Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Pergerakan bawah tanah kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) meski sudah dibubarkan oleh pemerintah tetap harus diwaspadai. Ideologi HTI yang mendorong adanya pendirian negara Islam masih kerap ditemukan. Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta, Amir Mahmud menjelaskan bahwa eksistensi HTI belum sepenuhnya hilang. Mereka kerap bergerak memanfaatkan media sosial untuk menjual pengaruhnya. Menurutnya, HTI memiliki proses penggalangan atau pendekatan terhadap lapisan masyarakat tertentu, khususnya generasi muda. Ini dilakukan untuk memastikan ideologi mereka terus bertahan walau zaman berganti.
Misalnya saja, ketika nilai tukar rupiah menurun, HTI dan jaringannya akan melempar propaganda bahwa Indonesia gagal secara ekonomi. Ujungnya sudah bisa ditebak, mereka akan 'menjual' khilafah sebagai solusi universal seluruh permasalahan.
"Proses penggalangan ini biasanya diawali dengan mengemukakan narasi yang sedang trending sesuai dengan waktunya," ujar Amir dalam keterangannya, Jumat (5/7/2024). Amir berharap Indonesia tetap kuat dari berbagai upaya destabilisasi yang gencar dilakukan, khususnya dari kelompok dan jaringan teror. Menurutnya, bangsa ini dinaungi Pancasila dan UUD 1945.
"Marilah kita mempertaruhkan dan memperkuat jiwa kita terhadap NKRI ini. Harapannya, akan muncul kedamaian serta ketenangan sebagai rakyat. Dunia internasional sebenarnya sudah menjadikan Indonesia sebagai role model kehidupan masyarakat dengan beraneka latar belakang," jelasnya.
Tak Sudi NKRI Dirusak
Direktur Amir Mahmud Center tak ingin NKRI dirusak oleh para pendatang yang seringkali mengglorifikasi simbol keagamaan, nasab, dan sebagainya.
"Negara Indonesia bukan milik suatu kaum saja, tapi milik seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang setia pada konsensus bernegara," pungkasnya.