Strategi Tepat untuk Menangani Anak Pelaku Bullying di Sekolah
Menghadapi anak yang terlibat dalam tindakan bullying memerlukan pendekatan yang efektif melalui dukungan orang tua dan kolaborasi dengan pihak sekolah.
Mendengar bahwa anak terlibat dalam tindakan bullying tentu menjadi kabar yang mengejutkan dan sulit diterima oleh orang tua. Reaksi awal yang sering muncul adalah sikap defensif, seperti, "Tidak, anak saya tidak mungkin melakukan hal itu!" Namun, perlu diingat bahwa peristiwa ini dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk perbedaan perilaku anak di lingkungan rumah dan sekolah.
Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya tumbuh menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab. Namun, kenyataan bahwa anak dapat terlibat dalam bullying memaksa orang tua untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani situasi tersebut. Lantas, bagaimana sebaiknya orang tua bersikap dan tindakan apa yang dapat diambil untuk membantu anak memperbaiki perilakunya?
-
Bagaimana cara mengatasi kekerasan anak di sekolah? 'Hal ini harus disikapi secara serius, dengan bergerak serentak akhiri kekerasan pada satuan pendidikan. Upaya keras, masif, terstruktur, aksi nyata, serta terukur dalam pencegahan dan penanganan kekerasan pada satuan pendidikan wajib dilakukan,' kata Aris.
-
Bagaimana cara mengatasi bullying? Dalam situasi di mana anak menjadi sasaran bullying, orang tua perlu segera menghubungi pihak sekolah untuk mencari solusi. Dukungan emosional dari orang tua juga sangat krusial, karena hal ini akan membantu anak merasa lebih kuat dan tidak sendirian menghadapi masalah tersebut.
-
Apa yang harus dilakukan anak ketika di-bully? Fokus pada Perlindungan, Bukan Pertarungan Tanamkan pada anak-anak Anda bahwa berkelahi tidak akan membantu. Sebaliknya, mereka harus pergi dan memberi tahu orang dewasa atau guru tentang apa yang terjadi. Ini akan membantu mereka mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
-
Siapa yang berperan penting cegah anak jadi korban bullying? Melihat fakta ini, orangtua perlu memainkan peran penting dalam mencegah anak mereka menjadi korban perundungan.
-
Siapa yang bisa membantu anak untuk mencegah bullying? Sama seperti ketika melihat anak menjadi korban bullying, melihat anak menjadi pelaku bullying merupakan hal yang tidak menyenangkan.
-
Bagaimana cara menghentikan bullying? Kampanye anti bullying dapat berbentuk penyebaran kata-kata untuk meningkatkan pemahaman atas apa itu perilaku bullying, dan kepedulian untuk tidak melakukan bullying.
Penting untuk memahami karakter anak dan memberikan bimbingan yang sesuai dalam situasi ini. Mari kita bahas langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua ketika mengetahui anak mereka terlibat dalam bullying, mulai dari memahami penyebab perilaku tersebut hingga meminta dukungan dari pihak sekolah.
Tetaplah Tenang dan Hindari Memarahi Anak Secara Langsung
Ketika orang tua menyadari bahwa anaknya terlibat dalam tindakan bullying, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga ketenangan dan menghindari reaksi marah secara langsung. Sangat penting untuk menarik napas dalam-dalam dan merenungkan langkah-langkah yang tepat untuk diambil. Dalam situasi yang sulit seperti ini, anak-anak memerlukan dukungan dan bimbingan yang baik dari orang tua.
Orang tua juga harus menyadari bahwa salah satu penyebab utama perilaku bullying pada anak adalah ketidakmampuan mereka untuk membedakan antara perilaku yang baik dan buruk. Daripada cepat-cepat memberi label anak sebagai "nakal", lebih baik jika orang tua mencoba memahami bahwa perilaku ini merupakan bagian dari proses perkembangan anak yang membutuhkan bimbingan dan arahan yang tepat dari mereka.
Berbicara Secara Langsung dan Tulus kepada Anak
Orang tua sebaiknya berbicara dengan anak secara terbuka dan tenang. Diskusikan masalah bullying tanpa menempatkan anak pada posisi yang salah. Penting untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa anak adalah penyebab masalah, melainkan mencari tahu terlebih dahulu alasan di balik perilaku bullying yang terjadi. Tanyakan dengan lembut tentang apa yang mendorongnya untuk merundung teman-temannya. Apakah itu disebabkan oleh rasa cemburu, kurangnya kepercayaan diri, merasa lebih unggul, atau mungkin ada alasan untuk membalas dendam?
