Covid-19 Melonjak Lagi, Ini Saran Ahli untuk Pemerintah
Kenaikan kasus ini merupakan kelima kalinya sepanjang Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan menduga lonjakan teranyar dipicu subvarian Omicron XBB.
Kasus positif baru Covid-19 di Indonesia meningkat signifikan dalam dua pekan terakhir. Peningkatannya juga diikuti fatalitas atau kematian.
Kenaikan kasus ini merupakan kelima kalinya sepanjang Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan menduga lonjakan teranyar dipicu subvarian Omicron XBB.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 saat ini mencerminkan sistem kesehatan di Indonesia belum kuat. Padahal, Indonesia sudah memiliki pengalaman panjang menghadapi pandemi Covid-19.
Dicky memberikan saran kepada pemerintah dalam menghadapi kenaikan kasus Covid-19 saat ini. Pertama, pemerintah perlu menggalakkan kembali testing, tracing, dan treatment (3T). Kedua, menghidupkan kembali protokol kesehatan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas). Ketiga, meningkatkan kapasitas vaksinasi booster Covid-19. Dicky mengingatkan, vaksinasi booster tak bisa dianggap sepele. Apalagi, saat ini Indonesia sudah kebobolan subvarian Omicron XBB yang memiliki karakteristik cepat menular.
"Kita harus siap dengan peningkatan kasus, harus diperkuat di 3T, 5M, dan vaksinasi,” kata Dicky saat dihubungi merdeka.com, Jumat (11/11).
Selain tiga hal itu, menurut Dicky, pemerintah perlu memperbaiki sistem rujukan pasien Covid-19. Dia meyakini, tidak sulit bagi pemerintah menangani gelombang baru Covid-19 saat ini, karena sudah pernah menghadapi gelombang Covid-19 sebelumnya.
Penggunaan PeduliLindungi
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra juga mendorong pemerintah meningkatkan kapasitas testing. Menurutnya, saat ini testing Covid-19 di Indonesia sangat rendah. Padahal, pandemi Covid-19 belum berakhir. Bahkan lonjakan Covid-19 mulai terlihat.
"Itu suatu tantangan, kasus aktif kita di atas 40.000, seharusnya testing kita paling tidak minimal di angka 300.000," katanya.
Tak hanya testing, kata Hermawan, pemerintah juga harus mengawasi ketat penggunaan PeduliLindungi. Kampanye penggunaan PeduliLindungi perlu kembali digencarkan.
Setali tiga uang dengan Dicky dan Hermawan, Eks Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta pemerintah memperkuat 3T. Dia juga mendorong pemerintah lebih serius mengimplementasikan protokol kesehatan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
"Tentunya perlu ditingkatkan vaksinasi baik dosis kedua maupun booster," ujarnya.
Tjandra menduga kenaikan kasus Covid-19 saat ini tak hanya dipicu subvarian XBB, tapi juga BQ.1. Menurut dia, penanganan varian baru Covid-19 tidak cukup dengan vaksin yang selama ini sudah ada. Diperlukan vaksin bivalen yang bisa menetralisir varian lama dan baru.
"Selain meningkatkan vaksin booster, saya sekali lagi mengusulkan pemerintah menyediakan vaksin bivalen. Jelas lebih baik karena dia dibikin sengaja untuk menangani varian-varian yang lama dan juga yang Omicron. Pasti lebih bagus dari yang sekarang ada," tutupnya.
Puncak Gelombang XBB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak gelombang Omicron XBB di Indonesia terjadi pada Desember 2022 atau paling lambat awal Januari 2023. Pada puncaknya, kasus positif Covid-19 bertambah hingga 20.000 dalam sehari.
Budi mengatakan, prediksi ini merujuk pada puncak gelombang Omicron XBB di Singapura. Saat ini, Singapura tengah menghadapi lonjakan Covid-19 yang dipicu Omicron XBB.
"Kalau mengikuti pola Singapura harusnya dalam satu bulan ke depan ini akan naik mendekati 20.000 per hari," kata Budi dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (8/11).
Dia menjelaskan, XBB memicu kenaikan kasus Covid-19 yang sangat cepat. Namun, tidak menimbulkan dampak besar pada angka rawat inap di rumah sakit dan kematian. Kondisinya berbeda dengan Omicron BA.1 dan BA.2.
"XBB ini varian baru mirip dengan BA.5 tapi di bawah BA.1 dan BA.2," jelasnya.
Data Covid-19 Dua Pekan Terakhir
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengakui kasus Covid-19 meningkat signifikan dalam dua pekan terakhir. Selain kasus positif, kematian juga menanjak.
Kenaikan kasus Covid-19 hampir merata di seluruh Indonesia. Data sementara, sebanyak 30 provinsi mengalami peningkatan kasus Covid-19. Hanya empat provinsi yang menunjukkan tren penurunan.
"Adanya tren kenaikan hendaknya dapat menjadi pengingat bahwa Covid-19 masih ada dan kita tetap harus menjaga diri kita dengan protokol kesehatan. Sehingga potensi penularan menjadi berkurang dan jumlah kasus Covid-19 dapat kembali ditekan,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Kamis (10/11).
Berikut rekapitulasi kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir:
13 November
Kasus Baru 4.877 jadi 6.561.504
Sembuh 4.347 jadi 6.352.606
Meninggal 36 jadi 159.104
12 November
Kasus Baru 6.179 jadi 6.556.627
Sembuh 4.739 jadi 6.348.259
Meninggal 33 jadi 159.064
11 November
Kasus Baru 6.247 jadi 6.550.448
Sembuh 4.139 jadi 6.343.520
Meninggal 46 jadi 159.035
10 November
Kasus Baru 6.294 jadi 6.544.201
Sembuh 4.223 jadi 6.339.381
Meninggal 37 jadi 158.989
9 November
Kasus Baru 6.168 jadi 6.537.907
Sembuh 3.198 jadi 6.335.158
Meninggal 43 jadi 158.952
8 November
Kasus Baru 6.601 jadi 6.531.721
Sembuh 3.197 jadi 6.331.960
Meninggal 38 jadi 158.909
7 November
Kasus Baru 3.828 jadi 6.525.120
Sembuh 3.348 jadi 6.328.763
Meninggal 42 jadi 158.871
6 November
Kasus Baru 3.662 jadi 6.521.292
Sembuh 2.495 jadi 6.325.415
Meninggal 22 jadi 158.829
5 November
Kasus Baru 4.717 jadi 6.517.630
Sembuh 2.930 jadi 6.322.920
Meninggal 39 jadi 158.807
4 November
Kasus Baru 5.303 jadi 6.512.913
Sembuh 3.197 jadi 6.319.990
Meninggal 31 jadi 158.768
3 November
Kasus Baru 4.951 jadi 6.507.610
Sembuh 2.882 jadi 6.136.793
Meninggal 42 jadi 158.737
2 November
Kasus Baru 4.873 jadi 6.502.659
Sembuh 2.050 jadi 6.313.911
Meninggal 32 jadi 158.695
1 November
Kasus Baru 4.707 Jadi 6.497.786
Sembuh 2.071 Jadi 6.311.861
Meninggal 32 Jadi 158.663
31 Oktober
Kasus Baru 2.457 Jadi 6.493.079
Sembuh 2.309 Jadi 6.309.790
Meninggal 34 Jadi 158.631
30 Oktober
Kasus Baru 2.717 Jadi 6.490.622
Sembuh 1.895 Jadi 6.307.481
Meninggal 26 Jadi 158.597.
Reporter Magang: Syifa Annisa Yaniar
(mdk/yan)