Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya
Inovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi
Inovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi
Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya
Mahasiswa merupakan agen perubahan. Mereka telah menciptakan berbagai inovasi yang memberi dampak perubahan di tengah masyarakat.
Terbaru, mereka melakukan inovasi dengan menyulap kotoran sapi menjadi batako untuk bahan bangunan. Bagaimana caranya?
-
Apa yang dibuat mahasiswa UGM dari sampah plastik? Dalam pemberdayaan itu, mereka menciptakan inovasi berupa produk meja dan kursi yang terbuat dari sampah plastik.
-
Apa yang di inovasikan mahasiswa UGM di KKN Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Kenapa program kreativitas mahasiswa UGM ini dilakukan? Program ini sangat memberikan dampak positif bagi kami. Sebelumnya kami hanya membakar sampah plastik agar tidak terjadi penimbunan. Tapi cara ini juga menyebabkan polusi udara dan gangguan pernapasan. Kami berharap program ini dapat terus berkembang. Tak hanya di desa kami, tetapi juga di desa-desa lainnya,'
-
Siapa yang terlibat dalam program kreativitas mahasiswa UGM ini? Mereka adalah Nadira Titania Efemy (Fisika), Hanif Kudusuhada (Fisika), Evandra Afif Naufal (Fisika), Muhammad Isma Maqoli Ula (Teknik Industri), dan Calviendra Reiky Laksana (Teknik Sipil).
-
Apa yang dilakukan dengan kotoran sapi di rumah potong hewan? Setiap hari para petugas di rumah potong hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Banten sibuk mengumpulkan kotoran sapi. Sisa buang itu kemudian dikeringkan dan difermentasi untuk dijadikan pupuk organik.
-
Dimana sampah di Unisba diolah? 'Office Boy mengambil sampah di dapur setiap lantai untuk dipilah. Sore harinya dibawa ke saung kompos untuk diproses menjadi kompos', terangnya.
Para mahasiswa yang berhasil melakukan inovasi ini berasal dari tiga program studi di Universitas Gadjah Mada. Mereka adalah Dinda Ramadhan dan Zaenal Arif dari Prodi Teknik Veteriner angkatan 2022, Muhammad Rakan Arrandhi, mahasiswa Prodi Teknik Pengolahan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Angkatan 2023, serta Nauziyah Azuardini dan Yossi Dyah Listiana dari Prodi Ilmu dan Industri Fakultas Peternakan tahun 2022.
Dikutip dari Ugm.ac.id, mereka melakukan program bernama Batako Bawono dalam rangka Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang Pengabdian kepada Masyarakat. Program ini dilakukan dalam rangka mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dalam penggunaan sumber daya berkelanjutan.
Dinda Ramadhan mengatakan bahwa program Batako Bawono muncul karena permasalahan di Padukuhan Kulwaru, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kurang efektif dalam memanfaatkan dan mengelola limbah kotoran sapi.
“Karang Taruna sebagai mitra dari tim PKM-PM Batako Bawono memiliki tekad kuat untuk membuat Padukuhan Kulwaru Wetan menjadi Padukuhan yang sehat, bersih, serta memiliki karang taruna yang produktif,” kata Dinda dikutip dari Ugm.ac.id.
Berbagai pelatihan dan sosialisasi dilakukan dalam rangka menjalankan program tersebut. Tak hanya para anggota karang taruna, para bapak-bapak di Kulwaru Wetan ikut berpartisipasi dan belajar bersama dalam program itu.
Pengabdian yang dilakukan oleh tim Batako Bawono telah membuat karang taruna menjadi lebih produktif. Program itupun mampu mengurangi limbah kotoran sapi di Padukuhan Kulwaru Wetan sekitar 61,8 persen dari produksi harian limbah kotoran sapi.
Cara pembuatan batako dari limbah kotoran sapi ini diposting dalam akun Instagram @pkmpm_batakobawono.
Proses pembuatannya diawali dengan menyiapkan alat dan bahan di antaranya cangkul, senggrong, selang, ember, kayu, kawat strimin. Selain itu juga digunakan gergaji kayu, palu, gunting, paku, sendok semen, triplek, dan terpal.
Sedangkan bahan yang digunakan meliputi kotoran sapi, semen, pasir, air, molases, dan EM4.
Tahapan pembuatan batako bawono sendiri dibagi menjadi lima tahapan yaitu fermentasi, penimbangan, pencetakan, pengeringan, dan penyimpanan. Proses fermentasi dilakukan dengan mencampur kotoran sapi dengan molases dan EM4.
Lalu proses penimbangan dilakukan dengan menimbang semen, pasir dan kotoran sapi dengan perbandingan berturut-turut adalah 2:3:3.
Pasir ditimbang sebanyak 5 kg, kotoran sapi 5 kg, dan semen sebanyak 3,3 kg. formulasi tersebut menghasilkan kurang lebih dua buah batako.
Lalu pada tahapan pencetakan dilakukan dengan alat handpress. Kotoran sapi, semen, dan pasir yang telah ditimbang dicampurkan menjadi satu. Adonan tersebut kemudian dicampur hingga merata menggunakan senggrong atau cangkul.
Adonan yang telah merata ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai adonan tidak hancur jika diremas. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat handpress, lalu di “press” sampai bawah sehingga menjadi sangat padat. Kemudian adonan dipindahkan dari alat handpress menuju ke tempat penyimpanan atau pengeringan batako.
Pengeringan batako dilakukan di tempat yang mendapatkan sinar matahari, tidak lembab, dan pula tidak terlalu sempit. Batako kemudian disimpan di tempat yang kering dan aman.