Aktivis ramai-ramai sebut ibu asuh sebagai pembunuh Angeline
Aktivis meyakini bahwa tewasnya Angeline dilakukan dengan penuh terencana dan dilakukan secara bersama-sana.
Sejumlah aktivis meyakini bahwa tewasnya Angeline dilakukan dengan penuh terencana dan dilakukan secara bersama-sana. Karenanya pantas pelaku dihukum sangat berat.
Demikian diungkapkan aktivis perlindungan anak dari lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, Siti Sapurah, setelah meninjau lokasi tempat jasad Angeline di kubur.
"Saya sudah gali info dan mendengar bagaimana kondisi jenazah Angeline. Ini jelas dibunuh, dan penguburan dilakukan secara bersama-sama," ungkap Siti, Rabu (10/6).
Dia juga mempertegas bahwa pelaku utama dimungkinkan antara ibu asuhnya Margareta (50) atau kakak angkatnya Ivon (37). "Dari awal saya sudah desak polisi. Sisir lokasi, anak ini sengaja dihilangkan oleh keluarganya," ucap Siti.
Siti yakin ini sudah terencana dibunuh secara perlahan hingga puncaknya saat ini. Dari kecil Angeline hidup disiksa, harusnya itu jadi acuan polisi. Apalagi kabarnya warisan dari ayah angkatnya juga menyebutkan nama Angeline.
"Saya meminta agar pembunuh Angeline dihukum mati saja. Intinya hukum seberat-beratnya," tegas Siti di Denpasar, Rabu (10/6).
Menurut perempuan yang akrab disapa Ipung itu, Angeline diduga sengaja dibunuh. "Ada bekas jeratan di leher. Dia dibunuh. Indikasinya kuat. Dia dibungkus dengan bed cover warna putih," ucapnya.
Sementara Ketua Komisi Perlindungan anak Nasional, Merdeka Sirait lewat pesan singkatnya menuliskan bahwa dirinya sejak awal mencurigai kasus hilangnya Angeline. Bahkan dirinya mengaku sudah menyampaikan masukan kepada Kapolresta dan Kapolda. "Pelakunya sudah jelas Ibu angkat dan pekerja di rumah itu," demikian SMS dari Sirait yang berharap juga hukuman terberat diberikan terhadap kasus pembunuhan siswa kelas 2 SD ini di Denpasar Bali.