Cerita KS, guru SD temperamen yang suka aniaya murid-muridnya
Kasus terakhir, KS dipolisikan lantaran melempar anak didiknya yang masih berusia 10 tahun dengan asbak di dalam kelas.
Guru, digugu lan ditiru (dipercaya dan diikuti). Akronim tersebut memang pantas disematkan kepada orang yang disebut guru. Setiap ucapan dan tindakan harus terpuji sehingga tindak-tanduknya menjadi panutan.
Namun tidak semua guru memahami makna digugu lan di tiru tersebut. Ada juga guru yang perbuatan justru tidak pantas ditiru.
Hal itulah seperti yang terjadi di Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Bali. Seorang guru SD berinisial KS dikenal sangat temperamen dan sering menganiaya muridnya.
Kasus terakhir, KS dipolisikan lantaran melempar anak didiknya yang masih berusia 10 tahun dengan asbak rokok di dalam kelas. Korbannya pun luka parah dan kini enggan sekolah di SD Negeri 2 Banyubiru.
Bagaimana cerita pelemparan itu terjadi? Benarkah KS memang punya emosi labil dan sering menganiaya murid-muridnya? Berikut kisahnya:
-
Apa yang dilakukan siswa kepada guru? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Apa perbuatan bejat yang dilakukan guru tersebut? Perbuatan pelecehan itu dilakukan pelaku pada saat jam pelajaran di lingkungan sekolah. Dia mengimingi-imingi korban dengan uang"Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang," jelasnya.
-
Bagaimana siswa membacok guru? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
-
Kapan Hari Guru Nasional diperingati? 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
KS lempar muridnya dengan asbak dan sapu ijuk
Haikal Setia Hendriansah (10) murid SD Negeri 2 Banyubiru, Kabupaten Jembrana mengalami luka parah akibat terkena lemparan asbak oleh, KS yang tak lain adalah gurunya sendiri. Kejadian tersebut terjadi saat pelajaran sejarah Kemerdekaan RI.
Murid kelas IV itu mengungkapkan bahwa sebelum melempar dengan asbak, guru tersebut terlebih dahulu melemparnya dengan sapu ijuk namun tidak kena.
"Padahal saya hanya melihat murid di bangku depan saya. Setelah dengan sapu tidak kena, dia melemparkan asbak yang ada di meja guru," kata Haikal.
Asbak dari bambu hasil keterampilan murid tersebut, membentur bangkunya dan mental ke arah matanya. Meskipun menangis saat terkena asbak tersebut, jelas dia, KS terus melanjutkan pelajaran sampai ada murid lain yang memberitahu, kalau mata Haikal bengkak.
Lempar asbak, KS mengaku tak sengaja
Setelah mengetahui mata Haikal bengkak, KS menyuruh muridnya lain untuk mengobatinya. KS menyuruh muridnya yang lain mengambil minyak kayu putih untuk mengobati Haikal.
"Pak guru itu menyuruh murid mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan ke luka saya. Ia juga sempat minta maaf dengan dalih tidak sengaja," kata Haikal. Sepulang sekolah, KS tidak berkata apa-apa lagi.
Haikal yang sehari-hari tinggal bersama Hawari, neneknya di Dusun Pabuahan, sedangkan orang tuanya di Dusun Air Anakan tidak berani melaporkan peristiwa itu, dan langsung masuk kamar sesampainya di rumah.
"Neneknya tahu mata Haikal bengkak saat membangunkannya untuk makan. Setelah itu, dia menghubungi saya," kata Ardyansah, ayah Haikal.
KS dipoliskan orangtua murid
Tidak terima dengan kekerasan terhadap anaknya itu, Ardyansah, ayah Haikal melapor ke Mapolsek Negara, dan melakukan pengobatan, serta visum ke RSUD Negara. Akibat kejadian itu, Haikal tidak mau bersekolah ke SD tersebut dan meminta pindah ke sekolah lain.
"Anak saya sendiri dulu sempat trauma dan tidak mau masuk setiap pelajaran olahraga yang diasuh guru tersebut. Sudah tiga kali, guru tersebut dicari wali murid karena mendidik dengan kekerasan," kata Ardyansah.
Dia menginginkan guru tersebut diproses secara hukum, meskipun yang bersangkutan sudah datang menemuinya dengan didampingi kepala sekolah serta kepala desa.
"Caranya mendidik murid dengan kekerasan sudah tidak benar. Kata anak saya, saat marah apa saja yang ada di depannya ia lemparkan ke murid. Kalau yang di depannya benda tajam, apa jadinya muridnya?" ujarnya.
KS sering pukul dan tendang muridnya
Mujahidin, warga lainnya, membenarkan tindak kekerasan terhadap murid yang kerap dilakukan oleh KS. Mujahidin mengaku, keponakannya pernah mendapatkan perlakukan serupa, dengan cara ditendang kakinya saat pelajaran olahraga.
"Karena marah, saya sempat cari guru itu, dan saya ajak berkelahi. Tapi ia hanya minta maaf," katanya.
Kapolsek Negara, Kompol M. Didik Wiratmoko saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan kasus ini. "Kami masih akan minta keterangan saksi-saksi lain, termasuk orang tua korban. Memang ada indikasi tindak pidana dalam peristiwa ini, tapi masih kami dalami lebih lanjut," katanya.