Bahas gigitan ular, ilmuwan se-Asia Tenggara kumpul di Unibraw
Para pakar ular membeberkan sejumlah presentasi di antaranya pertolongan pertama saat digigit ular.
Para ilmuwan, pecinta lingkungan dan praktisi medis dari sejumlah negara di Asia Tenggara berkumpul di Universitas Brawijaya Malang dalam rangka membahas gigitan ular dan penanganannya secara medis. Ratusan karya ilmiah selama tiga hari, 28 sampai 30 Agustus 2015 akan dibahas.
"Acara ini diikuti oleh peneliti herpetologi, praktisi medis, termasuk pecinta lingkungan," kata Nia Kurniawan selaku Ketua Panitia di Universitas Brawijaya, Minggu (30/8).
Berdasarkan tagline acara Species Diversity and Animal Bites of Emergency Medicine, ada dua besaran tema yang dibahas yaitu kekayaan spesies dan penanganan gigitan binatang. Khusus untuk ular menjadi pembahasan panjang karena memang memiliki rantai pembahasan cukup luas, sekaligus dampaknya pada kehidupan manusia.
Para pakar ular membeberkan sejumlah presentasi di antaranya pertolongan pertama saat digigit ular oleh Tri Maharani (Indonesia), penanganan korban dengan aneka ular berbisa oleh Ruth Sabrina bt Safferi (Malaysia), selain itu juga dibahas produksi antibisa ular dan penerapannya oleh Taksa Vasaruchapong (Thailand) serta study tentang antibisa ular milik Indonesia oleh Tan Choo Hock (Malaysia).
Selain itu juga dipresentasikan beberapa pengalaman penanganan medis korban gigitan dan semburan ular cobra, serta ular hijau. Termasuk presentasi 'Desa Siaga Gigitan Ular' pengalaman penanganan korban gigitan ular berbisa oleh komunitas pencinta ular.
Sementara terkait keanekaragaman juga dipresentasikan aktivitas konservasi keanekaragaman hayati oleh Djoko Tjahyono Iskandar (Indonesia), Pergerakan Amphibi di Sulawesi oleh Jimmy A MacGuire (Amerika) dan lain-lain.
Acara yang digelar oleh Himpunan Herpetologi Indonesia (HPI) sekaligus menjadi The First Symposium South East Asia and Envenomation (Seashe) sekaligus Kongres Herpetologi Indonesia ke-4.
"Semua materi dalam konteks konservasi alam, termasuk pembicaraan persoalan gigitan ular. Karena salah pemahaman, setiap ular yang mengigit manusia selalu dibunuh, ular diburu dan lain sebagainya," katanya.
Hasil simposium akan menjadi rekomendasi yang akan diberikan ke sejumlah kalangan. Pihaknya berharap, semua temuan bisa menjadi provokator untuk peduli pada konservasi keanekaragaman hayati.