Alami kerusakan hati, bayi Alfariel butuh biaya berobat Rp 1 M
Biaya tersebut harus segera terealisasi demi kesembuhan Alfariel yang makin kritis.
Akibat menderita penyakit Caroli Disease (kerusakan hati), Alfariel Zikri Azhar hanya tergolek lemah di rumah sakit. Agar bisa sembuh dari sakitnya, putra dari pasangan Haryono dan Sri Astuti ini membutuhkan biaya sebesar Rp 1 miliar agar bisa menjalani operasi cangkok hati.
Semula, orangtua Alfariel berharap banyak dengan bantuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk merawatnya di Indonesia. Namun, saran dari seorang dokter asal Jepang Prof Koichi Tanaka menyarankan agar bayi berusia 11 bulan ini dirawat di Jepang mengingat kondisinya yang sudah cukup parah.
"Prof Tanaka juga menilai kondisi anak saya dapat diselamatkan dengan secepatnya operasi. Sebab saat ini tak ada nutrisi yang masuk ke tubuhnya. Berharap dia gemuk juga mustahil sehingga solusi terbaik adalah operasi transplantasi hati secepat mungkin," kata Sri, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima merdeka.com dari Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Jakarta, Rabu (11/2).
Hanya saja, biaya yang harus dikeluarkan, yakni Rp 1 miliar cukup berat, mengingat Haryono hanya berprofesi sebagai sopir angkutan sayur di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Apalagi, pengobatan yang harus dilakukan di Jepang membuat BPJS tak bisa mengkover seluruh biaya yang dibutuhkan.
"Padahal setelah dilakukan transplantasi hati, ayah Alfariel (donor hati untuk Alfariel) butuh pengobatan selama setahun dan Alfariel juga butuh diberikan obat seumur hidup. Kalau nggak ditanggung BPJS, pasti berat," tambahnya.
Untuk mendapatkan dana sebesar itu bukan perkara mudah, apalagi dana tersebut harus didapatkan dalam waktu singkat, yakni minggu ini agar nyawanya dapat diselamatkan.
"Prof Tanaka juga menilai kondisi anak saya dapat diselamatkan dengan secepatnya operasi. Sebab saat ini tak ada nutrisi yang masuk ke tubuhnya. Berharap dia gemuk juga mustahil sehingga solusi terbaik adalah operasi transplantasi hati secepat mungkin," ujarnya.
Jika dilakukan di Indonesia, operasi cangkok hati memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni bobot minimal 10 kg dan lingkar lengannya 14 cm. Padahal, lingkar lengan Alfariel hanya mencapai 9,5 cm yang membuat beberapa dokter tak berani melakukan tindakan berani.
"Kalau belum mencapai berat badan dan lingkar lengan ideal, dokter bedahnya tidak mau. Menurut dokter bedahnya, jika enggak ideal, risiko meninggal dunia di meja operasi besar," sambungnya.
Berbeda dengan di Jepang, Prof Tanaka tidak memberikan batas minimal agar putranya bisa menjalani operasi cangkok hati. Kondisi inilah yang membuat Sri lebih memilih putranya dirawat di Jepang.
"Jika Alfariel kondisinya masih sadar dan fisiknya kuat, harus secepatnya dilakukan transplan. Saya takutnya kalau nunggu seperti syarat yang diberikan, nanti anak saya keburu tidak sadarkan diri dan kondisinya semakin melemah," lirihnya.
Tri menuturkan sejak lahir berat badan anaknya sulit meningkat karena makanan yang diberikan akan keluar lagi karena tidak bisa dicerna. Feses Alfariel berwarna seperti dempul dan urinenya berwarna seperti air teh.
Alfariel lantas dibawa ke RS Pasar Rebo saat berusia 7 bulan karena mengalami sesak napas. Kondisi ini terjadi karena perut Alfariel yang semakin membesar. Saat itu, dokter mendiagnosis Alfariel menderita sirosis hati. Karena peralatan RS Pasar Rebo belum lengkap, akhirnya dirujuk ke RSCM.
"Kondisi Alfariel juga makin gawat karena ketika diberikan susu, ia hanya memuntahkannya. Di RSCM, awalnya menduga disebabkan atresia bilier, tapi ternyata bukan itu penyebabnya. Kalau atresia bilier kan tidak ada saluran empedunya, kalau anak saya ada. Nah, dari hasil USG di RSCM, dokter melihat saluran empedu Alfariel bergelombang. Jadi saluran empedunya mengalami semacam varises, cairannya jadi terhambat. Dokter di RSCM bilang kasus Alfariel ini namanya penyakit caroli disease, kasus ini terjadi 1:15 juta kelahiran," terangnya.
Karena terhambat, cairan sudah semakin menumpuk di hati. Kondisi Alfariel juga semakin parah karena setelah di-USG kembali, cairan asites di perutnya sudah tidak ada. "Dokter bilang sudah tidak ada obatnya lagi untuk memulihkan kondisi Alfariel, jalan satu-satunya hanya transplantasi hati," ucapnya.
"Setelah beberapa kali dirawat di RSCM, dilakukan MRCT juga pada Alfariel dan didapatkan ada kista di perutnya. Jadi harus hati-hati kalau mau gendong dia, takut pecah. Kalau sudah pecah, bahaya, bisa meninggal dunia," tegasnya.
Saat ini, Al Fariel dibawa pulang orangtuanya sebab tidak ada perkembangan yang signifikan di RSCM. Hingga kini, donasi yang terkumpul untuk pengobatannya sudah mencapai Rp 150 juta.