Dedi Mulyadi Robohkan Rumah Janda di Purwakarta Sebelum Ngantor ke DPR
Kang Dedi Mulyadi memulai kegiatan dengan berangkat dari rumahnya di Lembur Pakuan pada pukul 06.00 WIB. Sebelum memimpin rapat di DPR RI, ia menyempatkan diri untuk menyusuri rumah warga di Purwakarta.
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi merobohkan sebuah rumah tidak layak huni milik keluarga Nani di Kampung Nagrog, Desa Kertamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta.
Kang Dedi Mulyadi memulai kegiatan dengan berangkat dari rumahnya di Lembur Pakuan pada pukul 06.00 WIB. Sebelum memimpin rapat di DPR RI, ia menyempatkan diri untuk menyusuri rumah warga di Purwakarta.
-
Apa yang didiskusikan Dedi Mulyadi dan pengurus Golkar di pertemuan tersebut? Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat.
-
Kapan pertemuan Dedi Mulyadi dengan pengurus Golkar berlangsung? Hal tersebut dipastikan usai pertemuan antara Dedi Mulyadi dengan utusan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, yakni Singgih Januratmoko dan sejumlah petinggi Golkar Jabar di Kota Bandung pada Jumat (2/8) malam.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Prabowo tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Prabowo tiba sekitar pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam.
-
Siapa yang diusung oleh Partai Golkar sebagai Cawapres? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
"Sebelum pergi memimpin rapat di DPR kita jalan-jalan menyusuri rumah warga," ujar Dedi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu.
Saat menyusuri pemukiman warga, ia melihat satu rumah semi permanen yang kondisinya hampir roboh dan tidak layak huni. Rumah tersebut rupanya dihuni oleh Nani dan tiga orang anaknya. Sementara suaminya, Suhanta, telah meninggal dunia karena sakit.
Rupanya anak pertama Nani sudah dewasa dan berumur 20 tahun. Namun anak tersebut tidak bekerja dan hanya berdiam diri di rumah. Anak itu beralasan kini sulit mencari kerja di pabrik.
"Kerja itu bukan hanya di pabrik, bisa kuli tembok, bertani, kuli panggul, apa saja. Jangan ada kalimat enggak ada," ucap Kang Dedi menegur anak tersebut.
Kang Dedi juga menyayangkan anak tersebut hanya menggantungkan hidup pada ibunya yang sudah janda. Anak tersebut tak ada kemauan untuk sedikit banyak membantu memperbaiki rumah yang hampir roboh.
"Iya miskin, tapi tetap harus berusaha. Tuh lihat benerin atuh (penyangga atap), minimal tali pakai rafia atau apa, kreatif," ujar Dedi.
©2022 Merdeka.com/istimewa
"Dapur, toilet dan di dalam rumah bersih berarti ibunya rajin, tapi anaknya yang kedul (malas)," ujar Dedi melanjutkan.
Anak itu lantas diminta oleh Dedi untuk membantu mengangkat barang-barang di rumah untuk dikeluarkan. Sebab rumah tersebut akan dirobohkan dan dibangun agar layak huni.
Sejumlah anak-anak baru pulang sekolah yang menghampiri Kang Dedi langsung diminta untuk membantu mengosongkan rumah. Anak-anak pun dengan riang membantu mengeluarkan sejumlah perabot dari dalam rumah.
"Ini bagian dari pendidikan gotong royong," ujar Dedi.
©2022 Merdeka.com/istimewa
Setelah bagian dalam rumah kosong pembongkaran pun dimulai. Kang Dedi Mulyadi dengan cekatan langsung naik ke bagian atap untuk membongkar genting.
"Rumah janda hampir roboh sedangkan anak bujangnya males. Hari ini kita robohkan dan mulai bangun," katanya dari atas genting.
Bagi Kang Dedi apapun yang terjadi saat ini tak menjadi halangan untuk bermanfaat untuk orang lain. Ia akan terus bekerja dan berusaha membahagiakan masyarakat.
©2022 Merdeka.com/istimewa
Pembongkaran rumah tersebut menyisakan noda di pakaian dan celana Kang Dedi yang serba putih.
Namun ia tak peduli karena lebih baik datang dengan pakaian kotor bekas membantu memperbaiki rumah warga, dari pada berpakaian bersih tapi tidak berbuat apa-apa.
“Kita terus bekerja untuk masyarakat, saya tidak akan pernah peduli dengan apa yang saya hadapi terpenting hidup ini bermanfaat untuk orang lain,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.
(mdk/rnd)