Cara Mencegah Penyusupan Kelompok Radikal Intoleran di Instansi Negara
Pergerakan terselubung terdeteksi masuk ke dalam lembaga atau instansi negara.
Penyebaran ideologi radikal intoleran harus terus diwaspadai. Siapa saja bisa menjadi korban propaganda anti-Pancasila. Pergerakan terselubung terdeteksi masuk ke dalam lembaga atau instansi negara.
Anggota Gugus Tugas Pemuka Lintas Agama BNPT, Muhammad Abdullah Darraz mengutip hasil riset Alvara Research pada 2018 lalu. Sebanyak 19,4% ASN terindikasi radikal dan intoleran.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang menjadi masalah utama yang dihadapi warga Jakarta saat ini? Belakangan ini, kualitas udara Jakarta jadi sorotan masyarakat.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menyerahkan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya kepada Pemerintah Republik Indonesia? Hal tersebut diawali dengan penandatanganan dokumen-dokumen peralihan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya dari tangan Co Batavia en Ommenlenden kepada Basis Co Jakarta Raya.
"Kelompok radikal ini begitu masif melakukan infiltrasi yang mana tidak disadari oleh pimpinan di instansi tersebut, sehingga penanganannya cenderung terlambat," ujar Abdullah dalam keterangannya, Jumat (8/10).
Abdullah juga menduga kelompok itu menyusup ke dalam aparat. Pola infiltrasi, lanjutnya, dengan mengajari ngaji dan sebagainya. "Lalu akhirnya lama kelamaan mulai diperkenalkan dengan ideologi bertentangan dengan Pancasila," ungkapnya.
Kader Muhammadiyah ini menilai bahwasanya infiltrasi kelompok radikal intoleran cenderung sulit diidentifikasi karena masyarakat menilai aparatur negara merupakan kelompok memiliki jiwa nasionalisme paling kuat.
"Maka dari itu harus ada kesadaran dari pimpinan instansi atau lembaga bahwa bahaya ini nyata dan ada," tutur alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Garut ini.
Menurutnya, langkah-langkah yang harus dilakukan, pertama menyadari bahwa gerakan radikal dan intoleran ada. Kedua, sesegera mungkin mendeteksi sumbernya. Ketiga internalisasi nilai-nilai ideologi Pancasila, nilai kebangsaan, nilai kebhinnekaan, serta nilai-nilai positif di Indonesia.
Terakhir, mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute ini juga menilai perlunya sinergi dan kerjasama seluruh lapisan masyarakat untuk menghalau pola pergerakan kelompok radikal intoleran yang kian masif.
"Instansi atau Lembaga perlu bekerjasama dengan unsur masyarakat yang memiliki concern terkait radikalisme dan visi kebhinekaan, sebagai contoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Harus ada juga sinergi dengan tokoh keagamaan, tokoh masyarakat dan ormas lain di berbagai daerah," tandasnya.
Baca juga:
Polres Akan Berkoordinasi dengan Densus 88 Terkait NII di Garut
Warga Garut yang Terpapar Paham Radikal NII Tersebar di Beberapa Kecamatan
Dibaiat Masuk NII, Puluhan Anak di Garut Mengaku Didoktrin Paham Radikal
KAI Gandeng BNPT Cegah Terorisme dan Radikalisme
Anggota DPR Sebut Ada Akademisi di Kampus Besar Terpapar Radikalisme
Staf Ahli Menko Polhukam Minta Warga Laporkan Indikasi Gerakan Radikal