Eijkman: Donor Plasma Darah Cuma Buat Pasien Corona yang Kritis
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio menegaskan, terapi plasma tidak bisa untuk mencegah. Teknik menyuntikkan plasma darah pasien corona yang sudah sembuh ke orang yang masih terinfeksi hanya untuk proses penyembuhan.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bersiap menguji temuan vaksin virus Corona ke hewan, sebelum nantinya diuji klinis kemudian diproduksi massal jika berhasil. Namun, sejumlah negara ada juga yang menggunakan terapi plasma darah alias Convalescent plasma untuk menyembuhkan pasien corona.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio menegaskan, terapi plasma tidak bisa untuk mencegah. Teknik menyuntikkan plasma darah pasien corona yang sudah sembuh ke orang yang masih terinfeksi hanya untuk proses penyembuhan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Plasma itu bukan untuk pencegahan, tapi plasma itu untuk pengobatan, tidak boleh dipakai untuk pencegahan. Jadi dia khusus di situ diambil dari donor darah yang sudah sembuh. Ya selanjutnya diberikan kepada mereka yang positifnya dalam kondisi kritis untuk mempercepat penyembuhan, Jadi bukan untuk pencegahan," jelas Amin saat dihubungi merdeka.com, Selasa (12/5).
Dia menjelaskan, perbedaannya, kalau plasma darah itu bersifat imunisasi pasif memberikan antibodi dari luar, sedangkan vaksin bersifat imunisasi aktif memberikan antibodi dari dalam.
"Yang kita memberikan vaksin itu supaya orang-orang bisa sembuh dan kemudian dapat memancing meningkatkan daya tahan tubuh," jelas Amin.
Amin menambahkan, jika pengobatan plasma darah ditujukan untuk pasien yang sedang kritis akibat virus Covid-19, terlebih harus menyesuaikan dengan antibodi di antara keduanya yang harus cocok.
"Setelah itu, kalau diberikan ke orang-orang yang sehat-sehat saja manfaatnya tidak terlalu banyak, Karena orang yang gejalanya ringan itu memiliki daya tahan tubuh sendiri," tuturnya.
Sementara itu, Amin menambahkan, pengobatan plasma darah tidak bisa dipakai untuk pengobatan massal, karena terbatas pada jumlah sampel donor darah yang tersedia.
"Nah plasma itu kan jumlahnya tidak terlalu banyak, kalau kita bandingkan orang yang sembuh. Misalnya ada 1000 orang, tidak semuanya bisa menjadi donor kan. Jika semisal donor satu orang bisa dipakai untuk dua orang pasien saja, jadi jumlah maksimumnya cuma dua ribu. Maka dari itu kita dahulukan yang kondisinya kesehatannya kritis," ungkapnya.
Hasil Pengujian Plasma Darah
Pengobatan ini sudah diuji coba kepada pasien di Indonesia. Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut ada kemajuan signifikan terhadap penelitian terapi plasma darah untuk menemukan obat virus corona (Covid-19).
"Saya melihat sudah ada kemajuan yang signifikan dalam pengujian plasma. Yang rencananya ini akan dilakukan uji klinis berskala besar di beberapa rumah sakit," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas melalui video conference, Senin (11/5).
"Juga stem cell untuk menggantikan jaringan paru yang rusak," sambungnya.
Bukan hanya itu, Jokowi mengungkapkan kemajuan signifikan juga terjadi terhadap penelitian whole genome sequencing. Penelitian ini untuk mengamati secara detail jenis virus Corona yang menjangkit di Indonesia.
Jokowi berharap dengan penelitian ini, Indonesia bisa menuju tahap selanjutnya. Yakni menemukan vaksin corona yang sesuai dengan Indonesia.
"Ini tahapan yang sangat penting dalam menuju tahap berikutnya untuk menemukan vaksin yang sesuai dengan negara kita," jelasnya.
Kepala Negara meminta seluruh pihak mendukung hasil riset dan inovasi-inovasi yang ditemukan dalam rangka penanganan corona. Misalnya, dengan memudahkan proses perizinan.
"Proses-proses perijinan dilakukan cepat dan dan juga disambungkan dengan industri. Baik itu BUMN maupun swasta," tutur Jokowi.
(mdk/rnd)