Cara Agar Anak Tak Jadi Pelaku dan Korban Bullying
Orang tua perlu membentuk karakter anak sejak dini agar tidak menjadi pelaku bullying atau perundungan.
Viral video aksi dugaan perundungan terjadi di sekolah diduga terjadi kawasan Bandung. Saat ini, orang tua korban membawa kasus ini ke jalur hukum.
Psikolog keluarga Ketti Murtini mengingatkan bahwa orang tua perlu membentuk karakter anak sejak dini agar tidak menjadi pelaku bullying atau perundungan.
-
Bagaimana bullying tersebut terjadi? Dalam video tampak korban, AY (14), tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku. Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Apa saja contoh tindakan bullying yang dilakukan anak dan remaja? Mereka mungkin melecehkan atau mengolok orang lain dalam upaya untuk menonjol di antara teman-teman mereka.
-
Apa dampak utama dari bullying pada anak? Dampak bullying pada anak yang paling signifikan adalah penurunan harga diri. Pelecehan, penghinaan, dan pengucilan yang terus menerus dapat menyebabkan perasaan tidak berharga dan tidak mampu.
-
Apa yang dimaksud dengan bullying? Bullying atau perundungan salah satu masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja hingga dunia maya.
-
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan anak menjadi korban bullying? Tanda anak jadi korban bullying yang pertama adalah tidak lagi melakukan hobi atau kesenangannya. Apabila anak-anak kehilangan minat pada hobi atau makanannya, coba orang tua memperhatikan mereka. Orang tua juga bisa mencoba mengajak anak komunikasi tentang apa yang tengah dialaminya.
"Orang tua dan anggota keluarga lain perlu mendampingi tumbuh kembang anak dan membentuk karakter anak sejak dini agar tidak memiliki perilaku bullying, atau juga tidak menjadi korban bully," kata Ketti ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (20/11), dikutip Antara.
Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah Cabang Barlingmascakeb itu menambahkan pendampingan orang tua akan membentuk konsep diri yang matang sehingga anak siap menghadapi berbagai permasalahan.
"Pendampingan orang tua harus dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, namun dengan cara yang tepat," ujar dia.
Misalkan, kata dia, orang tua tidak boleh memberikan anak fasilitas dan bantuan yang berlebihan agar anak memiliki ketangguhan dan ketahanan diri jika suatu saat menghadapi kesulitan.
"Anak perlu juga merasakan kesulitan dan kegagalan agar dia memiliki daya tahan untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Pendampingan orang tua diperlukan namun hanya dalam artian pendampingan, bukan membantu menyelesaikan semua masalah anak," kata dia.
Dengan demikian, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. "Bahkan jika suatu saat si anak menjadi korban bully diharapkan dia akan dapat menghadapi situasi tersebut dengan baik karena telah memiliki konsep diri yang juga baik," ujar Ketti.
Ajarkan Empati
Selain itu, kata Ketti, orang tua juga perlu mengajarkan anak agar memiliki empati dan kasih sayang terhadap sesama.
"Misalkan memberikan contoh keteladanan dengan cara orang tua mengajak anak membantu orang lain yang sedang kesusahan, atau memberikan teladan dengan berkata lemah lembut dan tidak menunjukkan kekerasan depan anak agar anak tumbuh menjadi pribadi yang lemah lembut," kata dia.
Dengan berbagai upaya tersebut, kata dia, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter mulia yang jauh dari perilaku bullying.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengingatkan orang tua agar banyak memberikan kasih sayang pada buah hati mereka guna mencegah perilaku bullying.
"Salah satu upaya mencegah perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata Prof Lydia.
Kasus Perundungan di Bandung, Anak SMP Dipukul dan Ditendang hingga Tergeletak
Viral video aksi dugaan perundungan terjadi di sekolah diduga terjadi kawasan Bandung. Saat ini, orang tua korban membawa kasus ini ke jalur hukum.
