Buya Syafii: Kasihan Mensesneg orang baik ketemu politik ganas
Pratikno akademisi di UGM kini setelah jadi menteri Jokowi harus menghadapi ganasnya dunia politik.
Ketua Tim Independen, Buya Syafii menilai, kisruh Polri vs KPK memberi tekanan yang sangat besar kepada Presiden Joko Widodo. Buya mengatakan, tekanan tidak hanya datang dari partai politik pendukung Kabinet Kerja, tetapi juga datang dari rakyat Indonesia yang menginginkan kisruh dua lembaga penegak hukum ini segera usai.
Buya menilai, di tengah tekanan tersebut, Presiden Jokowi harus mulai mengambil kendali lantaran dirinya adalah panglima tertinggi di Indonesia. Kedudukan tersebut diberikan oleh rakyat Indonesia yang sudah menjadikannya orang nomor 1 negeri ini.
"Dia (Presiden Jokowi) kan panglima tertinggi, dia dipilih rakyat walaupun partai yang mengusung, dalam keadaan yang begini krusial, ambil dia posisinya (sebagai panglima tertinggi)," kata Buya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (4/2) kemarin.
Tidak hanya didorong untuk menggunakan posisinya sebagai panglima tertinggi di Indonesia, Buya juga mendorong Presiden Jokowi untuk menunjukkan keberaniannya dalam mengambil keputusan. Menurut Buya, keberanian Presiden Jokowi dalam mengambil keputusan juga berimbas pada sosok-sosok yang berada di bawahnya.
Buya menyoroti sosok Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang tidak memiliki latar belakang politik namun harus terseret dalam kisruh bernuansa politik ganas. "Tegakkan nyali, nyali yang penting, karena kasihan, bukan hanya dia (Presiden Jokowi) saja, itu Mensesneg itu pontang panting dia, orang baik nggak pernah masuk politik, ketemu politik ganas," tutup Buya.
Sebelum menjabat sebagai Mensesneg, Pratikno merupakan rektor Universitas Gadjah Mada. Pratikno juga pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Pada tahun 2009 lalu, Pratikno mendapat kepercayaan KPU untuk menjadi salah satu pemandu Debat Calon Presiden 2009.