5 Temuan pelajar yang menuai decak kagum
Para anak negeri yang berhasil memenangkan kompetisi riset dan sains internasional dengan penemuan mereka.
Indonesia sebagai sebuah negara, sering dikenal dengan sejumlah stigma yang kurang baik di mata dunia internasional.
Berbagai predikat dari mulai negara terkorup, salah satu penghasil polusi tertinggi, pengonsumsi plastik dalam skala besar, dan lain sebagainya, kerap kali disematkan pada negeri berpenduduk 250 juta jiwa ini.
Namun, kalaupun sedemikian pentingnya berbagai keburukan itu harus dibahas, bukankah sangat tidak adil jika sedemikian banyak prestasi yang membanggakan hanya diacuhkan begitu saja?
Tentang puluhan anak bangsa yang memenangkan lomba dan merampas hampir seluruh medali emas yang ada di kejuaraan-kejuaraan dunia, tentang tim Kopassus yang selalu memborong emas pada kejuaraan menembak se-ASEAN, atau bahkan para anak negeri yang berhasil memenangkan kompetisi riset dan sains internasional, dengan penemuan mereka yang menggemparkan dunia.
Berikut ini adalah lima contoh dari sederetan kebanggaan yang bisa diraih anak asli negeri ini, yang berhasil dihimpun oleh merdeka.com, di antara sedemikian banyak lagi kebanggaan-kebanggaan karya anak negeri yang lainnya, Jumat (12/12) pagi:
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Kata-kata pelajar apa yang paling sering muncul sebagai motivasi untuk belajar? "Tidak ada kata tua untuk belajar."
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Kapan kata pengantar dianggap penting dalam karya ilmiah? Meski bukan bagian dari isi, namun dalam suatu karya ilmiah, kata pengantar bukan sebuah formalitas.
-
Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh kata-kata inspiratif pengusaha muda? "Alasanku menjadi pebisnis karena mau membuka banyak lapangan kerja dan banyak bermanfaat buat orang lain."
Pembersih jamur kentang dari ekstrak batang pepaya
Locelyne Livia Kusuma (16), berhasil meneliti ekstrak batang pepaya dan memproduksinya menjadi sabun untuk membersihkan jamur pada buah kentang.
Siswi yang berasal dari SMA Santa Laurensia Tangerang ini pun berhasil meraih medali emas dalam International Conference of Young Scientists ke-21 di Belgrade, Serbia.
Locelyne mengaku tidak menyangka bahwa penelitiannya itu bisa memenangkan kompetisi, karena awalnya dia sempat merasa pesimis dengan saingannya dari negara lain yang memiliki alat lebih modern dan canggih daripada Indonesia.
"Saya sempat minder lawan Belanda. Tapi tidak disangka, saya menang. Ternyata yang dinilai bukan soal kecanggihannya, tapi soal metodologi yang simpel. Ini semua berkat dukungan pembina dan orang tua saya," kata Locelyne.
Locelyne menjelaskan, riset sabun ekstrak batang pepaya yang sudah ditelitinya sejak satu tahun lalu itu, dapat menyelamatkan kualitas kentang yang menurun akibat tumbuhnya jamur.
Dirinya juga mengatakan, penemuannya ini dapat memanfaatkan limbah batang pepaya menjadi sesuatu yang lebih berguna, daripada sekedar dibuang.
"Kalau kentang sehabis panen didiamkan, maka akan tumbuh jamur. Jadi sabun tersebut bisa digunakan untuk mencuci kentang saat pasca panen, sekaligus sebagai daur limbah dari batang pepaya yang bisa jadi inovasi dari pada dibuang," katanya.
Pengharum ruangan dari kotoran sapi
Dwi Nailul Izzah dan Rintya Aprianti Miki yang baru berusia 17 tahun, membuat terobosan baru berupa pengharum ruangan dari kotoran sapi.
Dua orang remaja putri asal Lamongan, Jawa Timur itu mencoba untuk mendayagunakan kembali limbah kotoran sapi, menjadi pengharum ruangan yang ramah lingkungan.
Mereka mengumpulkan limbah kotoran dari peternakan sapi di lingkungannya, dan melakukan proses fermentasi selama tiga hari. Kotoran sapi yang telah di fermentasi tersebut lalu diekstraksi dan dicampur dengan air kelapa, untuk kemudian disuling guna menghilangkan kotorannya.
Setelah itu, maka jadilah produk akhir dari kotoran sapi terfermentasi itu berupa udara cair dengan aroma alami dari tumbuh-tumbuhan.
Meskipun terbuat dari kotoran hewan, tapi ternyata pengharum ruangan ini memiliki aroma segar dan baik untuk kesehatan manusia karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya (aerosol) seperti produk lain di pasaran.
