Cara Pemkab Banyuwangi tingkatkan minat baca masyarakat
Merujuk pada data UNESCO tahun 2012, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang membaca. Data tersebut menempatkan Indonesia hanya setingkat di atas negara asal Afrika, Botswana.
Indonesia tengah mengalami stagnan di posisi hampir terendah dalam hal tingkat atau minat membaca. Merujuk pada data UNESCO tahun 2012, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang membaca. Data tersebut menempatkan Indonesia hanya setingkat di atas negara asal Afrika, Botswana.
Namun, Indonesia belum lempar handuk untuk mengatasi rendahnya minat baca. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya, yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menghadirkan layanan online Sistem Aplikasi Layanan Pesan Antar (Silapar) Buku. Tujuannya jelas, meningkatkan minat baca masyarakat Banyuwangi.
Sang Bupati pun, Abdullah Azwar Anas, dengan tegas mengatakan pemerintah daerah ingin kembali menghidupkan budaya literasi di masyarakat. Meski ini merupakan sebuah tantangan yang cukup berat. Sebab masyarakat sekarang lebih senang membaca informasi lewat internet.
"Membangun budaya membaca menjadi tantangan buat kita. Tapi tetap harus dicoba makanya kita ingin memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses buku-buku di perpustakaan khususnya untuk peminjaman lewat layanan ini. Sangat memudahkan, saya bahkan sudah mencoba pesan buku lewat aplikasi ini dan sudah diantarkan ke rumah," kata Anas.
Meskipun layanan Silapar Buku merupakan layanan berbasis online, namun tidak menghilangkan interaksi langsung antara masyarakat dan perpustakaan. Sebab tetap ada proses bagi peminjam buku untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya ke perpustakaan.
Meningkatkan minat baca nyatanya tidak hanya menjadi tugas Pemkab saja. Di SMKN I Glagah Banyuwangi, contohnya, yang memiliki organisasi perpustakaan untuk para siswanya, dengan nama Jenius Semegah.
Semua bermula saat Dewi Anggraini Cahyaningrat, Pustakawan Perpustakaan SMKN I Glagah mendapat pelatihan di Surabaya April tahun lalu. Mengenai bagaimana cara mengenalkan perpustakaan ke siswa sekolah.
Dewi lantas mencoba memantik gemar membaca para siswa SMKN Glagah agar perpustakaan yang dia jaga bisa ramai pengunjung. Pertama lewat event jambore di Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) pada Januari 2016. Dalam event tersebut, ada Rumah Literasi Banyuwangi (RLB) yang mengajak gemar membaca.
"Saya juga nempel (pamflet) di tembok-tembok dari situ anak-anak mulai banyak membaca," ujarnya kepada Merdeka Banyuwangi.
Selain itu, masih dengan tujuan yang sama, Banyuwangi pun menghadirkan Festival Sastra dengan beragam acara, mulai lomba baca puisi, lomba bercerita, lomba penulisan cerita pendek (cerpen) hingga bedah buku.
Kepala Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi Abdul Kadir mengatakan, mengawali Festival Sastra sudah ada lomba perpustakaan di tingkat desa dan pendidikan tingkat SLTA, agar minat baca masyarakat meningkat.
"Harapannya desa-desa memiliki perpustakaan layak, supaya minat baca meningkat. Sejak sebulan yang lalu, seluruh Kabupaten," jelasnya.
Menurutnya, minat baca di Banyuwangi saat ini sudah mulai meningkat, dilihat dari jumlah kunjungan ke perpustakaan.
"Minat baca meningkat 200 persen. Kalau tahun kemarin, triwulan pertama, 7000 sekarang meningkat 30 ribu orang. Sebagian besar dari pelajar hampir 80 persen," jelasnya.