Banting Setir Manager Hotel di Sikka jadi Petani Ubi Gara-Gara Pandemi
Ia menceritakan, pada awalnya ketika dirumahkan, dirinya bersama sang istri mencoba menanam sayur-sayuran, namun gagal akibat dimakan hewan peliharaan tetangga. Namun, keduanya tidak menyerah dan mulai mencoba menanam ubi jalar di halaman rumahnya yang luasnya tak seberapa tetapi hasilnya menggiurkan.
Pandemi Covid-19 banyak mematikan bidang usaha. Salah satu yang terdampak adalah bisnis di bidang pariwisata.
Sepinya wisatawan membuat bisnis hotel seolah hidup segan mati tak mau. Dampaknya, banyak karyawan dirumahkan sementara karena perusahaan tak dapat penghasilan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Seperti yang dialami Fransiskus Lopis, warga Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Manager salah satu hotel di Sikka ini coba memutar otak dan mengasah kemampuannya di bidang lain sembari mengisi waktu saat pembatasan sosial. Fransiskus Lopis memilih bertani ubi jalar.
Saat ditemui tim Liputan6.com di lahannya di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kamis (15/10), Lopis, sapaan akrab ayah satu anak ini, tampak sedang membersihkan lahan bersama sang istri yang berprofesi sebagai guru honorer di SMPK San Karlos Habi.
Ia menceritakan, pada awalnya ketika dirumahkan, dirinya bersama sang istri mencoba menanam sayur-sayuran, namun gagal akibat dimakan hewan peliharaan tetangga. Namun, keduanya tidak menyerah dan mulai mencoba menanam ubi jalar di halaman rumahnya yang luasnya tak seberapa. Saat panen, hasil ubi jalarnya ada yang mau membeli dengan harga Rp500 ribu.
"Dari situ saya mulai tertarik untuk membudidayakan ubi jalar, mudah dan cepat dapat uang," ungkapnya. Demikian dikutip dari Liputan6.com, Minggu (18/10).
Tertarik dengan hasil panen yang mereka tanam akhirnya mereka memilih membuka lahan baru yang luasnya kurang lebih 1 hektare.
Kini, bukan hanya ubi jalar yang mereka tanam. Pasangan suami istri itu coba menanam beberapa jenis tanaman hortikultura, seperti brokoli, wortel. Ternyata, hasilnya memuaskan dan terbukti mampu menghasilkan uang. Belakangan, ia lebih memilih menanam ubi jalar karena dianggap lebih menguntungkan.
"Kalau ubi jalar ini panennya terus menerus, jadi satu pohon itu kadang saya ambil satu umbi, yang lainnya saya lepas. Satu tahun itu bisa tiga kali panen. Kalau diuangkan, tidak sempat dihitung karena kami dapat setiap hari, tergantung pesanan. Sekali jual itu bisa capai Rp100 ribu rupiah termasuk sayur-sayuran, paling banyak itu saya antar di rumah sakit. Kalau dihitung penghasilan satu bulan saya bisa dapat kurang lebih 3 jutaan, karena setiap hari orang beli sayur sedikit-sedikit selain ubi jalar," ujarnya.
Lopis mengakui, tanaman hortikultura dan ubi jalar miliknya tanpa menggunakan pupuk, hanya mengandalkan air dari sumur yang berada di lahan miliknya. Sementara untuk mendapatkan bibit ubi jalar, Lopis memesannya dari daerah Welomosa, Kabupaten Ende dan Boru, Kabupaten Flores Timur.
Lopis menceritakan, ilmu menanam ubi dia dapat dari orangtua yang juga petani ubi jalar. Kini, selain dijual secara langsung, tanaman hortikultura dan ubi jalar hasil garapannya juga dia pasarkan melalui media sosial.
"Sementara ini saya cari penambahan lahan sekitar 2 hektare untuk kembangkan lagi ubi jalar ini," katanya.
Dia menceritakan, usaha ini tentu ada kendalanya. Salah satunya terkait air. Karena itulah, Lopis sedang berpikir bagaimana cara pemasangan jaringan pipa air yang akan digunakan untuk penyiraman, juga menara air sebagai media untuk menampung air. Sebab cara penyiraman yang ia gunakan masih menggunakan sistem manual.
"Kalau pake siram atau sistem kincir air, tapi masih kendala di pipa dengan menara air," sebutnya.
Sementara itu, Fransiska Nona Yun, istri Fransiskus Lopis mengatakan, saat tidak ada kegiatan di sekolah, dirinya membantu suaminya bekerja di lahan.
Selain tanaman hortikultura dan ubi jalar, ternyata Lopis bersama sang istri juga menanam cabai, dan menjadi distributor di beberapa tempat usaha gorengan di Kota Maumere.
Reporter: Dionisius Wilibardus
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Terdampak Pandemi, Manajer Hotel Ini Kini Jadi Petani Ubi dengan Lahan 1 Hektare
Inspiratif, Begini Kisah KWT Gemas Implan yang Jual Sayur Harga Murah Demi Warga
Imbas Corona, Pusat Perbelanjaan Tutup Hingga 3 Bulan
FAO Ingatkan Sistem Pangan Dunia Masih Rapuh Akibat Pandemi Covid-19
Imbas Pandemi, AirAsia X Bakal Setop Operasi di Indonesia