8 Perguruan tinggi lolos ke final ke Fabricated House Competition
Ratusan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi seluruh Indonesia bersaing untuk jadi yang terbaik di ajang Indocement Award 2016 yang dikemas dalam Jambore Mahasiswa Kontruksi di Sport Hall, PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk, Pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, Kamis (10/11).
Ratusan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi seluruh Indonesia bersaing untuk jadi yang terbaik di ajang Indocement Award 2016 yang dikemas dalam Jambore Mahasiswa Kontruksi di Sport Hall, PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk, Pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, Kamis (10/11).
Marketing Service Manajer PT ITP Tbk, Kevin Tjendar mengungkapkan saat ini jambore sudah masuk tahap final dan ada delapan perguruan tinggi bersaing untuk menjadi yang terbaik.
"Jambore ini merupakan bagian dari salah satu kategori kompetisi Indocement Awards 2016 yaitu 'Fabricated House Competition' merupakan kompetisi perancangan rumah pabrikasi berbasis semen berkonsep open frame dimana panel-panel dinding bersifat non-struktural," ujarnya, Kamis (10/11).
Pihaknya berharap para peserta dapat mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan rumah pabrikasi yang memperhatikan unsur kekuatan, kekakuan/stabilitas, inovasi, keekonomisan, keramahan lingkungan, keawetan serta kemudahan pelaksanaan.
"Fabricated House Competition melibatkan mahasiswa dari disiplin ilmu Teknik Sipil, Arsitek, atau tim gabungan sipil dan arsitek namun dalam satu Perguruan Tinggi yang sama maupun disiplin ilmu lainnya yang terkait dengan pembuatan bangunan, yang secara resmi menjadi utusan perguruan tinggi. Peserta ditantang untuk mampu membuat rumah pabrikasi yang penuh dengan inovasi," jelasnya.
Peserta babak final FHC terdiri dari delapan tim yang berasal dari 8 perguruan tinggi (Universitas Negeri Malang, Universitas Maranatha, Unika Atmajaya Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Politeknik Negeri Bandung dan Universitas Lampung).
"Setiap satu tim terdiri dari empat mahasiswa dan satu dosen pembimbing. Babak final kompetisi ini berlangsung selama tiga hari di Bogor, dimulai pada tanggal 9 November sampai dengan 11 November 2014. Hal yang unik dari kompetisi ini adalah delapan tim finalis ditantang untuk membangun miniatur rumah pabrikasi dengan skala 1 banding 2,5 dalam waktu 3 jam saja," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Juri Fabricated House Competition 2016, Tavio mengungkapkan kegiatan yang baru digelar dua tahun sekali ini sangat positif dan dapat dijadikan solusi bangsa dalam menyelesaikan permasalahan kebutuhan rumah yang semakin meningkat.
"Sebetulnya jika melihat para peserta ini banyak potensi dikalangan generasi muda, khususnya mahasiswa untuk dilibatkan dalam membuat rumah murah, yanf cepat dan tahan bencana. Maka dari kami, berharapan dari kompetisi ini bisa menghasilkan produk perumahan murah yang bisa dirasakan masyarakat. Bukan hanya sebatas lomba saja, tapi juga bermanfaat untuk orang banyak," jelasnya.
Namun demikian, lanjut dia, pengembangan rumah yang dilakukan mahasiswa ini harus didukung penuh oleh segenap stakeholder, khususnya para pelaku usaha atau industri perumahan.
"Kendalanya dari hasil lomba ini tidak dapat diproduksi secara massal karena kesempatan untuk dikembangkan kurang dukungan dari industri real estate dan pemerintah. Semoga dari delapan finalis ini hasilnya dapat menarik minat industri untuk dikembangkan dan diproduksi secara massal, bahkan bisa jadi solusi pengadaan kebutuhan rumah bagi pemerintah," tegasnya.