Begini Gejala yang Dialami 6 Pasien Pneumonia Misterius di Indonesia
Kemenkes mengumumkan, terdapat enam kasus pneumonia misterius di Indonesia.
Kemenkes mengatakan, keenam kasus tersebut merupakan kasus lama yang terjadi pada Oktober dan November 2023.
Begini Gejala yang Dialami 6 Pasien Pneumonia Misterius di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan, terdapat enam kasus pneumonia misterius di Indonesia. Seluruhnya sudah dinyatakan sembuh.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, keenam kasus tersebut merupakan kasus lama yang terjadi pada Oktober dan November 2023.
- Kasus Pneumonia Misterius Terdeteksi di Indonesia, Begini Imbuan Kemenkes Kepada Masyarakat
- Enam Kasus Pneumonia Misterius Terdeteksi di Indonesia, Kemenkes: Semua Sudah Sembuh
- Menko PMK Muhadjir: Pneumonia Misterius di DKI Disebabkan Polusi Udara Jakarta
- Kemenkes Sebut Tingkat Fatalitas Pneumonia Misterius Rendah
"Setelah kami konfirmasi, memang saat ini ada enam kasus mycoplasma pneumonia yang pernah, saya katakan yang pernah karena ini sudah lama," kata Maxi saat konferensi pers, Rabu (6/12).
Gejala Pneumonia Misterius
Adapun gejala awal yang dialami keenam pasien pneumonia misterius adalah batuk, pilek, hingga sesak napas.
"Kami dapat laporan dari RS, mereka semua sudah sembuh. Semua sudah sembuh dan dejala awalnya sama dengan demoni pada umumnya. Pertama ada batuk, ingus, sakit kepala, ada yang mulai terasa sesak,"
ujar Maxi.
merdeka.com
Untuk usia pasien, paling muda merupakan anak berusia tiga tahun dan yang paling tua adalah usia 12 tahun.
"Yang paling muda itu tiga tahun, umur paling besar di kasusnya 12 tahun. Tiga sampai 12 dan gejala yang telah ada, hampir semua sama dan hasil pemeriksaan laboraturium di Medistra sendiri itu memang positif bakteri pneumonia mycoplasma,"
imbuh Maxi.
merdeka.com
Lebih lanjut, Maxi berujar, keenam pasien ini sempat dirawat di dua rumah sakit berbeda. Pertama di Rumah Sakit (RS) Medistra sebanyak lima kasus dan satu di RS JWCC.
"Kejadian di RS Medistra itu ada yang masuk RS. Dua yang dirawat tanggal 12 Oktober dan 25 Oktober. Kemudian yang lainnya rawat jalan di bulan November," rinci Maxi.
"Yang terakhir kami dapat laporan tanggal 22 November tapi rawat jalan. Jadi enam itu, rawat inapnya tiga, yang satu rawat inap di RS JWCC," sambungnya.
Dokter Spesialis Anak RSCM Nastiti Kaswandani mengungkapkan, gejala pneumonia misterius alias pneumonia mycoplasma sama seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada umumnya.
"Gejalanya hampir mirip dengan gejala ISPA pada umumnya, yaitu biasanya diawali dengan demam kemudian batuk," kata Nastiti.
Meski demikian, Nastiti menyebut bahwa batuk yang diidap sembuhnya lebih lama dibanding biasanya.
"Nah batuk ini yang sangat mengganggu sehingga batuk ini bisa sampai dua, tiga pekan menetapnya. Cukup lama. Kemudian gejala-gejala lainnya, nyeri tenggorok, kalau anak besar terkadang bisa sampai nyeri dada, kemudian ada gejala fatigue atau lemas," ujar Nastiti.
Meski demikian, jika dibanding dengan virus atau bakteri penyebab sakit lainnya, pneumonia mycoplasma memiliki tingkat kematian atau mortalitas yang rendah.
"Tidak perlu terjadi kepanikan yang berlebihan di kalangan masyarakat karena sebetulnya mortalitasnya rendah, hanya 0,5 sampai dua persen. Itupun biasanya pada mereka yang dengan komobiditas," tambah Nastiti.
Lebih lanjut, Nastiti menjelaskan, pneumonia mycoplasma juga disebut walking pneumonia. Sebab, pasien yang terjangkit biasanya beraktivitas normal.
"Kenapa disebut walking pneumonia? Anaknya jalan-jalan, beraktivitas biasa, tidak seperti gambaran pneumonia atipikal atau pnemuonia khas yang anaknya harus diinfus, pakai oksigen, dirawat di rumah sakit," ucap Nastiti.
"Walking pneumonia itu menunjukkan anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga dia masih bisa beraktivitas. Makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan di rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, kemudian anaknya bisa sembuh sendiri," sambungnya.