Covid-19 Meningkat, Menkes Minta Seluruh RS Tambah Persediaan Tempat Tidur
Dia merinci saat ini jumlah rumah sakit di Tanah Air sebanyak 2.979 rumah sakit. Kemudian terdapat 81.032 tempat tidur dipersiapkan untuk pasien Covid-19 baik untuk tempat tidur isolasi maupun tempat tidur ICU per tanggal 21 Januari 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor HK 02.01/Menkes/11/2021 tentang Peningkatan Kapasitas Perawatan Pasien Covid-19 pada RS Penyelenggara Pelayanan Covid-19. Dalam surat edaran tersebut Budi Gunadi meminta kepada semua rumah sakit seluruh Indonesia untuk melakukan peningkatan kapasitas tempat tidur. Hal tersebut seiring dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia.
"Kita bisa memprediksi bilamana terjadi lonjakan kasus yang begitu tinggi maka ada kemungkinan ada beberapa masyarakat yang tidak akan tertampung di rumah sakit dan ini berdampak pada tingginya angka kematian dan pada tingginya angka penularan," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof dr Abdul Kadir dikutip dalam keterangan pers, Minggu (24/1).
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Siapa yang dinyatakan positif Covid-19 pertama di Indonesia? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
Dia merinci saat ini jumlah rumah sakit di Tanah Air sebanyak 2.979 rumah sakit. Kemudian terdapat 81.032 tempat tidur dipersiapkan untuk pasien Covid-19 baik untuk tempat tidur isolasi maupun tempat tidur ICU per tanggal 21 Januari 2021.
"Kalau kita lakukan perbandingan dengan jumlah pasien yang saat ini dirawat di rumah sakit yang jumlahnya sekitar 52.719 pasien, maka artinya rata-rata keterpakaian tempat tidur masih berada di posisi 64,83 persen itu secara nasional," ujar Kadir.
Walaupun begitu, Kadir menjelaskan secara spesifik per kota atau per provinsi saat ini ada beberapa daerah yang ternyata rata-rata keterpakaian tempat tidurnya di posisi 80% bahkan 88 persen.
Dia mencontohkan DKI Jakarta 63 tempat tidur, artinya secara umum kata Kadir hal tersebut sudah mengkhawatirkan. Sebab perkembangan pasiennya begitu banyak setiap hari. Maka ada kemungkinan tidak akan tertampung untuk saat ini.
Kadir menjelaskan peningkatan kapasitas tempat tidur dapat dilakukan dengan cara mengkonversi persediaan tempat tidur. Karena rumah sakit tidak bisa menambah tempat tidur. Keterbatasan sarana prasarana peralatan dan tenaga yang ada maka bisa dengan mengkonversi.
Artinya kata Kadir bagaimana mengubah tempat tidur yang ada di rumah sakit tersebut yang sebelumnya digunakan untuk layanan non Covid-19 sekarang dialihkan untuk Covid-19.
Dia merinci untuk daerah yang memasuki zona merah maka diharapkan kenaikan jumlah tempat tidur antara 30 persen dan 40 persen. Kadir mengatakan dalam permintaan surat edaran tersebut tidak hanya berlaku untuk rumah sakit pemerintah tapi juga berlaku untuk semua rumah sakit baik rumah sakit umum daerah atau RS TNI-Polri termasuk kementerian dan juga semua rumah sakit swasta
"Itu kita minta tidak hanya tempat tidur tapi juga kita minta konversi atau peningkatan jumlah ICU atau intensive care unit sebanyak 25 persen itu yang kita harapkan," kata Kadir.
Tambah SDM
Dengan penambahan atau konversi tempat tidur itu, lanjutnya, akan berimplikasi terhadap keberadaan atau kecukupan SDM kesehatan, dan dengan adanya perubahan ini komposisi tenaga kesehatan di rumah sakit juga akan berubah. SDM kesehatan yang tadinya bekerja di ruang rawat biasa berubah tugas menjadi di tempat ruang ICU untuk perawatan pasien Covid-19.
Kadir juga menjelaskan dalam surat edaran tersebut juga diperuntukan untuk memberikan relaksasi kepada semua tenaga kesehatan yang baru lulus dan belum melakukan pekerjaan sebagai seorang perawat karena belum mempunyai STR atau surat izin praktek. Mereka, kata Kadir, diberikan relaksasi bisa diberdayakan tanpa mempunyai STR.
"Pada saat kita merekrut mereka sebagai tenaga kesehatan yang akan bekerja di rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19 maka terlebih dahulu yang akan dilakukan adalah semacam training atau pelatihan capacity building. Mereka dilatih terlebih dahulu diberi pengetahuan tentang apa dan bagaimana penyakit Covid-19 itu diberikan," beber Kadir.
Mereka juga kata dia akan diberikan pengetahuan tentang bagaimana pencegahan dan pengendalian Covid-19, cara menggunakan alat pelindung diri misalnya bagaimana menggunakan APD, mereka menjaga kesehatannya. Kadir menjelaskan pada saat mereka di lapangan tidak akan dibiarkan bekerja sendiri tapi tetap dilakukan pendampingan oleh para senior dan supervisi oleh dokter-dokter yang ada di lapangan.
"Sehingga dengan demikian kita yakin bahwa mereka mempunyai kapasitas untuk melakukan pelayanan pasien Covid-19," ungkap Kadir.
Kadir juga mengatakan pihaknya meyakinkan semua rumah sakit untuk persediaan logistik, obat-obatan, APD, Reagen itu minimal persediaan sampai 3 bulan ke depan.
"Kita melakukan pelayanan pasien Covid-19 tanpa mengesampingkan pasien non Covid-19 apalagi mereka yang penyakit komorbid misalnya hipertensi, jantung, diabetes mellitus, dan penyakit katastropik lainnya," kata Kadir.
(mdk/eko)