BPBD Gresik siapkan 74 relawan di lokasi semburan lumpur
Relawan terdiri dari pemuda yang dilatih dan dibekali pengetahuan tanggap bencana di Telaga Ngipik.
Guna mengantisipasi luapan semburan lumpur bercampur gas methana (CH4) di Desa Metatu, Kec Benjeng, Gresik, Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik menyiapkan 74 relawan. Selain menghadapi semburan lumpur, mereka juga disiapkan untuk mengatasi bencana alam menjelang musim penghujan.
"Selain untuk mengantisipasi luberan semburan lumpur, yang bisa berubah menjadi bencana alam sewaktu-waktu, para relawan ini juga dilatih dan disiapkan untuk menghadapi bencana alam lainnya seperti bencana banjir, yang kerap terjadi akibat luapan Kali Lamongan di musim penghujan," terang Kepala BPBD Gresik Hari Sutjipto, Minggu (18/11).
Apalagi, lanjut Hari, bulan ini sudah memasuki musim penghujan. "Jadi para relawan ini dilatih agar memiliki skill dan kemampuan menghadapi dampak bencana alam, yang bisa terjadi sewaktu-waktu."
Dijelaskan Hari, para relawan yang mayoritas pemuda dari berbagai daerah ini, sejak Minggu pagi tadi hingga Senin besok, dilatih dan dibekali pengetahuan tanggap bencana di Telaga Ngipik.
Sementara Kasie Pencegahan BPBD Gresik, Chotib menjelaskan, para pemuda-pemuda ini berasal dari daerah-daerah yang desanya kerap tertimpa bencana alam.
"Ada sekitar 74 pemuda yang kami rekrut, dengan harapan mampu diturunkan sewaktu-sewaktu pada saat kondisi darurat, apalagi upaya normalisasi di sepanjang Kali Lamong hingga kini belum maksimal, sehingga wilayah Gersik Selatan memiliki potensi tinggi dilanda bencana banjir," jelas dia.
Sekadar catatan, di wilayah Benjeng, Gresik ini, merupakan salah satu daerah yang rentan terjadi bencana banjir apabila musim hujan telah tiba. Terlebih lagi, adanya semburan lumpur bercampur gas methana ini, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi warga sekitar.
Semburan lumpur bercampur gas methana yang keluar dari Waduk Metatu itu, muncul sejak Selasa sore lalu. Di pusat semburan lumpur itu, merupakan bekas tempat pengeboran minyak di zaman Belanda. Dan semburan itu merupakan yang ketiga kalinya.
Menurut penduduk setempat, semburan terakhir merupakan semburan paling besar dari sebelumnya. Saat ini, di lokasi semburan telah terpasang tanda peringatan bahaya dan sudah dipasang pagar pembatas dari anyaman bambu.