375 Santri di Tasikmalaya Terpapar Covid-19
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra Hendriana mengungkapkan bahwa dari jumlah sampel tes usap yang dikirimkan ke laboratorium 832 sampel, 45 persen diantaranya dinyatakan positif Covid-19.
Ratusan santri di salah satu pesantren di Kota Tasikmalaya diketahui terkonfirmasi positif Covid-19. Sebelumnya, di pesantren tersebut puluhan santri sempat mengalami gejala dan tiga diantaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan bahwa di wilayahnya memang ada klaster penyebaran Covid-19 baru dari lingkungan pesantren. Kasus tersebut muncul setelah satu santri dinyatakan terkonfirmasi terpapar virus corona.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Akhirnya kita periksa beberapa orang kontak erat, ditemukan lagi yang positif. Total ada tiga awalnya, ujarnya, Selasa (16/4).
Setelah tiga orang santri diketahui terpapar, 30 santri lainnya mengalami gejala Covid-19 berupa hilang indra penciuman. Akhirnya pihaknya pun melakukan tes usap kepada seluruh penghuni pesantren.
"Tiga santri awalnya kita isolasi di lingkungan pesantren di tempat terpisah," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra Hendriana mengungkapkan bahwa dari jumlah sampel tes usap yang dikirimkan ke laboratorium 832 sampel, 45 persen diantaranya dinyatakan positif Covid-19.
"Ada 375 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. 152 santri pria, 171 santriwati, 32 ustaz, dan 20 ustazah," ungkapnya.
Asep menyebut pihaknya sudah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada mereka yang terpapar virus Corona untuk menentukan lokasi isolasi, apakah di lingkungan pesantren atau lokasi lainnya yang tersentralistik.
Untuk tempat isolasi yang tersentralistik di Kota Tasikmalaya, menurutnya dilakukan di Hotel Crown dan Rumah Sakit Dewi Sartika. “Pembagian telah ditentukan, untuk santriwati akan difokuskan diisolasi di Hotel Crown dan santri putra di Rumah Sakit Dewi Sartika di Kawalu,” sebutnya.
Klaster Pesantren Sulit Diantisipasi
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf menyebut bahwa munculnya klaster pesantren sulit diantisipasi. Kesulitan tersebut diungkapkan karena Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan di lingkungan pesantren.
Menurutnya, antisipasi penyebaran COvid-19 di lingkungan pesantren seharusnya dilakukan oleh Kementerian Agama. "Kita sudah tugaskan Kemenag untuk terus memonitor kegiatan yang bersifat keagamaan, termasuk di dalamnya pesantren," sebut Yusuf.
Munculnya klaster pesantren yang jumlahnya ratusan, menurut Yusuf menjadikan bangunan darurat untuk tempat isolasi di wilayahnya tidak bisa mencukupi. Akhirnya, pihaknya melalui Dinas Kesehatan memilah santri sesuai dengan kondisinya.
"Dari total 375 santri dan pengajar di pesantren ini yang positif ternyata tidak semuanya bisa masuk ruang isolasi darurat di Hotel Crown dan RSUD Tipe D Dewi Sartika, Kawalu. Ada sisanya 100 santri yang dirawat isolasi mandiri terpusat di pesantren, disesuaikan dengan kondisinya sesuai pemeriksaan tim medis," jelasnya.
Yusuf mengaku bahwa pihaknya bersama unsur pimpinan daerah Kota Tasikmalaya telah meninjau langsung pondok pesantren yang 375 santrinya terpapar virus corona. Kedatangannya adalah untuk memberikan semangat kepada pimpinan pondok, termasuk menyalurkan bantuan darurat.
"Pesantren ini terpaksa ditutup tak boleh ada yang keluar masuk lingkungan pesantren. Pesantren pun dijaga oleh Satgas yang di dalamnya termasuk anggota TNI, Polri yang berjaga selama 24 jam. Kalau lingkungan sekitarnya tak apa-apa, asalkan bisa jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan," tutup Yusuf.
(mdk/eko)