Dugaan pungli di Unmul, bayar Rp 3,9 juta buat kuliah singkat di UGM
Kampus Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur, diributkan dengan dugaan pungutan liar (pungli) Rp 3,9 juta. Biaya itu dipungut dari tiap mahasiswa program pascasarjana Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi, untuk kuliah pendek (short course) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Kampus Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur, diributkan dengan dugaan pungutan liar (pungli) Rp 3,9 juta. Biaya itu dipungut dari tiap mahasiswa program pascasarjana Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi, untuk kuliah pendek (short course) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dugaan pungli merebak, lantaran pihak prodi MM belum memiliki Laporan Pertanggungjawaban kuliah pendek di UGM Yogyakarta selama 3 tahun terakhir. Bahkan, Unmul sebagai Badan Layanan Umum menghimpun dan menampung dana mahasiswanya untuk ke Yogyakarta ke rekening pribadi seorang staf Prodi MM Unmul, berinisial La. Orang itu belakangan diketahui seorang tenaga honorer.
Salah seorang mahasiswa angkatan 33 prodi MM Fakultas Ekonomi Unmul menerangkan, tahun 2015 lalu, dia menyetorkan uang Rp 3 juta di luar harga tiket pesawat, untuk ikut kuliah pendek di Yogyakarta. "Setelah bayar, kita serahkan bukti setor slip transfer ATM ke rekening staf itu. Dari mereka, tidak ada memberikan tanda bukti terima uang kita," ujar mahasiswa itu, dalam perbincangan bersama merdeka.com di Samarinda, Rabu (26/10).
Rencana adanya kuliah pendek ke UGM Yogyakarta, menurut mahasiswa itu, memang disampaikan di awal wawancara masuk prodi MM. Di mana persetujuannya dituangkan dalam dokumen ditandatangani mahasiswa. "Itu pun tidak ada nominalnya disebutkan untuk ikut prodi itu, buat apa saja rinciannya. Kalaupun ada kerjasama dengan UGM, kerjasama seperti apa, di angkatan saya tidak tahu," terang mahasiswa itu.
"Di angkatan 33 saya, awal wawancara memang dipanggil, bicara soal bayar SPP dan biaya short course. Heran juga waktu itu, kok pada akhirnya, uang diminta Rp 3 juta tiap mahasiswa ke UGM itu, kok disetor ke rekening pribadi? Protes sih, tapi ya akhirnya kami bisa apa," ungkapnya.
Disinggung apa saja dilakukan selama di UGM, para mahasiswa mengaku hanya belajar. "Di dalam ruangan kampus UGM saja, belajar dari pagi. Selebihnya kita jalan-jalan sendiri," sebutnya.
Mahasiswa lainnya, di angkatan 35, juga demikian. Namun nominalnya berbeda alias naik menjadi Rp 3,9 juta per mahasiswa. Uang itu disetorkan ke rekening pribadi staf honorer prodi MM berinisal DP.
"Sebenarnya, kita setuju saja kuliah singkat itu, asalkan transparan dan prosedural. Itu tadi, kok ditransfer ke rekening pribadi? Kalau 100 mahasiswa, yang masuk ke rekening pribadi itu ada sekitar Rp 400 juta kan," ungkap mahasiswa itu.
"Kalau tidak ikut short course tahun ini, mesti ikutnya tahun depan. Kalau tidak ikut, ada tugas lain yang mesti dipenuhi dan menjadi catatan prodi. Ya, ada konsekuensi akademik yang mesti ditanggung," sebut mahasiswa itu.
Menurut mahasiswa pascasarjana angkata 35 ini, ternyata para staf dan prodi juga ikut dalam rombongan. Mereka bahkan terlihat bak liburan. "Jangan sampai uang yang kita bayarkan, untuk membayar keberangkatan mereka," jelas mahasiwa yang menginjak semester III.