Berkat penemuan mereka itu, keduanya berhasil memenangkan hadiah pertama di Olimpiade Sains Project, sambil terus melaju di kancah lomba sains internasional lainnya guna memperkenalkan penemuan mereka tersebut.
Mobil bertenaga kapur
Lima mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, membuat mobil dengan tenaga kapur yang direaksikan dengan larutan asam. Atas penemuan tersebut, mereka berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi Chem E-Car di Perth, Australia.
Kelima mahasiswa Fakultas Teknik yang mewakili Indonesia itu adalah Dobita A Feliciana, Rizka Dwi Octaria, Dwi C Pujayanti, Afida Khofsoh, dan Sidiq Darmawan.
Ketua tim Universitas Brawijaya, Dobita A Feleciana mengatakan, mobil karya mereka yang dipamerkan dan diperagakan dalam kompetisi purwarupa (prototype) itu, merupakan mobil dengan bahan bakar terbarukan yang diikuti sejumlah perguruan tinggi di Asia dan Australia.
"Mobil ini digerakkan dengan menggunakan batu kapur yang direaksikan dengan larutan asam," kata Dobita seperti dikutip dari Antara, Minggu (2/11).
Dobita mengemukakan prinsip kerja mobil tersebut memanfaatkan reaksi antara batu kapur dengan Hcl. Reaksi ini akan menghasilkan reaksi eksotermis, yang kemudian diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan susunan bahan semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Semi konduktor itu disusun sedemikian rupa dan energi listrik inilah yang digunakan untuk menggerakkan motor DC dan akan ditransmisikan ke roda mobil.
"Kami memulai semuanya dari nol dengan otodidak dan kami senang dengan hasil yang kami peroleh. Apalagi dalam kompetisi tersebut, kami tergolong pendatang baru. Namun, ternyata kami mampu mengalahkan beberapa perguruan tinggi ternama di Asia dan Australia," kata Dobita.
"Tujuan dari kompetisi dan keberadaan mobil purwarupa ini untuk memberi alternatif lain bahan bakar dalam mengembangkan kendaraan yang diproduksi secara massal, apalagi bahan baku batu kapur di wilayah Malang ini cukup melimpah, terutama di Malang selatan," pungkasnya.
Gel penyembuh luka dari kaktus
Lima mahasiswa kedokteran UGM berhasil membuat kaktus centong yang tumbuh liar di pantai Samas, Bantul, menjadi gel penyembuh luka. Mereka adalah Ditya Devale, Nadira, Ruli Aulia, Aulia Fitri dan Khairunnisa, yang berhasil membuktikan bahwa kaktus centong bisa mempercepat proses penyembuhan luka terbuka.
Percobaan awal dilakukan pada seekor tikus. Dari uji coba yang mereka lakukan itu, gel tersebut terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan luka dari biasanya.
"Kami uji pada tikus, kami amati perkembangan sel dengan mikroskop dan ternyata proses regenerasi sel fibroblast lebih cepat, sehingga luka pada tikus cepat sembuh," kata Ruli.
Hingga saat ini Ruli mengatakan masih terus melakukan penelitian lebih lanjut. Karena selain bisa mempercepat penyembuhan luka, ekstrak kaktus centong ini diakui juga berpotensi menjadi bahan baku kosmetik, karena kandungan vitaminnya yang tinggi.
"Kami berharap ini bisa diteruskan, saat ini kami mencoba menggali nilai ekonomis produk ini. Selain penyembuhan luka, ternyata ada juga potensi untuk menjadi kosmetik," jelasnya.
Vaksin Flu Burung Organik dari ekstrak buah Mahkota Dewa
Artina Prastiwi, mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, berhasil menemukan vaksin penghambat virus flu burung (H5N1). Vaksin yang berhasil dibuatnya itu bukan berasal dari bahan kimia, melainkan dari bahan organik atau herbal dari ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa).
"Ekstrak buah Mahkota Dewa itu mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung," kata Artina.
Artina menjelaskan, ekstrak buah Mahkota Dewa mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung. Menurutnya, jika senyawa itu digunakan dalam dosis yang tepat, hal itu bahkan bisa menghambat virus mencapai 87 persen.
Setelah melewati beberapa kali penelitian, akhirnya ditemukan dosis yang tepat untuk menghambat virus tersebut secara efektif dalam diri unggas. "Dari hasil penelitian saya, dosis yang tepat adalah 10 persen," pungkasnya.
Artina berharap vaksin flu burung organik bisa diproduksi secara massal. Sebab, vaksin yang beredar saat ini selain mengandung bahan kimia yang memberikan efek samping negatif pada unggas, ternyata harganya juga cukup mahal.