Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan
Musdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Masyarakat diberikan edukasi dan pemahaman moderat tidak mudah dipengaruhi ajaran intoleran.
Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan
Semakin meningkatnya penggunaan media sosial dimanfaatkan kelompok radikal untuk merekrut kaum hawa. Doktrin dilakukan secara intensif dengan memanfaatkan kondisi budaya yang cenderung patriarkis.Guru Besar Bidang Lektur Keagamaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Musdah Mulia melihat pentingnya aspek edukasi dan advokasi masyarakat khususnya perempuan.
"Ini semua menjadi tanggung jawab besar Pemerintah beserta instansi-instansi yang mengampu persoalan perempuan dan penanggulangan terorisme," kata Musdah, Kamis (7/3).
Musdah meyakini jika masyarakat diberikan edukasi dan pemahaman keagamaan moderat tidak mudah dipengaruhi ajaran intoleran.
Musdah juga memberi masukan upaya penanggulangan terorisme jangan hanya program sifatnya sekali waktu saja.
"Dengan begitu, perempuan tidak hanya disampaikan narasi keagamaan yang tekstual, namun diharapkan mereka juga memiliki kemampuan untuk melibatkan logical reasoning dalam beragama."
tutur Musdah.
merdekacom
Dia menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak. Menurutnya, rasionalitas harus tetap hidup dalam menjalankan perintah agama, terlebih lagi jika membahas kesetaraan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.Menurut Musdah, peran Pemerintah, tokoh masyarakat, cendekiawan, hingga keluarga sebagai cakupan terkecil masyarakat, penting untuk menanamkan kemampuan untuk mengkritisi suatu narasi atau argumentasi.
Isu Radikalisme Harus Disikapi Serius
Menurutnya, upaya penanggulangan intoleransi, radikalisme, dan terorisme sangat bergantung dari kepedulian negara dalam mengatasi berbagai isu perempuan.
Bentuk edukasi yang dibutuhkan tentunya tidak cukup hanya diskusi publik, namun diperlukan program yang langsung menyentuh sasaran.
"Kelompok masyarakat perlu dicerahkan secara berkesinambungan tentang bahaya radikalisme dan terorisme."
tandas Anggota Dewan Penasihat Jaringan GUSDURian ini.