Desember kelabu untuk Mandela dan Gus Dur
"Jika kamu ingin berdamai dengan musuhmu, kamu harus bekerja sama dengan musuhmu," kata Mandela.
Pemimpin perjuangan anti-apartheid Nelson Mandela wafat hari ini di rumahnya di Kota Johannesburg, Afrika Selatan. Pria karismatik ini mengembuskan napas terakhir dalam usia 95 tahun.
Mantan presiden Afrika Selatan ini pulang ke kediamannya awal September lalu dalam kondisi kritis setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Kota Pretoria tiga bulan. Dia memang menderita infeksi paru-paru dan kesulitan bernapas selama beberapa tahu terakhir.
Dunia pun berkabung. Berbagai ungkapan bela sungkawa oleh pemimpin dunia terus berdatangan. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengumumkan kematian Mandela itu lewat siaran televisi nasional.
"Mari kita tegakkan kembali visinya atas sebuah masyarakat tidak mengeksploitasi satu sama lain, seperti dilansir BBC, Jumat (6/12).
Atas jasanya menghapus diskriminasi dan perbudakan di negaranya, Mandela bersama Presiden Afrika Selatan Frederik Willem de Klerk pada 1993 menerima Nobel Perdamaian.
"Jika kamu ingin berdamai dengan musuhmu, kamu harus bekerja sama dengan musuhmu," kata Mandela. "Mereka kemudian akan menjadi rekan kerjamu."
Sama dengan Nelson Mandela, empat tahun lalu, tepatnya 30 Desember 2009, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tutup usia. Gus Dur meninggal lantaran penyakit stroke dan ginjal yang sudah lama dia derita.
Indonesia, bahkan dunia pun berkabung atas berpulangnya tokoh pluralisme Indonesia tersebut.
Nelson Mandela dan Gus Dur punya banyak kesamaan. Selain sama-sama pernah memimpin sebuah negara, keduanya juga merupakan aktivis hak asasi manusia yang sama-sama memperjuangkan hak-hak kaum tertindas.