Bupati Dedi tak akan bikin Purwakarta modern
"Banyak orang ngomong masalah smart city. Tapi saya hanya punya dua konsep, yaitu village and smart," kata Dedi.
Dua periode Dedi Mulyadi menjadi Bupati Purwakarta. Dalam kepemimpinannya dia mengedepankan kultur budaya Sunda dan pembangunan infrastruktur tata kota bernuansa seni, berupa taman dan berbagai patung. Konsep pembangunan yang dipegang Dedi adalah vilage dan smart.
"Orang-orang pada bicara smart city teknologi dan perkotaan, teknologi humanisme, pengelolaan pembangunan perkotaan. Sehingga orang banyak ngomong masalah smart city. Tapi saya hanya punya dua konsep dalam memimpin Purwakarta, yaitu village and smart," kata Kang Dedi sapaan akrab Dedi Mulyadi saat ditemui merdeka.com di Purwakarta, Kamis (17/3).
Baginya, hanya masyarakat yang bisa menentukan keberhasilan maupun kegagalan dalam kepemimpinannya. Dia mengaku tidak semua warganya mendukung program-program yang sudah dijalankan, hal itu dianggap wajar.
"Masyarakat merasakan kinerja saya kan enggak bisa diukur oleh saya sendiri, kan jadi subjekif. Harus dinilai dari orang lain, kalau diukur dari orang lain pasti ada dua pilihan, yang suka pasti mengatakan terasa (ada hasilnya), dan yang tidak suka dengan saya ya sebaliknya," tuturnya.
Sebab itu, masih kata Kang Dedi, penilaian itu harus diukur dengan riset. Tidak bisa dinilai dengan pendapat pribadi. Meski demikian dia tidak menapik dalam dua periode kepemimpinannya itu masyarakat setempat masih menaruh kepercayaan terhadapnya untuk memimpin Purwakarta.
"Periode pertama saya jadi bupati dapat 40 persen suara yang mendukung saya. Periode kedua saya dapat suara hampir 70 persen. Artinya ada kepuasan publik yang tinggi terhadap saya," paparnya.
Dedi menambahkan, dengan berbagai program pembagunan yang ada di Purwakarta. Sudah relatif berjalan efektif. Mulai dari pendidikan gratis, dari SD sampai SMA. Infrastruktur terbangun sampai ke pelosok-pelosok desa.
"Sekarang gini, apa sih yang enggak ada di sini? Orang sakit dijemput pakai mobil ambulans diantar ke rumah sakit, biaya gratis. Desa Sukasari 50 tahun tidak mendapat aliran listrik, sekarang sudah bisa menikmati aliran listrik gratis. Sudah dipasang 50 ribu sambungan listrik di Sukasari," ujar dia.
"Kita juga sudah bangun jalan beton sepanjang 57 kilometer di wilayah itu," imbuhnya.
Dedi menambahkan, orang-orang perkotaan dapat menikmati suasana hiburan ditaman-taman kota Purwakarta, bisa nikmati air mancur yang terbesar se-asia tenggara secara gratis. Pasar-pasar di bangun, kemudian diberikan secara gratis bagi masyarakat.
"Warga juga bisa komplain ke media sosial milik bupati, atau SMS center, kita layani 24 jam," ucap Dedi.
Lebih dalam Dedi mengungkapkan, jika ada warganya mengalami problem, atau rumahnya kena musibah, akan dibantu sesuai kapasitas pemerintah setempat. Tentunya seluruh daya dukung ini pasti berimplikasi sangat luas. Cara pandang masyarakat terhadap kesejahteraan dan pembangunan.
"Tentunya ini akan menjadi tolak ukur kepuasan masyarakat atas kinerja saya sebagai bupati," kata Dedi.
Menurutnya, Purwakarta pada tingkat penggelolaan anggaran dapat rangking 2 se-Jawa Barat tidak lepas dari kinerja pemerintah melayani masyarakat.
"Dari tingkat pengelolaan anggaran, dan pembangunan maka kepuasan publik bisa dilihat," sambung Dedi.
Lanjut Dedi, di Kabupaten Purwakarta sumber daya manusianya fokus pada peternakan, perikanan dan kehutanan, irigasi dan sekolah.
"Kita kan Kabupaten, tidak konsen pada rancangan perkotaan," tandasnya.
Banyak orang salah angka, sambung Dedi, dikira Purwakarta Kota Madya karena pembangunannya relatif berkembang. Purwakarta anggaran dana pembangunannya paling kecil, kedua di Kabupaten yang ada di Jabar tapi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Duitnya dari mana?, ya dari anggaran yang sudah ada. Yang penting pinter mengelola saja," terangnya.
"Kita bisa bayar RT Rp 700 per bulan, bayar gaji para Kepala Desa Rp 4 juta perbulan," pungkasnya.