Dokter Omat Rachmat, Atas Nama Kesehatan Warga Suku Badui
Tertutupnya suku tersebut dari dunia luar dan jauhnya akses perkampungan mereka, menjadi salah satu penyebab beberapa masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani dengan baik.
Suku Badui, dalam beberapa penulisan juga disebut Baduy, merupakan masyarakat adat di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar.
Suku Badui termasuk dalam suku Sunda. Mereka terbagi dalam Suku Badui Dalam dan Suku Badui Luar. Suku Badui Dalam belum terpengaruh dengan modernisasi.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Apa makna "Merdeka Belajar" menurut Ki Hajar Dewantara? Melalui buah pikirannya, Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidan merupakan serangkaian proses untuk memanusiakan manusia. Dikutip dari Kemdikbud.go.id, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan. Maksudnya, manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan pada aturan yang ada di masyarakat.
-
Kapan Jenderal Soedirman berpesan agar mempertahankan kemerdekaan Indonesia? Pertahankan kemerdekaannya sebulat-bulatnya. Sejengkal tanah pun tidak akan kita serahkan kepada lawan, tetapi akan kita pertahankan habis-habisan. Meskipun kita tidak gentar akan gertakan lawan itu, tetapi kita pun harus selalu siap sedia. - Jenderal Soedirman
-
Kenapa Kurikulum Merdeka diterapkan? Seperti disebutkan, Kurikulum Merdeka diterapkan untuk mengganti kurikulum sebelumnya. Meski belum mencakup seluruh Indonesia, namun mayoritas daerah terutama di kota besar sudah mulai menerapkan kurikulum baru ini.
Di tengah populasi mereka sekitar 26.000 orang, masih ada ditemui masalah kesehatan yang belum tertangani dengan baik.
Tertutupnya suku tersebut dari dunia luar dan jauhnya akses perkampungan mereka, menjadi salah satu penyebab beberapa masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani dengan baik.
Seperti patah tulang yang membutuhkan tindakan operasi dan ibu melahirkan yang membutuhkan tindakan operasi caesar, merupakan segelintir permasalahan kesehatan yang sulit ditangani di pedalaman suku Badui.
Kondisi itu menjadi motivasi dr Omat Rachmat (43), dokter spesialis ortopedi dan traumatologi di Rumah Sakit Sari Asih melakukan kegiatan pengobatan di pedalaman suku Badui.
Kegiatan tersebut telah dilakukannya secara intens selama satu tahun terakhir ini. Berjalan belasan kilometer, dan butuh waktu berhari-hari saat melakukan pengobatan di pedalaman suku Badui, tidak menjadi halangan bagi Omat.
©2022 Merdeka.com
"Intinya di sana ada masalah kesehatan yang belum tertangani dengan baik. Saya sebagai dosen selain mengajar penelitian ada pengabdian kepada masyarakat. Bahkan ada orang orang Badui dalam yang memegang adat, mereka enggak mau dibawa ke rumah sakit meskipun ada masalah kesehatan yang berat. Akhirnya ya coba kita datang lah hadir menjadi solusi," kata Omat kepada merdeka.com belum lama ini.
Omat banyak menemukan beberapa masalah penanganan kesehatan yang terbentur dengan hukum adat, yang berujung dengan melakukan tindakan operasi darurat di permukiman Badui Dalam.
Pengalaman Pertama Operasi Patah Tulang
Masih teringat jelas dalam memori Omat saat pertama kali melakukan operasi di Badui Dalam. Kala itu, seorang anak suku Badui mengalami patah tulang, sudah hampir setahun hanya ditangani dengan pengobatan tradisional.
Saat dia akan mengambil tindakan pengobatan pada anak tersebut, berdasarkan rapat adat, pasien tidak dapat dibawa keluar menggunakan kendaraan.
Dan akhirnya, Omat melakukan tindakan operasi di lokasi yang tidak jauh dari permukiman Badui Dalam. Alat-alat operasi hingga asisten didatangkan ke lokasi tersebut.
©2022 Merdeka.com
"Kalau Badui luar banyak kan, kalau ada masalah kesehatan yang perlu kita operasi ya kita bawa ke rumah sakit. Tapi kalau Badui Dalam enggak bisa pakai kendaraan, harus jalan kaki. Anak Badui Dalam patah tulang kaki hampir setahun busuk, enggak bisa jalan. Saya tawarkan operasi. Rapat adat mereka bilangnya, ya kita mau dioperasi tapi enggak mau bisa naik mobil gitukan. Ini harus cepat ditolong, kita yang ngalah gitu, jadi saya bawa timnya. Kebetulan di sana ada Poskesdes, ya alatnya semua sama bius segala macam alat operasi saya bawa ke sana. Akhirnya saya operasi di situ," ungkapnya.
"Alhamdulillah setelah beberapa Minggu dioperasi bagus, bisa jalan lagi. Ya akhirnya mereka terbuka orang orang Badui Dalam itu, selama ini kan agak tertutup untuk hal-hal medis seperti itu. Akhirnya beberapa masalah kesehatan mereka mau konsultasi Ke dokter ke kita," tambahnya.
Omat yang juga menjabat wakil Dekan 3 di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengungkapkan, motivasinya melakukan pengobatan di pedalaman suku Badui, hanya ingin bermanfaat bagi sesama dengan keahlian yang milikinya dan dapat memberi contoh kepada mahasiswa.
©2022 Merdeka.com
"Motivasinya saya kan dosen yah, saya selalu ngajarin ke mahasiswa kalian jadi dokter jangan jadi menara gading. Banyak kan sekarang dokter itu kesannya golongan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang wah gitu yah, golongan elite dengan segala fasilitasnya. Tapi tidak bermanfaat, Ada manfaat tapi mungkin berbanding lurus dengan materinya. Saya mengaplikasikan itu jadi contoh juga ke mahasiswa saya, kita itu enggak boleh jadi menara gading, tapi menara air lah dokter itu, menjulang tapi memberi manfaat," ungkapnya.
Dibayar dengan Hasil Alam
Omat bercerita, selama melakukan kegiatan pengobatan di pedalaman suku Badui, dia sering dibayar dengan seserahan berupa hasil alam seperti buah buahan dan gula. Omat mengatakan tidak pernah berharap imbalan apapun dalam membantu warga suku Badui, namun menerima pemberian dari warga suku Badui merupakan penghormatan kepada mereka.
"Saya enggak berharap, saya diingatkan diterima aja. Penerimaan kita sebagai penghormatan kepada mereka. Enggak usah repot-repot lah mereka menyediakan pisang gitu yah gula macem macem. Pas saya terima mereka pada seneng," ceritanya.
©2022 Merdeka.com
Menurut Omat, dalam beberapa kasus seperti kondisi yang dapat mengancam jiwa, hukum adat Badui masih ada pemakluman. Hal itu seperti operasi Caesar bagi ibu yang hendak melahirkan.
"Adat mereka ada pemakluman juga kalau kondisinya sangat mengancam jiwa, seperti melahirkan butuh tindakan caesar segala macem, mereka akhirnya membolehkan naik kendaraan ke rumah sakit. Cuma memang setelah pulang dari rumah sakit mereka diisolir dulu, ada semacam hukum adat lah, diisolasi sebelum masuk Badui Dalam lagi sekian hari, tapi minimal pasien tertolong dulu," ujarnya.
(mdk/cob)