Kenali Tanda-tanda Anak Pelaku Bullying yang Perlu Dicegah dan Diantisipasi Orangtua dengan Cepat
Salah satu tanda bahwa anak terlibat dalam bullying adalah terjadinya perubahan dalam rutinitas harian mereka.
Bullying adalah isu serius yang dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan anak, baik bagi mereka yang menjadi korban maupun pelaku. Anak-anak yang terlibat dalam perilaku bullying biasanya menunjukkan tanda-tanda tertentu yang dapat dikenali oleh orang tua. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami ciri-ciri ini agar dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk mencegah dan mengatasi perilaku tersebut. Salah satu indikator yang sering terlihat adalah keterlibatan anak dalam konflik dengan teman sebaya, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.
Anak-anak yang cenderung melakukan bullying sering kali merasa senang atau puas ketika berhasil membuat orang lain merasa tidak nyaman atau takut. Mereka yang sering terlibat dalam perilaku ini mungkin memiliki masalah emosional atau sosial yang mendasari tindakan mereka. Oleh karena itu, orang tua harus peka terhadap perubahan perilaku anak dan berkomunikasi secara terbuka untuk menemukan akar permasalahannya. Dengan cara ini, intervensi yang tepat dapat dilakukan untuk mencegah perilaku bullying serta membantu anak dalam mengembangkan hubungan yang sehat dengan teman-teman sebayanya, seperti yang dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber.
-
Apa yang harus dilakukan orang tua jika melihat tanda-tanda anak akan menjadi pelaku bully? Jika Anda melihat tanda-tanda bahwa anak Anda mungkin memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku bully, segera ambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Berbicaralah dengan anak Anda untuk memahami apa yang mendasari perilaku tersebut dan cari bantuan profesional jika diperlukan.
-
Apa tanda anak korban bullying di nilai? Penurunan Nilai Tanda anak jadi korban bullying yang terakhir dan cukup sering terjadi adalah penurunan nilai. Anak-anak yang menjadi korban bullying seringkali merasa sulit untuk fokus pada tugas sekolah. Akibatnya, mereka mungkin kehilangan minat untuk belajar. Di samping itu, anak yang menjadi korban bullying juga mungkin sering menolak pergi sekolah, terjadi penurunan nilai dan prestasi di sekolah secara tiba-tiba, dan masih banyak lagi. Tanyakan secara rutin kepada anak Anda apakah mereka suka sekolah atau tidak. Jika anak Anda mengatakan mereka 'benci' sekolah, cari tahu alasannya. Karena terkadang penindasan menjadi akar masalahnya.
-
Apa saja tanda anak korban bullying di media sosial? Perubahan drastis dalam penggunaan teknologi khususnya media sosial dapat menjadi satu pertanda anak tengah tidak nyaman. Bisa jadi Ia sedang terganggu oleh sesuatu hal. Orang tua perlu waspada apabila anak menjadi terlihat marah, gugup hingga frustasi setelah mereka bermain ponsel.
-
Bagaimana anak melakukan bullying? Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak emosional dari tindakan mereka terhadap orang lain.
-
Bagaimana ciri-ciri fisik menunjukkan tanda bullying? Perubahan pada fisik seperti perubahan hormonal dan perubahan fisik selama masa pubertas dapat memiliki dampak besar pada individu.
-
Kapan anak rentan jadi korban bullying? Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat, dan banyak di antaranya terjadi di lingkungan sekolah.
Dinamika Sosial dan Hubungan antar Teman
Selain perubahan perilaku, hal lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan dalam interaksi sosial anak. Anak-anak yang terlibat dalam tindakan bullying biasanya cenderung menjauh dari teman-teman yang positif dan lebih memilih untuk bergaul dengan individu yang memiliki perilaku serupa. Mereka mungkin mulai bergabung dengan kelompok yang mendukung perilaku negatif atau kekerasan terhadap orang lain. Menurut Stomp Out Bullying, anak yang sering mengejek atau merendahkan teman-temannya di depan umum mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi pelaku bullying. Mereka merasa memperoleh kekuatan atau validasi dengan menghina atau menekan orang lain, terutama teman yang dianggap lebih lemah.
Lebih lanjut, anak-anak ini sering kali mengisolasi teman-teman yang tidak setuju dengan tindakan mereka atau yang menolak untuk terlibat dalam perilaku bullying. Perubahan ini menandakan bahwa anak tersebut mulai membentuk pola sosial yang berbahaya, di mana kekuasaan dan intimidasi menjadi fokus utama dalam hubungan mereka dengan orang lain. Dengan kata lain, pola interaksi yang terbentuk dapat memperkuat siklus bullying, di mana tindakan agresif menjadi norma dalam kelompok mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperhatikan tanda-tanda ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah bullying sebelum semakin meluas.
Sulit Berempati dan Sering Menyalahkan Orang Lain
Anak-anak yang terlibat dalam perilaku bullying sering kali mengalami kesulitan dalam menunjukkan rasa empati. Mereka cenderung tidak merasakan penyesalan atau kepedulian terhadap perasaan orang yang mereka sakiti. Hal ini dapat terlihat dari sikap mereka yang enggan mengakui bahwa tindakan mereka menyakiti orang lain, bahkan terkadang mereka menyalahkan korban atas kejadian tersebut. Menurut Raising Children Network, perilaku ini mencerminkan ketidakmampuan anak untuk merasakan atau memahami dampak emosional dari tindakan mereka terhadap orang lain.
Selain itu, pelaku bullying sering kali menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka hadapi. Daripada mengakui kesalahan mereka, mereka mungkin berpendapat bahwa korban adalah penyebab atau pantas menerima perlakuan buruk. Sikap defensif ini menjadi ciri khas anak-anak yang merasa perlu mempertahankan citra diri sebagai "kuat" atau "tidak tersentuh," yang sebenarnya menunjukkan kelemahan dalam pengendalian diri dan emosi. Dalam menghadapi situasi seperti ini, sangat penting bagi orang tua untuk segera mengambil tindakan dan mendiskusikan perasaan serta perilaku anak. Dengan mengenali tanda-tanda ini sejak dini, orang tua dapat melakukan intervensi yang lebih efektif dan membantu mencegah anak melanjutkan kebiasaan bullying ke tingkat yang lebih serius.