Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli.
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli.
Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
Sampah menjadi masalah besar warga Kota Jogja. Setelah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tutup, pemerintah terkait seolah belum punya solusi untuk mengatasi sampah-sampah yang menumpuk di beberapa titik pembuangan. Justru permasalah ini dikembalikan lagi ke warga di mana mereka dituntut untuk bisa mengolah sampah secara mandiri.
-
Apa yang dibuat oleh mahasiswa UGM dari kotoran sapi? Mahasiswa merupakan agen perubahan. Mereka telah menciptakan berbagai inovasi yang memberi dampak perubahan di tengah masyarakat. Terbaru, mereka melakukan inovasi dengan menyulap kotoran sapi menjadi batako untuk bahan bangunan.
-
Bagaimana Dekan Unisba melibatkan mahasiswa dalam pengelolaan sampah? 'Setelah memilah, lalu mengolah sampah yang sudah terpilah organik, anorganik dan residu. Untuk organik kita bisa olah menjadi kompos. Anorganik bisa kita jual atau serahkan ke bank sampah. Terakhir residu, baru diangkut ke TPA,' jelasnya.
-
Apa jenis program kerja yang dilakukan para mahasiswa tersebut? Tersangka EW ditangkap di Italia pada Rabu (12/6) waktu setempat. Penangkapan tersebut hasil koordinasi dengan Interpol Indonesia, Jerman dan Italia.
-
Apa yang di inovasikan mahasiswa UGM di KKN Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Bagaimana cara sekolah melibatkan siswa dalam program pengurangan sampah plastik? Melibatkan siswa, guru, dan staf sekolah secara aktif dalam program pengurangan sampah plastik adalah kunci keberhasilan. Sekolah dapat membentuk kelompok lingkungan hidup atau klub eco-friendly yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kegiatan seperti kampanye medisasi atau lomba menghias kotak daur ulang dapat menjadi inisiatif yang menyenangkan dan edukatif.
-
Di mana sampah plastik mengapung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
Untungnya ada sekelompok mahasiswa UGM yang peduli terhadap isu sampah ini. Mereka adalah Nadira Titania Efemy (Fisika), Hanif Kudusuhada (Fisika), Evandra Afif Naufal (Fisika), Muhammad Isma Maqoli Ula (Teknik Industri), dan Calviendra Reiky Laksana (Teknik Sipil).
Pada Maret 2024 lalu, mereka mendapat pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dari Kemendikbudristek untuk melakukan pemberdayaan pada warga di Dusun Juwangen, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
Dalam pemberdayaan itu, mereka menciptakan inovasi berupa produk meja dan kursi yang terbuat dari sampah plastik.
Inovasi itu disebut merupakan salah satu solusi atas menumpuknya sampah plastik di Yogyakarta. Bagaimana inovasi ini dilakukan? Dan bagaimana pula hasilnya?
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli. Bahan-bahan ini berguna untuk merekatkan plastik sehingga produk yang dihasilkan memiliki tingkat kerapatan yang tinggi dan kokoh.
Dikutip dari Ugm.ac.id, pembuatan produk diawali dengan memasak oli hingga mendidih. Kemudian sampah plastik dimasukkan dan diaduk hingga plastik meleleh sepenuhnya.
Selanjutnya, campuran pasir dan semen dimasukkan sehingga tekstur adonan menjadi padat seperti adonan kue. Setelah benar-benar padat, adonan harus dimasukkan ke dalam cetakan sebelum mengeras, lalu ditekan menggunakan alat penekan hingga permukaannya rata.
Terakhir, adonan dibiarkan mengeras dengan cara merendamnya di dalam air selama 10-30 menit. Sementara gagang dan dudukan kursi dan mejanya dibuat dengan batangan dan balok kayu yang disekrup pada bagian bawah meja. Sehingga terbentuklah meja dan kursi yang kuat dan seimbang.
Ketua organisasi relawan pengelolaan sampah Dusun Juwangen, Sapto, sangat mengapresiasi inovasi para mahasiswa UGM itu. Ia mengatakan kalau program pengabdian masyarakat itu memberikan dampak positif pada masyarakat. Apalagi setelah penutupan TPST Piyungan warga menjadi kesulitan dalam mengelola sampah terutama sampah plastik.
“Program ini sangat memberikan dampak positif bagi kami. Sebelumnya kami hanya membakar sampah plastik agar tidak terjadi penimbunan. Tapi cara ini juga menyebabkan polusi udara dan gangguan pernapasan. Kami berharap program ini dapat terus berkembang. Tak hanya di desa kami, tetapi juga di desa-desa lainnya,”
pungkas Sapto dikutip dari Ugm.ac.id.