr. Hempri Suyatna yang didapuk sebagai juri juga sempat kesulitan memutuskan proposal para peserta terpilih di antara banyaknya gagasan-gagasan usaha yang ada. Meskipun begitu, dari ratusan proposal yang masuk di tahap kualifikasi, masih banyak yang berupa entrepreneurship business plan.
Berbeda dengan sociopreneurship, business plan yang semata-mata entrepreneur cenderung terfokus untuk menggali keuntungan. Sementara, fokus SOPREMA dan sociopreneur sendiri adalah tentang memberdayakan masyarakat kecil terutama kaum marjinal. Dampak sosial yang berefek besar dan mampu mensejahterakan adalah tujuan utama sociopreneurship.
Melalui SOPREMA, YouSure sebagai pusat studi kepemudaan berusaha menjaring pemuda berbakat dan punya niat sungguh-sungguh mengembangkan daerahnya. SOPREMA yang akan digelar pada 5-7 September mendatang akan diwarnai beragam rangkaian acara. Seperti expo, coaching clinic, seminar, dan field trip ke daerah dengan basis sociopreneurship.