Daop V Purwokerto: Pemblokiran kereta bentuk sabotase
Pembersihan area stasiun dari pedagang merupakan instruksi dari pusat yang harus dilakukan mulai hari ini.
Aksi pemblokiran rel kereta api yang dilakukan pedagang asongan di Stasiun Purwokerto Jawa Tengah pada Rabu (28/8), dianggap sebagai aksi sabotase. Pernyataan tersebut dikemukakan Manajer Humas Daerah Operasi (Daop) V Purwokerto, Surono.
"Ini sabotase, apalagi sampai pemblokadean yang menyebabkan jalur kereta api ditutup oleh massa," katanya, Rabu (28/8).
Lebih jauh, Surono menjelaskan, pembersihan area stasiun dari pedagang merupakan instruksi dari pusat yang harus dilakukan mulai hari ini. Padahal, instruksi dari pusat seharusnya mulai diberlakukan pada Januari 2013. "Hari ini stasiun harus steril. Ini instruksi dari pusat," jelasnya.
Dikatakan Surono, pada bulan Juli, pihaknya telah melakukan negosiasi hingga 3 kali. Saat itu, lanjutnya, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperidagkop) Banyumas juga sudah menawarkan solusi. "Kami telah menawarkan bantuan pelatihan keterampilan untuk alih profesi dan peralatan usaha. Sedangkan dari Disperindagkop menawarkan bantuan lunak, namun hingga pertemuan terakhir ditolak mereka" katanya.
Salah satu pedagang, Sudarsono (54) mengaku kecewa dengan kebijakan PT KAI. Dia meminta agar PT KAI juga bisa memberikan perhatian kepada pedagang yang semuanya merupakan penduduk yang bermukim di sekitar wilayah stasiun. "Semua pedagang yang ada di Stasiun Purwokerto orang asli sekitar sini, seperti dari Kelurahan Kober, Bobosan, dan Rejasari Purwokerto Barat," ujarnya.
Aksi yang dilakukan Paguyuban Pedagang Asongan Langgeng diikuti seluruh anggotanya yang berjumlah 280 orang. Para pedagang asongan yang kecewa mencoba menghambat laju 3 rangkaian kereta api, yakni kereta barang pengangkut BBM, Sawunggalih Pagi dan Fajar Utama yang menuju Stasiun Pasar Senen Jakarta. Akibat kejadian tersebut satu pedagang ditahan, sedangkan satu warga dan satu peserta aksi terluka.
Aksi pemblokadean jalur kereta api tersebut akhirnya berakhir sekitar pukul 11.00 WIB. Tetapi, para pedagang kemudian berinisiatif melakukan audiensi dengan anggota DPRD Banyumas untuk mengadukan nasib mereka.