Bendungan tua di Maros bocor, petani malah desak tunda perbaikan
Bendungan Batubassi dibangun di era kolonial Belanda. Para petani beralasan perbaikan akan mengganggu pertanian.
Bendung Batubassi di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, sekitar 37 kilometer dari Makassar, bocor. Kebocoran tersebut terdapat di bawah pintu bendungan. Kondisi ini mempengaruhi debit air bendungan.
"Sudah dua tahun terakhir kebocoran itu, dan ini yang menjadi salah satu penyebab terkurasnya air sehingga air yang tertampung menjadi berkurang," kata Ismail, petugas pemeliharaan PSDA Balai Besar Sungai Jeneberang ditemui di kantor Pusat Penyuluhan Pertanian (PPA) Kecamatan Bantimurung, Senin, (10/8).
Kebocoran ini sudah diketahui dan sudah ada dananya dari pusat, tetapi kata Ismail, perbaikan kebocoran bendung tersebut dengan sangat terpaksa ditunda.
Penundaan dikarenakan para petani yang memanfaatkan aliran air bendung tersebut meminta agar perbaikan tidak dilakukan dahulu, karena mereka masih menggunakan air yang masih tertampung untuk mengairi sawah.
Menurut Ismail, bendung ini wajar alami kerusakan karena usianya yang sudah sangat sepuh. Didirikan tahun 1903 lalu dan beroperasi tahun 1910.
"Kendalanya selalu di situ. Yakni saat hendak diperbaiki, petani menolak karena akan mengganggu suplai air ke lahannya lantaran proses perbaikannya tentu harus menutup pintu air dan waktunya lama," jelasnya.
Ismail menambahkan, selain karena kebocoran, air juga berkurang karena harus disuplai ke PDAM Maros dan pabrik Bosowa. Soal model kerja sama dengan kedua pihak ini, kata Ismail, itu urusan pimpinannya.
Saat musim kekeringan ini, air kian menyusut. Normalnya bendung Batubassi ini dengan kapasitas 6.000 meter kubik air mengairi sawah seluas 6.513 hektare. Kini tersisa 3.000 hektare saja atau berkurang 50 persen lebih.
"Sisa air di bendung Batubassi yang tertampung saat ini hanya 3.000 meter. Posisinya sudah 25 centimeter di atas mercu," kata Ismail.