Alasan RI terima hibah Hercules bekas dari Australia
Indonesia mendapat empat pesawat hibah dari Australia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, empat pesawat hibah yang didapat Indonesia dari Australia merupakan pesawat yang layak terbang. Tidak hanya itu, beberapa pertimbangan sebelum menerima pesawat tersebut juga sudah dilakukan, salah satunya jam terbang.
"Ini pesawatnya kalau dilihat dari jam terbangnya itu masih bisa terbang sekitar lima belas sampai dua puluh tahun, yang pesawat hibah. Justru itu salah satu pertimbangan waktu kami ambil, kami tidak sembarangan ambil," kata Purnomo kepada wartawan saat ditemui di kantor Kemenpolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat (6/7).
Purnomo mengatakan, bahkan sebelum memutuskan untuk diambil, beberapa kondisi kelayakan terbang pesawat tersebut juga diperhatikan, walaupun tetap akan dilakukan pembaruan.
"Waktu kami mau ambil itu kami juga lihat, satu, kondisi untuk layak terbangnya sampai berapa lama, terus avionik, lalu kondisi strukturnya. Tetapi sekarang tidak hanya itu, sekarang kan mau kami up grade, karena itu kami kirim tim inspeksi," jelas dia.
Purnomo mengatakan, nantinya untuk alokasi pembiayaan tersebut memang belum bisa diputuskan. Sebab, tim inspeksi yang dikirim ke Australia belum kembali ke Indonesia.
"Iya mereka setelah melakukan inspeksi, mereka juga akan menghitung total kebutuhannya berapa. Kemudian mereka akan memaparkan di tim teknis angkatan udara. Mungkin kalau dari tim teknisnya mengatakan ini perlu, namun dari tim manajemennya sudah cukup dan sebagainya baru dilaporkan ke kami," imbuhnya.
Oleh karena itu, saat ini Menhan juga belum bisa mengisarkan berapa jumlah anggaran yang akan diperlukan untuk melakukan perbaikan pesawat tersebut.
"Belum tahu, bisa besar bisa lebih kecil . Tergantung tim inspeksi yang sekarang ini berada di Australia. Jadi yang paling bagus kami tunggu sampai nanti tim inspeksi pulang, melaporkan ke kami berapa sebetulnya biaya yang diperlukan untuk melakukan perbaikan supaya dia serviceable dari empat pesawat itu," tambahnya.
Saat ditanya mengapa Indonesia tidak membeli pesawat Hercules baru. Purnomo beralasan, pesawat Hercules baru sangat mahal.
"Mengambil pesawat Hercules yang baru itu sekarang mahal sekali. Lalu Hercules seri H sekarang sudah tidak ada lagi, dan Amerika sekarang memproduksi seri J, dan itu harganya mahal sekali, itu bisa empat kali lipat, mahal sekali, karena dia bisa terbang tinggi lalu avionik sudah berubah," terangnya.