Didatangi Zulkifli Hasan, pengrajin tas curhat sulitnya bahan baku
"Kalau anak bangsa bisa bekerja, bisa berkarya maka kita akan mampu mengurangi kemiskinan dan pengangguran."
Ratusan pengrajin tas yang tergabung dalam Sentra Industri Kerajinan Tas Kendal (Sintak) di Desa Truko, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku tas yang sampai saat ini masih impor dari China.
Keluhan itu disampaikan oleh Nurcholis yang merupakan Ketua Sintak saat didatangi Ketua MPR Zulkifli Hasan, Senin (9/5), dalam rangka acara Safari Kebangsaan Merajut Kebhinekaan dari Sabang sampai Merauke yang berlangsung mulai 4 sampai 14 Mei 2016 mendatang.
"Paguyuban Sintak-Sintak ini berdiri sejak tahun 2003, terdiri dari 200 orang pengrajin, 300 sales. Dalam menghadapi MEA, kita menghadapi persoalan bahan baku. Produk China bagus murah karena kami sendiri buat tas bahan dari China. Kita impor dari sana. Ini kelemahan kita. Tasnya bersaing dengan China, kita kalah," tegas Nurcholis.
Selain bahan baku yang sulit, ratusan pengrajin tas Sintak juga membutuhkan peralatan yang lebih canggih. Pasalnya, sampai saat ini masih menggunakan mesin jahit yang sangat sederhana.
"Kami juga membutuhkan peralatan yang lebih canggih," tutur Nurcholis.
Selain Zulkifli, hadir dalam acara Safari Kebangsaan di antaranya Bupati Kendal Mirna Annisa, Ketua Fraksi PAN DPR Mulfachri Harahap, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, anggota Komisi X DPR Yayuk Basuki, Sekjen PAN Eddy Soeparno, Bendum PAN Nasrullah, Sekretaris FPAN DPR Yandri Susanto, Anggota DPR Riski Sadig, Teguh Juwarno, Wasekjen Soni Sumarsono dan para pengurus DPP PAN Azis Subekti.
Menanggapi keluhan pengrajin Sintak, Zulkifli menyatakan selayaknya pemerintah harus turun tangan dan melindungi terkait persoalan yang dihadapi industri kecil kreatif di Kendal ini.
"Industri kecil kita itu luar biasa kemampuannya, apakah industri batik di Pekalongan kemudian ini industri tas di Kendal coba saudara-saudara lihat. Ini sekarang tinggal minta perlindungan dan dukungan pemerintah. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang harus berpihak kepada mereka," tegasnya.
Zulkifli juga menegaskan supaya pemerintah tidak usah mengimpor barang-barang yang sudah bisa diproduksi oleh anak negeri kita sendiri.
"Industri UKM-UKM ini, industrinya sederhana, tempatnya sederhana tapi karyanya luar biasa. Tinggal sekarang ini bagaimana ini dilindungi, kita tidak usah mengimpor barang-barang yang bisa dikerjakan anak-anak Indonesia. Bisa dikerjakan industri kita kalau diobral dari luar apapun masuk ke kita tentu itu akan merugikan pengrajin-pengrajin kita. Itu saja yang dibutuhkan perlindungan dari pemerintah. Perlindungan tidak membuka luas pasar apapun ke tempat kita. Itu saja," ungkap Zulkifli.
Zulkifli yakin, industri kecil UMKM tas ini setahap demi setahap bisa menjadi industri yang bisa merajai pasar di negara kita sendiri maupun di pasar ekspor nanti.
"Tapi kalau industri sederhana merajai, setahap demi setahap akan merajai dan menjadi produk andalan ekspor Indonesia setahap demi setahap. Bahan baku memang sulit untuk itu kita impor. Jangan impor barang jadinya. Kita sudah mampu membikin tas buat apa kita impor barang tas jadi? Kalau kita belum mampu bikin bahan baku kita import," ungkapnya.
Zulkifli berpesan jangan sampai industri kecil anak bangsa yang akan menjadi industri besar ini dimatikan oleh masuknya produksi industri dari luar negeri. Zulkifli menambahkan yang paling penting adalah kebijakan dari pemerintah yang tidak menjadikan negara Indonesia sebagai super marketnya dunia.
"Kalau anak bangsa bisa bekerja, bisa berkarya maka kita akan mampu mengurangi kemiskinan dan pengangguran di negara kita. Bisa lebih kreatif, bisa bikin tas, bisa bikin dompet jadi akan bisa memberikan nilai tambah. Tapi kalau barang jadinya, akan mematikan industri kecil kita," ungkapnya.