Eks Gafatar: Visi kami untuk ketahanan pangan seperti program Jokowi
"Kami di sana bergabung dengan yang lain membangun dan membentuk kelompok tani mandiri," ujar Ariyanto.
Salah satu warga eks Gafatar, Ariyanto mengaku sangat menyesalkan langkah pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla yang memulangkannya. Menurut Ariyanto, kepergiannya dari Medan menuju ke Kalimantan Barat adalah hanya untuk bertani.
"Kami di sana bergabung dengan yang lain membangun dan membentuk kelompok tani mandiri. Mandiri dalam pangan kan padahal sesuai dengan program Jokowi. Kenapa kami disuruh pulang dan berpindah," ungkap Ariyanto saat berbincang dengan Kabag Psikologi Biro SDM Polda AKBP Agus Yulianto di Lantai 2 Pelabuhan Penumpang, Kompleks Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/1) dini hari.
Aryanto secara terus terang mengakui, jika dirinya adalah eks pengurus Gafatar. Namun, aktivitas Gafatar sudah sekitar lima bulan yang lalu sudah dibubarkan.
"Saya memang eks mantan anggota Gafatar, tapi kan sudah bubar lama. Masak kami pindah dari Medan ke Kalimantan diusir cuma hanya gara-gara sebagian rekan sesama mantan Gafatar kami di Mempawah, Kalimantan Barat dibakar rumahnya kami ikut juga diusir," terang Aryanto yang baru dua bulan ikut bergabung Gafatar di Sukamaju, Kalimantan Barat.
Aryanto mengaku pascapembubaran ormas Gafatar tersebut, tidak melakukan aktivitas apapun selain hanya berladang, berkebun dan bertani.
"Kita tidak mengapa-mengapa di sana, cuma berladang saja. Kalau di Medan kan lahan sudah habis. Makanya kami berangkat ke Kalimantan sana," ucapnya.
Aryanto sangat berharap, setelah pemulangan dari Kalimantan ke Medan melalui Pelabuhan Tanjung Emas dan dikumpulkan terlebih dahulu ke Wisma Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah ini, pemerintah bisa memberikan kesejahteraan kepada dirinya beserta keluarga.
"Harapan ke pemerintah berikan kami kesejahteraan," pungkasnya