Berdasarkan pantauan, video berdurasi 21 detik itu diunggah oleh sebuah akun Twitter pada Jumat (18/11) malam. Terlihat seorang murid yang sedang duduk di bangku, dipakaikan helm. Setelah itu, beberapa teman sekelasnya memukul helm hingga menendangnya.
Korban pun tergeletak di lantai. Terdapat informasi bahwa pihak keluarga sudah membawa korban untuk menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Netizen memenuhi cuitan tersebut dengan beragam komentar, ada yang sedih marah hingga mengecam aksi dalam video tersebut.
Hasil penelusuran, peristiwa perundungan itu terjadi di SMP Plus Baiturrahman, Kecamatan Ujung Berung, Bandung, Kamis (17/11). Kepala sekolah Saefullah Abdul Muthalib membenarkannya.
Semua berawal saat guru izin keluar sebentar. Saat itu, beberapa siswa memutuskan untuk main tebak-tebakan. Permainannya, korban menebak siapa yang memukul helm.
"Lama-kelamaan bukan dengan tangan, tapi dengan kaki salah seorang (siswa) sampai tiga kali pukulan dengan kaki. Setelah ditendang kemudian dia jatuh itu bukan pingsan, pusing mungkin," kata Saefullah.
Dia menegaskan segera melakukan evaluasi menyeluruh mengenai sistem dan pengawasan sekolah. Terlebih, apa yang terjadi dalam video itu masuk dalam ranah dugaan kekerasan.
"Ini menjadi evaluasi bagi kami untuk lebih ketat lagi dalam memberikan pengamanan pembelajaran di sini. Kami sangat mengecam dan tidak setuju dengan kejadian ini, karena ini kekerasan," ujar dia.
Pihak sekolah sudah menyampaikan permohonan maaf kepada korban dan keluarganya. Sejauh ini, pihak sekolah sudah menyiapkan sanksi kepada siswa kelas IX yang diduga terlibat. Selain teguran, para siswa tersebut akan menjalani hukuman belajar terpisah.
"Mungkin pelaku ini belajar secara daring, supaya lebih kondusif lagi pembelajarannya, pelaku tetap belajar dan korban juga tetap belajar. Secara pribadi dan lembaga kami sudah meminta maaf kepada keluarga atas kelalaian kami," terang dia.
Tempuh Jalur Hukum
Kapolsek Ujungberung, Kompol Karyaman mengungkapkan sudah memeriksa sejumlah pihak dari korban, saksi hingga pelaku. Hal itu merupakan tindak lanjut dari laporan dari pihak keluarga korban.
"Saksinya sementara ini ada empat atau lima orang dari hasil sementara ya, atau interogasi sementara. Sementara ini baru satu orang (terduga pelaku), mungkin yang jadi saksi juga bisa saja hasil pengembangan bisa saja jadi tersangka, ke depannya," katanya.
Sementara itu, Ayah korban, Yudarmi mengaku sedih dengan peristiwa yang dialami anaknya. Saat ini kondisi anaknya masih mengeluh pusing dan lebih banyak diam, ditambah tidak ingin pergi ke sekolah karena takut.
Yudarmi mengajukan permintaan kepada pihak sekolah untuk mengeluarkan siapapun yang terlibat dalam perundungan terhadap anaknya. Apalagi, perundungan ini bukan hal baru yang diterima oleh anaknya.
"Sekarang masih ada pusing-pusing dan trauma, tadi pagi dia malas sekolah karena takut," ujar Yudarmi.
"Kalau yang sudah membahayakan, baru ini saja. (Anak Yudarmi) biasa diludahi, dicoret bajunya penuh tinta, sudah sering, teman-temannya ngomong juga. Anak saya memang pendiam tidak ngomong, seperti di video dia diam saja tidak melawan sama sekali," ia melanjutkan.
Karena merasa sudah jengah dan mengarah pada kekerasan, Yudarmi dan keluarganya merasa terpukul dan mengambil langkah hukum. "Lanjut membuat laporan polisi. Ini lagi bikin surat pengantar untuk visum," tegas dia.
(mdk/gil)