Selanjutnya, penting untuk memahami bagaimana anak berinteraksi dengan teman-temannya selama ini. Ada kemungkinan ia tidak menyadari bahwa tindakannya termasuk dalam kategori bullying. Jika anak menunjukkan sikap yang membenarkan tindakan intimidasi, ingatkan dia tentang nilai-nilai kedamaian, kesetaraan antar manusia, dan pentingnya saling mendukung satu sama lain. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan pemahaman, diharapkan anak dapat menyadari dampak dari perilakunya terhadap orang lain.
Mengajak Anak untuk Berimajinasi
Mengajarkan anak-anak tentang konsep benar dan salah bisa menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang sudah bersekolah dan memiliki cara berpikir yang unik. Jika kita menjelaskan sesuatu tanpa memberikan alasan yang jelas atau contoh konkret, anak bisa jadi merasa bingung dan tidak menerima penjelasan dari orang tua. Oleh karena itu, penting untuk mengajak anak berimajinasi.
Misalnya, saat ini ia mungkin merasa kuat dan temannya yang menjadi korban bullying tampak lebih lemah. Namun, ajukan pertanyaan, "Bagaimana jika di masa depan, ia tidak sekuat sekarang dan menjadi sasaran bullying?" Apakah ia akan merasa nyaman jika ada teman yang lebih kuat mengganggunya? Melalui pendekatan ini, anak akan lebih mudah memahami kesalahan yang dilakukan sebagai pelaku bullying.
Memberikan Aktivitas yang Berguna bagi Anak
Beberapa anak mungkin terlibat dalam tindakan bullying karena merasa iri atau cemburu terhadap teman-teman yang memiliki kelebihan, seperti kecerdasan. Apabila motivasi anak melakukan bullying disebabkan oleh perasaan ini, penting untuk memberikan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Contohnya, orang tua bisa mendaftarkan anak ke kursus yang sesuai dengan minatnya, seperti pelajaran tambahan, musik, atau olahraga. Dengan cara ini, anak dapat menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Ketika anak terlibat dalam aktivitas yang produktif, perhatian dan fokusnya akan lebih terarah pada kegiatan tersebut, bukan pada anak lain yang dianggap lebih unggul. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan anak terlibat dalam perilaku bullying. Jika orang tua membutuhkan rekomendasi dari psikolog anak mengenai pilihan kegiatan yang positif, mereka dapat konsultasi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Dengan dukungan yang tepat, anak diharapkan dapat beralih dari perilaku negatif menuju pengembangan diri yang lebih baik.
Membangun Nilai-nilai dalam Keluarga dan Meminta Dukungan dari Sekolah
Anak-anak biasanya meniru perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua atau saudara mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai di dalam keluarga bahwa tindakan bullying tidak dapat ditoleransi dan hal ini harus diterapkan oleh semua anggota keluarga. Jika anak Anda memiliki kakak, doronglah kakaknya untuk menjadi teladan yang baik dan tidak melakukan tindakan intimidasi terhadap adiknya.
Langkah selanjutnya yang dapat diambil adalah meminta bantuan dari pihak sekolah, khususnya guru wali kelas anak. Sampaikan kepada mereka bahwa Anda sebagai orang tua menyadari adanya perilaku negatif yang ditunjukkan oleh anak dan sedang berusaha untuk memperbaikinya. Dengan demikian, Anda memerlukan dukungan dari pihak sekolah untuk mengawasi dan memperhatikan perubahan perilaku anak di lingkungan sekolah. Kerja sama antara orang tua dan sekolah sangatlah krusial dalam menangani masalah bullying ini.
Apa yang sebaiknya dilakukan jika anak saya terlibat dalam tindakan bullying?
Selalu jaga ketenangan saat berbicara dengan anak. Diskusikan secara terbuka untuk memahami apa yang mendasari perilaku bullying yang dilakukannya.
Apa yang menyebabkan anak berperilaku sebagai pelaku bullying?
Anak-anak dapat terlibat dalam tindakan bullying karena berbagai alasan, seperti rasa cemburu, kurangnya kepercayaan diri, atau merasa lebih unggul dibandingkan teman-temannya. Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa mereka melakukan bullying sebagai bentuk balas dendam terhadap pengalaman buruk yang mereka alami.